[PUISI] Natal yang Terluka

Sebentar lagi Natal
Rindu sudah mulai menggoda nakal
Tak sabar kekasih pulang bawa bekal
Lalu kusambut dengan spesial
Berdansa di depan api unggun
Di bawah pohon natal yang rimbun
|Aku tersenyum anggun
Lalu dia tertegun
Ah, indahnya khayalan
Andai seperti itu gerangan
Setidaknya aku percaya angan
Sampai ketika telepon rumah berbunyi tak karuan
Kumatikan alunan lagu
Dan sebuah suara bicara dengan ragu
Kudengarkan tanpa mengganggu
Lalu air mata turun tanpa ragu-ragu
Kuingat kembali ucapan yang berbunyi dalam perjalanan
Kukira dia akan pulang ke rumah dengan senyuman
Ternyata tak sesuai perkiraan
Siapa sangka dia pulang ke rumah Tuhan
Desember, untuk apa kau bawa malapetaka?
Natalku telah celaka
Kekasihku pergi ke alam baka
Aku luka.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.