[CERPEN] Dua Jalan

Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menjalani kisah cintanya. Misalnya aku. Aku lebih baik memendam perasaan daripada mengungkapkannya. Aku tahu, kebanyakan orang pasti bilang caraku ini salah. Orang-orang bilang jika kau mencintai seseorang maka katakanlah. Mungkin metode ini tidak pas untukku saat ini.
Bukan tanpa alasan, tapi berdasarkan pengalaman. Pengalaman berulang yang aku lewati dengan cara yang salah.
Jaman SMP, aku menyukai seorang laki-laki dan aku mengungkapkannya. Esoknya, dia menjauh dariku hingga kami lulus. Jaman SMA, aku kembali membuka hatiku menyukai seorang laki-laki. Aku telah meminta saran dari beberapa teman, mereka bilang lebih baik aku mengungkapkannya. Dan.... Ya, kemudian aku mengungkapkannya. Dan terulang kembali sama seperti jaman SMP, laki-laki itu malah menjauh dariku hingga kami lulus.
Entah apa yang salah dariku. Aku kira diriku normal, tidak ada yang aneh. Hingga aku mengira para lelaki itu menjauhiku karena fisik. Namun, fisikku baik-baik saja. Sampai aku berpikir bukan itu penyebabnya, tapi caraku yang salah. Kadang kita tidak bisa menyamakan cara orang lain menjalani hidup dengan cara kita menjalani hidup. Mungkin orang lain berhasil dengan cara itu, tapi belum tentu kita juga berhasil.
Dan di masa perkuliahan yang sedang aku jalani saat ini, aku kembali menyukai laki-laki sejak awal semester 1. Kali ini aku mencoba menjalaninya dengan caraku sendiri. Aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku hingga kini kami semester 8. Ternyata aku bahagia dengan caraku sendiri. Aku berteman baik dengan laki-laki itu. Kami selalu bersama hampir di segala hal, seperti tugas kelompok, pergi nonton, makan, ke pesta, dan masih banyak lainnya. Kami selalu bersama, berdua.
Aku tidak mau jika aku mengungkapkan perasaanku, dia akan menjauhiku sama seperti yang terdahulu. Lebih baik seperti ini, menjadi sahabat dan bisa selalu bersamanya. Aku tidak mau mengambil resiko dia pergi dariku jika aku mengungkapkan perasaanku. Karena yang aku lihat selama ini darinya, dia juga menikmati kebersamaan kami sebagai sahabat dan tidak lebih. Tidak jarang aku juga sebagai tempat curhatnya ketika dia sedang naksir dengan wanita lain.
Aku tahu, kutelah jatuh semakin dalam padanya. Karena setiap kali dia bercerita tentang wanita yang dicintainya, dadaku terasa sesak dan sesuatu di mataku membuat pandanganku menjadi blur. Aku selalu hampir menitikkan air mata, tapi aku menghapusnya jauh dengan berpura-pura bahagia dan memberinya saran terbaik.
“Hey...?”. Joshua membangunkanku dari lamunan. Dia dari tadi bercerita tentang wanita lain tapi aku melamun. Aku tidak mau mendengarnya, dadaku sesak. Saat ini dia meminta saranku apakah dia harus mengungkapkan perasaannya pada wanita tersebut. “Iya, kau harus” itu kata-kata terberat yang pernah aku ucapkan. Aku butuh beberapa menit hanya untuk bilang itu. Sesuatu dalam diriku bilang,
“Joshua, jangan pernah cintai orang lain, tetaplah denganku”.
Dan...ya, esoknya Joshua cerita dia sudah resmi berpacaran dengan Rachel. Dadaku semakin sesak, pandanganku semakin blur oleh air mata. Sesuatu dalam diriku terasa amat nyeri hingga aku harus menghirup napas dalam-dalam untuk mengurangi nyerinya. Aku memeluk Joshua erat dan memberinya ucapan selamat. Dan berjalan pergi darinya agar air mataku tidak dilihatnya.
Aku kira kini giliranku yang harus menjauh, untuk menghindari sesuatu yang nyeri di dalam dadaku kambuh. Jalan yang aku pilih menghasilkan sesuatu yang lebih sakit. Karena rasa suka telah tumbuh menjadi cinta seiring kebersamaan. Dibandingkan cara yang aku jalani waktu dulu, rasa suka akan mudah hilang dengan penolakan dan tanpa kebersamaan.
Aku sudah belajar banyak. Aku akan lebih mengontrol diri untuk jatuh hati pada pria. Seperti orang-orang bilang, sesuatu yang jatuh pasti hancur. Tidak ada yang benar dan salah dalam 2 cara tersebut. Keduanya memberi pelajaran dan hikmah. Yang aku tau dan yakini: jika berjodoh, Tuhan pasti mempersatukan aku dengan Joshua.