Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Pesan dari Saweria

Ilustrasi senyum ibu dan pelukan anaknya (pexels.com/Michael koneckiy)

Deankt, seorang streamer muda yang dikenal luas karena sikap ramah dan energinya saat bermain game, duduk di depan komputernya. Malam itu, seperti biasa, ia memulai streaming di platform kesayangannya. Tiap malam, ia selalu bersemangat mengobrol dengan para penontonnya, membaca komentar, dan sesekali menerima donasi melalui Saweria, tempat para penontonnya dapat menyampaikan pesan.

Tayangan dimulai seperti biasa. Deankt tersenyum lebar ke arah kamera menyapa penonton setianya yang sudah memenuhi kolom komentar.

"Halo, adik-adik! Gimana kabarnya? Siap-siap malam ini kita bakal seru-seruan, kita bakal lanjutin game kemarin, yeay," kata Deankt sambil melihat sekilas chat yang melintas cepat di layar. Malam itu, aliran komentar penuh dengan lelucon dan saran permainan.

Setelah beberapa jam, donasi dari Saweria mulai mengalir masuk. Beberapa penonton memberikan saweran dengan pesan-pesan dukungan atau pertanyaan ringan. Namun, tiba-tiba ada sebuah pesan yang membuat suasana langsung berubah.

Pesan itu berasal dari seorang viewer bernama Akin. Berbunyi seperti ini.

"Mas, katanya Tuhan gak pernah ambil sesuatu kecuali diganti dengan yang lebih baik, ya? Lalu, apa yang lebih baik dari ibu?"

Pesan itu membuat Deankt terdiam. Ia tahu bahwa komentar seperti ini bukan hal yang bisa dijawab sembarangan. Tanpa ia sadari, wajahnya berubah serius dan ia merasakan beban emosi yang begitu kuat.

Kolom komentar yang tadinya dipenuhi canda tawa mendadak hening. Sesaat kemudian, komentar-komentar baru mulai muncul.

"TIDAK ADA!"

"Pertanyaan mahal," tulis seorang penonton.

"Satu pria bersedih, semua pria merasakan," tambah yang lain.

"Gak ada yang lebih baik dari ibu, ibu adalah segalanya."

"Ibu di atas semua hal yang lebih baik."

Komentar-komentar itu menggema di antara penonton lain. Seolah-olah semua pria yang menonton saat itu bisa merasakan kesedihan Akin. Di tengah rasa haru yang mengalir dari layar, Deankt mencoba untuk menjawab.

“Bro, gue ngerti banget rasanya. Kehilangan ibu itu nggak ada gantinya. Gue pun pernah merasakan hal yang sama dan sampai sekarang rasanya masih sama beratnya. Gue gak tahu pasti apakah ada yang lebih baik dari ibu. Mungkin, ibu adalah anugerah terbesar dari Tuhan,” ucap Deankt dengan suara yang sedikit serak.

Saat Deankt berbicara, layar chat semakin dipenuhi komentar dari penonton yang merasa terhubung dengan pertanyaan Akin. Namun, di antara semua komentar itu, ada satu pesan yang mencoba memberikan perspektif lain.

"Apa yang Tuhan ganti ketika mengambil ibu, ialah kedewasaan yang kalian punya sekarang. Kalian menjadi sosok yang mandiri dan mampu mengatasi segala hal," tulis seorang penonton.

Komentar itu berhasil mengubah suasana yang penuh kesedihan menjadi reflektif. Deankt membacanya keras-keras. Beberapa detik kemudian, layar chat mulai dibanjiri persetujuan dari penonton lain.

"Itu benar banget!"

"Dan apa yang Tuhan ganti ketika mengambil ayah? Ialah rasa tanggung jawab dan sikap bekerja keras."

"Kadang Tuhan ngambil sesuatu, tapi Dia kasih kita kekuatan yang kita butuhkan buat jalanin hidup ini."

Pesan-pesan itu menimbulkan perasaan hangat di hati Deankt. Ia menarik napas dalam. Ia mencoba untuk tetap tenang meski merasakan emosi yang begitu dalam dari obrolan virtual tersebut.

“Ya, kalian bener. Mungkin, yang Tuhan ganti ketika kita kehilangan orang yang kita cintai adalah kemampuan kita untuk menjadi lebih dewasa, untuk tumbuh jadi pribadi yang lebih kuat. Dan itu juga anugerah dari Tuhan,” jawab Deankt sambil menatap layar, merasa terhubung lebih dalam dengan penontonnya.

Siaran malam itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi Deankt dan seluruh penontonnya. Awalnya hanya sekadar permainan dan hiburan, namun, berakhir dengan percakapan emosional yang menggugah hati. Dalam tiap streaming, Deankt selalu berusaha memberikan ruang bagi para penontonnya untuk bersenang-senang. Tapi, malam itu ruang virtual itu berubah menjadi tempat berbagi kesedihan, kekuatan, dan kedewasaan.

Saat malam makin larut, Deankt menutup streaming dengan perasaan haru. Di balik layar, ia tahu bahwa malam itu bukan hanya tentang permainan atau hiburan, tetapi tentang ikatan emosional yang terjalin melalui pesan-pesan sederhana dari donasi Saweria.

Malam itu menjadi malam yang spesial, bukan hanya untuk Deankt, tetapi juga untuk Akin dan para penonton lainnya. Mereka semua diingatkan bahwa meski kehilangan ibu, ayah, atau orang-orang yang kita cintai adalah hal yang sangat berat, ada pelajaran dan kedewasaan yang datang seiring dengan itu. Mungkin bukan pengganti yang setara, tetapi Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan untuk bertahan dan berkembang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Alif Kahlil Gibran
EditorAlif Kahlil Gibran
Follow Us