Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Minyak Kelapa dan Minyak Zaitun, Bikin Makanan Lebih Sehat

ilustrasi minyak kelapa dan minyak zaitun (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi minyak kelapa dan minyak zaitun (pexels.com/Ron Lach)

Sebagai pencinta kuliner, kamu pasti gak asing dengan minyak kelapa dan minyak zaitun. Keduanya sering dipakai dalam berbagai resep, mulai dari masakan tradisional hingga menu sehat ala Mediterania. Membahas perbedaan minyak kelapa dan minyak zaitun sangat penting, terutama jika kamu ingin lebih sadar terhadap nutrisi dan hasil akhir masakan.

Meski sama-sama tergolong plant-based oil, keduanya punya karakteristik, manfaat, dan kegunaan yang berbeda dalam dunia masak-memasak, lho. Nah, artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai bahan dasar, kandungan nutrisi, cara penggunaan, dan manfaat kesehatannya. Yuk, simak ulasan selengkapnya di bawah ini!

1. Asal usul dan proses produksi

ilustrasi virgin coconut oil (pexels.com/Tijana Drndarski)
ilustrasi virgin coconut oil (pexels.com/Tijana Drndarski)

Minyak kelapa berasal dari daging kelapa (baik segar maupun kering) yang diekstrak menjadi minyak. Versi virgin coconut oil biasanya dibuat tanpa pemanasan tinggi, sehingga kandungan alaminya tetap terjaga. Prosesnya melibatkan pengeringan daging kelapa dan pemerasan, atau fermentasi alami. Karena itu, minyak kelapa cenderung berwarna putih ke krem dan memiliki aroma khas kelapa yang kuat.

Sebaliknya, minyak zaitun berasal dari buah zaitun yang dihancurkan dan melalui proses cold-pressed untuk menghasilkan extra virgin olive oil. Proses ini mempertahankan antioksidan alami dan rasa buah zaitun yang tajam. Perbedaan bahan baku dan metode ekstraksi ini membuat karakteristik keduanya sangat berbeda, baik dari segi rasa, aroma, maupun kualitas nutrisinya, lho.


2. Kandungan nutrisi dan komposisi lemak

ilustrasi minyak zaitun (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi minyak zaitun (pexels.com/Pixabay)

Minyak kelapa mengandung sekitar 90 persen lemak jenuh, sebagian besar berupa medium-chain triglycerides (MCT) seperti asam laurat. MCT dapat diserap lebih cepat oleh tubuh dan digunakan sebagai sumber energi. Namun, karena kandungan lemak jenuhnya tinggi, penggunaannya tetap disarankan dalam jumlah sedang untuk menjaga keseimbangan asupan lemak.

Sementara itu, minyak zaitun dikenal kaya akan lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fats), terutama asam oleat. Lemak jenis ini dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung dan inflamasi. Minyak zaitun juga mengandung antioksidan kuat seperti polyphenols dan vitamin E yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh, terutama sistem kardiovaskular.


3. Kegunaan dalam dunia masak-memasak

ilustrasi minyak zaitun dipakai untuk masakan Mediterania (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi minyak zaitun dipakai untuk masakan Mediterania (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Dalam masakan Indonesia, minyak kelapa sering digunakan untuk menumis bumbu atau membuat kue tradisional. Aroma dan rasanya yang khas cocok untuk masakan bersantan atau gorengan karena titik asapnya relatif tinggi, nih. Kamu juga bisa menggunakannya sebagai bahan dalam resep raw food atau minuman sehat seperti bulletproof coffee.

Minyak zaitun lebih cocok digunakan untuk masakan bergaya Mediterania, salad dressing, atau sebagai finishing oil karena aromanya yang kuat. Namun, extra virgin olive oil memiliki titik asap yang lebih rendah, sehingga sebaiknya gak dipakai untuk menggoreng dengan suhu tinggi. Untuk keperluan memasak dengan panas tinggi, kamu bisa menggunakan light olive oil yang lebih stabil terhadap suhu panas, ya.

4. Manfaat kesehatan dari kedua jenis minyak

ilustrasi jantung yang sehat (freepix.com/Freepix)
ilustrasi jantung yang sehat (freepix.com/Freepix)

Minyak kelapa, terutama yang mengandung MCT dipercaya mampu meningkatkan metabolisme dan membantu pembakaran lemak. Minyak kelapa memiliki efek antimikroba dan dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik). Namun, efeknya terhadap kolesterol LDL (jahat) masih menjadi kontroversi di dunia medis, lho.

Di sisi lain, manfaat minyak zaitun lebih banyak didukung oleh pakar kesehatan. Konsumsi rutin extra virgin olive oil dikaitkan dengan penurunan risiko stroke, penyakit jantung, dan bahkan beberapa jenis kanker. Kandungan antioksidannya yang tinggi membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Karena itu, banyak ahli gizi menyarankan penggunaan minyak zaitun sebagai bagian dari pola makan sehat, nih.


5. Harga dan ketersediaan di pasaran

ilustrasi minyak kelapa (pixabay.com/moho01)
ilustrasi minyak kelapa (pixabay.com/moho01)

Minyak kelapa biasanya lebih mudah ditemukan di pasar tradisional hingga supermarket di Indonesia. Harganya relatif terjangkau, apalagi jika kamu membeli dalam bentuk refined coconut oil. Meski begitu, jika kamu memilih virgin coconut oil, harganya bisa sedikit lebih mahal tergantung pada merek dan proses produksinya.

Sebaliknya, minyak zaitun, terutama yang extra virgin, umumnya lebih mahal karena diproduksi dari buah zaitun impor dan proses ekstraksinya yang lebih kompleks. Meski begitu, kini banyak merek lokal yang menyediakan minyak zaitun berkualitas dengan harga bersaing, kok. Kamu bisa menemukan berbagai jenisnya di supermarket besar atau toko bahan makanan impor.

Bagi kamu yang mencintai dunia kuliner, memahami perbedaan minyak kelapa dan minyak zaitun sangat penting untuk memilih bahan terbaik dalam memasak. Keduanya memiliki keunikan masing-masing dari segi rasa, nutrisi, dan kegunaan. Jadi, memilih antara minyak kelapa dan minyak zaitun sebaiknya disesuaikan dengan jenis masakan dan kebutuhan kesehatanmu. Tak ada salahnya memiliki keduanya di dapur agar kamu bisa mengeksplorasi cita rasa dan menjaga asupan nutrisi secara seimbang, ya.



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us