Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Pigi Terbang ke Surga 1

ilustrasi anak perempuan terbang (pexels.com/Kampus Production)

Dua minggu sebelum hari ulang tahunnya, Pigi meminta kado sepasang sayap pada ayahnya. Saat Wisnu bertanya sepasang sayap itu untuk apa, Pigi bilang untuk terbang ke surga dan menemui ibunya.

Wisnu seketika bergidik mendengar jawaban itu. Orang yang telah pergi ke surga bahkan tak bisa lagi kembali ke bumi. Berbeda dengan orang yang pergi ke neraka. Ia akan terus berjalan bolak-balik ke bumi untuk menyesatkan orang-orang yang masih hidup agar mereka menemaninya di neraka. Oleh karena itu, manusia harus terus menguatkan iman dari banyaknya godaan di dunia.

Itulah cerita masa kecil yang kerap diulang oleh kedua orangtua Wisnu yang sekaligus kakek dan nenek Pigi. Jadi, apakah dia harus memenuhi permintaan kado sepasang sayap itu? Namun, Pigi bahkan tak pernah meminta apa-apa di tujuh kali ulang tahun sebelumnya. Usia satu dan dua tahun tidak dihitung, sebab saat itu bayi mana pun tak punya keinginan apa-apa selain susu, makanan pendamping, dan popok yang kering, baik pada hari ulang tahunnya maupun bukan.

Bila Wisnu menolak permintaan sepasang sayap itu, barangkali ini akan menjadi patah hatinya yang pertama. Wisnu sangat sedih membayangkan dialah yang harus melakukannya. Bukan kekasih pertamanya yang berengsek, kelak ketika Pigi berumur tujuh belas tahun atau lebih.

Jadi, Wisnu hanya berkata, “Untuk apa terbang jauh-jauh ke surga bila Pigi pun dapat menemui Ibu dalam mimpi?”

“Bagaimana caranya?” tanya Pigi tak sabar.

“Berdoalah agar Tuhan mempertemukan Pigi dengan Ibu malam nanti.”

Wisnu merasa menang sampai putrinya berkata pelan sekali, “Tahukah Ayah bahwa Pigi telah melakukannya setiap malam dan tak juga bertemu Ibu dalam mimpi?”

Kerongkongan Wisnu tersekat. Pigi benar. Bagaimana seseorang akan dapat memimpikan orang lain yang belum pernah terekam dalam ingatannya? Sepasang sayap untuk Pigi menari-nari di kedua bola matanya.

***

Ulang tahun Pigi kurang sepuluh hari lagi. Wisnu telah berkali-kali mencoba membujuknya dengan kado-kado yang lain. Boneka, sepeda, liburan, baju baru, sepatu roda, apa saja yang biasanya membuat anak-anak lain seketika tertarik.

Namun tidak dengan Pigi. Di bujukannya yang terakhir, sepasang mata Pigi bahkan mulai berkaca-kaca. Wisnu tak tega melanjutkan. Ia tidak ingin menjadi pria pertama dalam kehidupan Pigi yang melukai hatinya. Tidak, itu tak akan terjadi.

Keesokannya, rasa putus asa mendorong Wisnu menceritakan keinginan Pigi pada teman-temannya. Mereka mentertawakan kekhawatiran Wisnu mengenai sepasang sayap yang akan membawa Pigi terbang ke surga.

“Oh, ayolah, Nu. Itu hanya sayap impian anak-anak. Seperti sayap bidadari dalam dongeng-dongeng. Kau bisa membeli atau menyewanya, bahkan membuatnya sendiri. Hanya kertas yang ditempeli kapas lalu diberi tali.”

“Anakmu perempuan, Nu. Kalau laki-laki, dia akan minta sayap Superman.”

Tawa teman-teman kantornya sedikit melegakan Wisnu. Mungkin mereka benar juga. Ia berlebihan dalam membayangkan sepasang sayap yang diinginkan Pigi. Wisnu bertekad akan membuat sayap itu sendiri, persis seperti petunjuk temannya. Hanya kertas yang ditempeli kapas lalu diberi tali. Pigi akan mendapatkan kadonya.

***

Sepasang sayap itu mengagumkan. Putih cemerlang dan terasa sangat lembut saat disentuh. Wisnu sempat ingin mencoba hasil kerjanya sendiri. Ia telah menempelkan kapasnya satu per satu sampai menutupi seluruh permukaan kertas di setiap akhir malam setelah Pigi terlelap. Namun, keinginan kekanak-kanakan itu cepat-cepat ditepisnya.

Talinya telanjur dibuat seukuran tubuh Pigi. Tidak muat untuknya. Nanti malah robek kalau dipaksakan. Penuh kehati-hatian, Wisnu meletakkan sepasang sayap itu di kolong tempat tidurnya. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya pada Pigi.

Setiap hari selama lima hari berikutnya, Wisnu menengok sayap buatannya sebelum dan sepulang bekerja. Pigi punya kamar dan ruang bermain sendiri. Ia nyaris tak pernah lagi memasuki kamar Wisnu kecuali saat Wisnu bangun kesiangan di hari Minggu. Namun, hari Minggu nanti bahkan ulang tahun Pigi. Wisnu akan bangun sangat pagi dan sepasang sayap itu bakal aman sampai hari yang dinantikan.

Bersambung....

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us