5 Nama Makanan yang Sering Bikin Salah Paham, Ada Apa Saja?

Banyak makanan dunia terdengar mewah, aneh, bahkan menakutkan, padahal cita rasanya justru jauh dari bayangan awal. Kadang banyak makanan yang namanya apa tapi bahannya tidak ada kaitannya dengan nama tersebut. Ada pula makanan yang namanya membawa nama negara atau kota tertentu nyatanya tidak berasal dari tempat tersebut.
Dari Asia hingga Amerika, ternyata ada banyak makanan yang namanya menipu, tapi justru di situlah daya tariknya. Berikut lima nama makanan yang sering membuat orang salah paham.
1. Lion’s head menggoda lidah tanpa sepotong daging singa

Nama “lion’s head” terdengar eksotis, tetapi jangan terkecoh. Hidangan ini sama sekali tidak menggunakan daging singa, melainkan bola daging babi berukuran besar yang direbus perlahan hingga empuk. Makanan khas Jiangsu, Tiongkok ini disajikan bersama kubis napa dalam kuah bening gurih. Teksturnya lembut, bumbunya halus, dan aroma kaldu yang muncul saat disajikan terasa menenangkan. Nama “lion’s head” diambil dari bentuk baksonya yang bulat besar menyerupai kepala singa, sedangkan daun kubis di sekelilingnya dianggap seperti surai hewan tersebut.
Keunikan lion’s head bukan hanya pada tampilannya, tetapi juga pada filosofi di baliknya. Dalam budaya Tionghoa, singa dianggap simbol keberanian dan kehormatan. Itulah mengapa hidangan ini sering hadir di perayaan penting seperti Tahun Baru Imlek atau jamuan keluarga besar. Meski namanya terkesan menyeramkan, cita rasanya justru menenangkan dan berkelas, mencerminkan keseimbangan rasa dan simbol khas masakan Tiongkok klasik.
2. French fries ternyata dari Belgia

Meski disebut french fries, kentang goreng ini sebenarnya bukan berasal dari Prancis. Banyak yang meyakini bahwa asal mula makanan ini justru dari Belgia, tempat warga desa sudah menggoreng potongan kentang sejak abad ke-17. Mereka biasa menyajikannya dengan ikan goreng di tepi sungai Meuse. Saat musim dingin, ketika sungai membeku, ikan digantikan oleh potongan kentang goreng dan dari situlah kebiasaan itu lahir. Tentara Amerika yang bertugas di wilayah berbahasa Prancis kemudian menamainya french fries karena penduduk setempat menggunakan bahasa Prancis.
Kini, french fries menjadi ikon global yang bisa ditemukan di hampir setiap restoran cepat saji. Di Indonesia, kentang goreng kerap disajikan dengan saus sambal atau keju leleh. Sementara di Belgia, kentang goreng disajikan dengan saus mayones kental dan gurih. Jadi, meskipun namanya french fries, jejak sejarahnya tetap melekat di tanah Belgia.
3. Hamburger berawal dari Hamburg, bukan dari ham

Kata “hamburger” sering membuat orang berpikir hidangan ini mengandung ham atau daging babi. Padahal, istilah tersebut berasal dari kota Hamburg di Jerman. Di kota pelabuhan itu, daging sapi cincang yang dibumbui menjadi hidangan populer bagi para pelaut. Ketika imigran Jerman membawa resep tersebut ke Amerika, daging itu kemudian disajikan di antara dua roti bundar, melahirkan burger seperti yang dikenal sekarang. Tekstur juicy dari patty, kombinasi roti lembut, serta sentuhan saus dan sayuran segar membuat hamburger cepat diterima masyarakat dunia.
Evolusi hamburger tak berhenti di situ. Kini, banyak variasi muncul, mulai dari cheeseburger, chicken burger, hingga vegan burger berbahan nabati. Makanan ini mencerminkan gaya hidup cepat dan praktis, tetapi tetap bisa dinikmati dengan cita rasa kaya. Jadi, meski namanya mengandung kata “ham”, hamburger sejatinya adalah hasil persilangan budaya Jerman dan Amerika yang berhasil mendunia.
4. Crab rangoon menggabungkan cita rasa timur dan barat

Nama “crab rangoon” seolah berasal dari Myanmar karena menyebut “Rangoon” (nama lama Yangon). Namun, makanan ini justru lahir di Amerika Serikat pada era 1950-an. Crab rangoon berupa dumpling goreng yang berisi campuran keju krim, daun bawang, dan daging kepiting imitasi. Saat digigit, kulit luarnya renyah sementara isinya lembut dan gurih. Kombinasi rasa ini membuatnya cepat populer di restoran Chinese-American
Menariknya, penggunaan keju krim bukanlah ciri khas masakan Asia, melainkan pengaruh kuat kuliner Barat. Jadi, crab rangoon bisa disebut hasil eksperimen kreatif yang mempertemukan dua dunia rasa. Meskipun tidak berasal dari Myanmar maupun Tiongkok, popularitasnya membuat banyak orang mengira hidangan ini bagian dari kuliner Asia tradisional.
5. Sweetbreads mengandung organ dalam hewan, bukan roti manis

Nama “sweetbreads” terdengar seperti dessert, padahal justru merupakan hidangan gurih berbahan organ dalam hewan muda, terutama kelenjar timus atau pankreas dari sapi dan domba. Di dapur klasik Eropa, bagian ini diolah dengan cara direbus, dibumbui, lalu digoreng hingga renyah di luar dan lembut di dalam. Rasa manis alami dari jaringan lemaknya membuatnya dinamakan “sweet”, sementara “bread” merujuk pada teksturnya yang padat, bukan roti.
Meski terdengar ekstrem, sweetbreads punya tempat istimewa di dunia fine dining. Banyak chef mengolahnya dengan saus anggur putih atau truffle butter untuk menghadirkan cita rasa kompleks dan elegan. Makanan ini menunjukkan bagaimana persepsi terhadap bahan makanan bisa berubah berdasarkan budaya dan tradisi memasak. Jadi, ketika mendengar nama “sweetbreads”, jangan langsung berpikir tentang kue manis karena yang tersaji di piring adalah karya seni kuliner dengan cita rasa mendalam.
Makanan dunia memang penuh kejutan nama yang terdengar sederhana kadang menyimpan sejarah panjang dan teknik masak yang rumit. Kesalahpahaman soal nama justru memperlihatkan betapa luasnya ragam kuliner di dunia dan bagaimana budaya bisa memengaruhi cara kita memandang makanan. Setelah tahu maknanya, apakah kamu masih berani menebak isi suatu hidangan hanya dari namanya?


















