Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Gadis Portugis Bernama 'Sore'

tumblr.com

Ketika dia berjalan memasuki ruang kelas, aku bergeming di kursiku di deretan belakang. Pandangan dan sekelilingku mendadak menjadi slowmotion seolah waktu melambatkan tiap detiknya. Dan angin berhembus entah dari mana asalnya menerpaku, mengibaskan rambutku yang sedikit gondrong. Kemudian muncul musik indah instrumen piano soundtrack TITANIC, musik itu spontan berputar di kepalaku. Mungkin ekspresiku sama seperti Jack Dawson ketika pertama kali melihat Rose Dewitt Bukater di kapal TITANIC.

 

Ferida, dia sangat cantik. Aku memandanginya dari kejauhan, sambil menembus ingatanku sendiri tentang kecantikan yang biasa aku lihat. Oh kemudian aku mengingatnya, dia sangat cantik, cantik bagai langit abu-abu sore yang tertimpa sinar orange matahari. Mengapa aku mengibaratkannya bagai langit sore? Karena dia punya bola mata berwarna abu-abu layaknya sisi awan yang tak disinari matahari, dan rambutnya berwarna orange lembut kemerahan bagai sunset, serta kulitnya putih bersih seperti awan jika cahaya menerpa.

 

Langit sore adalah favoritku. Apalagi jika aku menikmatinya sambil duduk di bawah pohon rindang dan sepoynya angin meniup wajahku. Salah satu surga dunia yang tak ternilai. Dan sekarang indahnya langit sore berwujud bagai anak manusia? Entah apa yang akan terjadi padaku. Baru pertama kali melihatnya, dan desir besar telah bergejolak di dalam dadaku.

*cekriiiiiit*

Aku kembali ke bumi setelah terbangun dari fantasiku, itu pun karena salah seorang teman menggeser kursi di sampingku dan menimbulkan suara ngilu antara besi dan lantai. Aku tetap memandangi gadis itu dari sini, dari kejauhan, dari deretan kursi belakang. Aku masih belum paham pada apa yang aku rasakan saat ini. Pengalamanku Nol besar dalam asmara.

Aku belum siap untuk jatuh cinta, aku tidak ingin kuliahku terganggu oleh rasa sakit nantinya oleh cinta. Aku berusaha sekeras mungkin untuk tidak tertarik pada Ferida, maksudnya bukannya tidak tapi belum. Namun aku tau, cepat atau lambat aku akan jatuh cinta padanya dan aku harus menyiapkan diriku dengan rasa sakit itu.

*

Awal perkuliahan di semester 1, aku rasa semakin aku memandanginya dari kejauhan, semakin pula aku jatuh cinta padanya. Aku suka caranya berbicara, dia memiliki aksen yang unik, dan aku tidak tau itu aksen daerah mana. Nilai plus lagi yang membuatku semakin jatuh cinta padanya, Ferida gadis yang baik dan manis. Dia nampak akrab ke semua laki-laki termasuk aku.

 

Saat itu sore pukul 5. Kampus mulai sepi karena semua mahasiswa beranjak pulang. Tidak ada kegiatan pada malam hari di kampus – ada namun jarang – hanya ketika kampus akan mengadakan acara saja. Namun aku belum inigin pulang, untuk beberapa momen aku menyukai suasana kampus saat sore hari. Aku suka pergi ke lantai paling atas gedung untuk menikmati langit sore. Sudahku katakan langit sore adalah favoritku.

 

Dari lantai 5 tempatku bersantai, pandanganku teralihkan oleh seorang gadis di bawah sana, duduk di bawah pohon sambil membaca buku. Ini membuatku sulit memilih untuk memandangi yang mana. Langit sore ataukah gadis itu – keduanya sama indahnya. Rambut orangenya senada dengan sunset, dia adalah Ferida.

 

Niatku turun ke bawah menghampiri Ferida adalah untuk menyuruhnya pulang karena hari semakin sore dan hampir malam. Namun itu justru jadi pertemuan yang merubah hidupku. Gadis itu sangat manis. Rambut orange sunsetnya tergerai panjang sebahu, matanya kelabu seabu....entahlah aku tidak tahu seabu apa. Terkdang terlihat abu-abu, namun kadang seperti biru pudar.

 

Aku telah berjanji untuk tidak ingin jatuh cinta, namun aku sulit menahan perasaanku sendiri. Aku tidak tau ini disebut apa, aku belum mengenalnya lebih jauh pun aku sudah menyukainya. Cantik? Aku rasa banyak yang lebih cantik dari gadis ini. Dia bagaikan kepingan puzzle terakhir yang melengkapi gambarku.

 

Aku tidak tau dari daerah mana gadis ini berasal dengan aksen uniknya itu – aku tidak peduli. Namun yang terpenting bagiku – sejak saat pertemuan itu, setiap sore di kampus ini, di bawah pohon ini, aku menghabiskan soreku menatap langit orange dengan gadis itu dalam pelukanku. Aargh aku sadar aku telah melanggar janjiku sendiri untuk jangan jatuh cinta dulu.

