Tatkala hari itu mataku memerah
Menahan tiap irisan tawa
Dan senandung kata
Manis menurut mereka
Namun miris bagi perasa
Sang Perasa
Hanya diam, berkutat di pojok sengsara
Namun merah sengaja tak dapat menahan
Rasa kian meledak bersama degup yang melekat
Hatiku hancur namun tak ada rasa
Sudah lama indra lain beristighfar, menyebut namaNya
Tahan badai ucapan, renungku
Terima kilatan petir sindir
Beramu senandung kalbu
Menahan cibir
Taukah kau "Sang Perasa"
Itu aku yang sedang merasa
Syelvy, Malang
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Pulasara

Ilustrasi Korban (IDN Times/Mardya Shakti)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorStkip Bhasri
Follow Us