[PUISI] Sampai Kapan?

Lagi ...
Aku dipeluk oleh keheningan tiga pagi
Tembok-tembok di kamarku memutar fragmen demi fragmen
Memaksa amigdalaku untuk memproyeksikan residu-residumu
Seakan semua bekerja agar aku mati sekali lagi
Aku ...
Masih melihatnya di teras mataku
Dia tersenyum,
Di antara kesenjangan kenyataan dan ilusi
Kuteriakkan segala sumpah serapah
Namun, hanya ada sesak yang menolak untuk dilepas
Pukul tiga pagi ...
Aku sudah mati sekali lagi
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.