Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Kelahiran Manungsa

ilustrasi kelahiran bayi (pexels.com/Rene Asmussen)

Meronta, dia bayi, di tengah waktu
Diiringi sendu dan tamu-tamu yang menjamu
dengan buah tangan dan buah bibir

Malangnya dia adalah manusia,
merajang harap, mengguncang diri sendiri
Harus siap sedia sebatang akasia di malam gelap
Memilin menari-nari

Akankah si kecil sampai di senja lusa nanti?
Jika sopir takdir sudi maka tarifnya tolong dilunasi
Jangan sampai keluarganya menanti, menjambak perut minta nasi

Eh, eh, eh
Bayang-bayang lolos kualifikasi
Jadi teman, jadi ekor yang setia
Sedia bantu di kala susah, sedih, linglung, lupa
Jadi apa saja yang berguna untuk empunya

Bantalmu dari duri yang kedua orangtuamu pintal berhari-hari
di tengah obrolan dan pertikaian yang agak ngeri
Masih beruntungnya kamu
Ya, begitu, memang harus disyukuri
Walau setan-setan berbisik dari tembok kontrakan kecil kalian
Semua rontok disapu tawamu
Dibawa ibumu ke luar kamar
Dibakar ayahmu jadi jelaga

Jadilah ksatria katanya
Seperti namamu
Tapi untuk siapa?
Tentu untuk diri sendiri, orang tua, teman-teman, orang baik,
orang teraniaya, atau makhluk bijak di angkasa sana

Doa-doa menyertai
Yang saking banyaknya engkau sampai tak perlu minta
yang lebih baik darinya

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satrio Wahyu
EditorSatrio Wahyu
Follow Us