Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Secangkir Kejujuran

Pixabay

Matahari datang
Memenuhi janjinya pada pagi
Seperti secangkir kopi
Yang sudah bersiap menemanimu
Menemui hari baru

Mereka selalu bertanya, "mengapa memilih kopi menjadi temanmu?"

Mereka bilang kopi candu
Sayangnya kopiku tak pernah kuteguk

Aku pukan pecandu kopi
Aku hanya pecinta aroma kopi

Aku tak pernah meneguk hitamnya
Hingga mengecap pahitnya pada lidahku

Kopi hanya ritual pagi
Yang menemani hariku

Mengapa memilih kopi, padahal bukan seorang penikmat kopi?
Bukankah itu pertanyaan dalam benakmu?
Banyak insan yang mempertanyakannya

Aku memilih kopi
Menyambut hariku
Bukan cinta
Karena cinta memgabaikan kejujuran
Secangkir kopi yang mengajarkannya

Kopi tak pernah malu menjadi hitam
Ia tak pernah berdusta
Kopi tak pernah berkata manis
Ia tak pernah memaksaku meneguknya

Kopi tak pernah berusaha berubah hitam menjadi putih
Kopi selalu menuangkan kejujuran dalam setiap cangkirnya

Tidak seperti cinta
Kerap kali ia berdusta
Berkata manis
Berakhir pahit
Mengucap janji
Tapi tipu daya belaka

Jika kau ingin menikmati kopi
Belajarlah meneguk kejujuran
Ia tak pernah berdusta
Tampil apa adanya
Hitam tetap hitam
Tak memaksa diri menjadi putih

Tak mengapa pahit
Asal buah kejujuran
Jangan mengaku manis
Jika hanya tipu daya

Aku suka menikmati aroma kejujuran secangkir kopi, tanpa harus mendustai diri


 


Bekasi, 25 September 2018


 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Sambuaga
EditorCaroline Sambuaga
Follow Us