 

Ferida mengatakan bahwa namanya memiliki arti Sore dalam bahasa Portugis. Aku jadi tahu sekarang, ternyata dengan semua keunikan dan aksen bicaranya, dia keturunan Portugis yang lahir di Indonesia. Nama itu sangat sesuai padanya. Keindahan sore terdapat di dalam dirinya.

*

Sekitar 3 bulan aku bahagia bertemu dengan Ferida, kemudian dia pergi. Di suatu sore, Ferida memberiku kunci kecil dari perak. Aku jadi tau, mata Ferida berwarna kelabu seperti kunci itu. aku tidak pernah tau apa maksud Ferida memberiku kunci. Jika itu berarti perpisahan, seharusnya aku tidak pernah menerimanya. Dan keesokannya setelah Ferida memberiku kunci, aku tidak pernah lagi melihat atau bertemu dengannya.

 

Aku merasa lain setelah Ferida pergi. Biasanya ada seseorang yang selalu aku pandangi dari jauh dengan diam-diam di kelas. Namun aku tidak melihatnya lagi. Dialah yang membuatku semangat mengikuti kelas. Aku belum pernah menyukai gadis sebegininya di seumur hidupku sebelumnya. Dan gadis itulah yang pertama kali membuatku merasakan sakit. Aku seharusnya telah siap dengan rasa sakit ini. Itu janjiku di awal.

 

Puzzle ini tidak pernah selesai membentuk sebuah gambar, karena salah satu kepingnya hilang. Memandang langit sore pun seakan tak seindah sebelum-sebelumnya. Awan mendung hampir setiap hari menyelimuti langit di sore hari. Bahkan langit pun memvisualisasikan kelabunya perasaanku.

 

Sebenarnya sulit untukku menjelaskan indahnya mata Ferida, rasanya seperti terjebak dan tidak bisa lepas dari menatapnya. Di mana kau tidak akan pernah merasa cukup memandanginya. Juga senyum manisnya mebuat hatiku ikut tersenyum. Senyuman yang membuatku bahagia, entah karena apa. Dan ketika dia berbicara, suaranya bagai musik indah di telingaku.

 

Rasanya aku ingin menjadi Heartless pada siapapun. Agar tidak ada yang patah atau hancur dalam diriku jika kejadian seperti ini terulang lagi. Aku juga terlalu bodoh, mencintai seseorang berlebihan. Dan sialnya aku belum siap dengan rasa sakit itu.

 

*

 

Sore ini seperti biasa, aku berada di atas gedung – memandangi langit sore yang mendung. Hembusan angin dingin basah menembus jaketku, sebentar lagi gerimis. Namun aku enggan beranjak. Aku berharap dinginnya angin akan menerbangkan rasa sakitku. Ini adalah ganjaran untukku karena melanggar janjiku sendiri – untuk tidak jatuh cinta bukan pada saatnya.

“Hey..!”

Aku mendengar suara seorang perempuan dari arah belakangku. Aku tetap bergeming, mungkin hanya mahasiswi lain yang sedang bermain di atap.

“Kau merindukanku?” tanya gadis itu dengan aksen khasnya yang aku kenal.

 

Aku menoleh dan terkesiap, tanpa disadari air mataku jatuh. Air mata kebahagiaan, perasaan syukur dan lega seketika meluap dari hatiku. Itu.. itu Ferida! Jika semua ini hanya mimpi, aku tak ingin terbangun. Kerinduanku selama ini berakhir, selama ini yang aku rindukan ada di depan mata.

 

Namun aku tidak bisa berlari ke Ferida dan langsung memeluknya begitu saja. Kakiku terasa kaku, lidahku kelu, pandanganku blur oleh air mata, dan hatiku perih. Ferida bersama orang lain. Ferida menggandeng pria lain. Dan itu membuat hatiku hancur lebur, runtuh menjadi puing.

 

“Kau masih menyimpan kunci itu?” tanya Ferida. Aku tadi memang sambil menggenggam kunci pemberiannya ketika melamun. Aku selalu melakukan itu saat merindukannya.

Aku berdiri dengan gontai “Selalu dan selamanya”, jawabku lirih.

 

Ferida berjalan menghampiriku. Rasanya lututku kopong seolah tak sanggup menahan bobot tubuhku – aku jatuh berlutut di hadapan Ferida. “Aku berhasil masuk ke dalam hatimu karena aku memegang kuncinya. Tapi aku telah menyerahkan kunci itu padamu. Aku harap kunci itu tidak jatuh ke perempuan yang salah. Kau akan terluka.” ucap Ferida dan dia benar-benar pergi.

 

 

#14HariBercerita

Bagikan cerita cinta, tips ataupun pelajaran berharga yang pernah kamu alami di community.idntimes.com!
140 tulisan pertama yang dimuat dalam periode 14-28 Februari akan LANGSUNG mendapatkan bonus 200 poin.
Makin banyak orang yang baca tulisanmu, poinmu akan makin bertambah dan bisa kamu tukarkan dengan uang tunai hingga jutaan rupiah! Selengkapnya di: http://bit.ly/2l1eguF #IDNTimesCommunity #14HariBercerita

Share
Topics
Editorial Team
Enggar Tyastiwi. M
EditorEnggar Tyastiwi. M
Follow Us