Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Pangeran yang Dimanja

ilustrasi catur (pexels.com/felixmittermeier)

Kau angkat tanganmu, wahai raja,
Menunjuk ia, sang pangeran, penuh gelimang harta,
Meski belum berperang, belum berkeringat,
Semua kemuliaan kau berikan tanpa syarat.

Apa artinya singgasana,
Jika didapat tanpa berusaha?
Apa nilainya mahkota,
Jika tak layak untuk duduk di takhta?

Raja, engkau menggenggam masa depan,
Namun titahmu hanya untuk satu insan,
Pangeran yang tak tahu arti kerja keras,
Hanya tahu menerima yang diinginkan, tak kenal rasa mimpi yang kandas.

Kami ini, yang mengais di bawah mentari,
Tahu bahwa kuasa tak lahir dari mimpi,
Tapi dari keringat dan darah yang mengalir,
Bukan dari tangan ayah yang memanjakan pangeran tanpa akhir.

Jangan kau pikir kami buta,
Melihat jalan mulus yang kau tata,
Untuk pangeran yang tak pernah berjuang,
Namun kau beri segala, seolah ia pahlawan terbilang.

Oh raja, lihatlah kami di bawah sini,
Kami yang berusaha sendiri,
Adakah tempat untuk keadilan sejati,
untuk kami yang tersakiti?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fikri Alfathan
EditorFikri Alfathan
Follow Us