3 Ciri-ciri Makanan yang Berpotensi Mengandung Minyak Babi

Bagi umat muslim, memilih makanan halal menjadi pertimbangan utama sehari-hari. Salah satu yang paling dihindari umat muslim yakni babi dan penggunaannya dalam masakan, termasuk dalam bentuk minyak babi.
Namun, belakangan ini banyak sekali muncul isu penggunaan minyak babi dalam masakan tertentu, yang mana dikenal halal. Misalnya nasi goreng, mi goreng, dan olahan ayam yang digoreng dengan minyak babi. Tentu saja hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi umat muslim atau siapa pun yang tidak makan babi.
Untuk itu, penting memahami ciri-ciri masakan yang menggunakan minyak babi. Meskipun tidak mutlak, kita bisa mengenalinya dengan beberapa cara. Di antaranya seperti di bawah ini.
1. Ciri khas kerenyahan pada makanan tertentu yang menggoda selera

Tekstur renyah yang garing di luar, tetapi lembut di dalam kerap jadi ciri khas makanan yang dimasak dengan minyak babi. Minyak ini sering digunakan dalam pembuatan kulit pai, cookies, dan biskuit, karena kemampuannya membuat adonan menjadi flaky dan lembut.
Namun, bukan berarti pie, cookies, dan biskuit yang flaky sudah pasti menggunakan minyak babi, ya! Ada banyak cara lain untuk membuatnya renyah dan flaky. Misalnya dengan menggunakan jenis mentega tertentu, takaran telur, teknik memasak, dan lain-lain.
Menggoreng dengan minyak babi juga menghasilkan kerenyahan yang tak mudah ditiru minyak nabati biasa. Rasanya gurih, aromanya khas, dan hasil akhirnya lebih terasa lebih sedap. Tak heran jika banyak tempat makan yang tergiur menggunakannya.
Meski terdengar menggiurkan, kamu tetap perlu waspada. Ada banyak makanan yang berpotensi mengandung minyak babi, meskipun tak mencantumkan bahan tersebut secara jelas. Jika kamu ragu, kamu bisa menanyakan kepada penjual dengan sopan dan tidak menyinggung.
2. Keunggulan minyak babi dalam teknik memasak bersuhu tinggi

Salah satu keunggulan utama minyak babi adalah stabilitasnya yang tinggi saat dipanaskan. Titik asapnya lebih tinggi dibandingkan banyak minyak nabati, sehingga cocok untuk metode memasak seperti memanggang dan menggoreng.
Saat digunakan dalam suhu tinggi, minyak ini cenderung tidak mudah menghitam atau merusak cita rasa makanan. Justru, hasil akhirnya membuat makanan jadi lebih renyah dan tidak mudah gosong, sangat ideal untuk adonan goreng-gorengan.
Minyak babi juga menghasilkan oksidasi yang lebih sedikit, sehingga membuatnya tahan lama dan efisien dalam proses memasak. Itulah sebabnya banyak dapur profesional masih menggunakannya, terutama untuk hasil masakan yang lebih konsisten.
3. Penyamaran istilah bahan dalam label produk yang perlu diwaspadai
Minyak babi tidak selalu muncul dengan nama pork atau lard dalam daftar bahan makanan. Beberapa produsen menggunakan istilah umum, seperti shortening, lemak hewani, protein hewani, atau gelatin sebagai pengganti kata langsung.
Sayangnya, istilah-istilah tersebut bisa merujuk pada turunan babi, apalagi jika tidak disertai keterangan spesifik. Produk impor atau yang belum bersertifikat halal perlu mendapat perhatian lebih saat kamu membacanya.
Untuk menghindari risiko mengonsumsi makanan yang berpotensi mengandung minyak babi, biasakan membaca label secara menyeluruh. Pilih produk yang jelas sumber bahan bakunya atau yang telah tersertifikasi halal secara resmi.
Nah, itu dia ciri-ciri makanan yang berpotensi mengandung minyak babi yang perlu kamu pahami dan waspadai, terutama bagi kamu yang menghindari daging babi dan produk olahannya. Jika ragu, kamu bisa menanyakannya kepada penjual.
Penulis: Nisrina Putri Dayani