Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Sayangnya

ilustrasi perempuan (pexels.com/Maycon Marmo)

Sayangnya 
Kendati waktu terhenti sejenak
Relung dadaku penuh sesak
Awan senantiasa tetap berarak
Pagi malam bergantian menjejak 
Orang lain pun masih bergerak
Sendiri saja aku terjebak 

Sayangnya 
Meski suaraku hilang teredam
Napas timbul dan tenggelam
Jalanan tak kunjung kelam
Kadang kala memuat asam
Kadang kala memuat garam
Sendiri saja aku terbenam

Sayangnya 
Biar lebam menjadi kekal
Sukar bedakan mana khayal
Gelak di udara terus mengental
Orang lain pun masih terpingkal
Keseharian beramal dan beraspal
Sendiri saja aku tertinggal 

Sial. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Matthew Suharsono
EditorMatthew Suharsono
Follow Us