Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bolehkah Ceremonial Matcha Dicampur Susu?

ilustrasi ceremonial matcha (pexels.com/Charlotte May)
ilustrasi ceremonial matcha (pexels.com/Charlotte May)
Intinya sih...
  • Ceremonial matcha merupakan jenis matcha tertinggi dengan aroma manis dan tekstur halus
  • Susu dapat mengubah karakter rasa dan tekstur ceremonial matcha, membuatnya lebih creamy dan tebal
  • Penggunaan susu dalam ceremonial matcha dipandang sebagai preferensi pribadi, namun beberapa orang merasa ini menghilangkan nilai asli dari minum teh tradisional Jepang

Popularitas ceremonial matcha kini meroket di media sosial, dari cangkir minimalis ala kafe Jepang hingga ritual minum teh yang estetik di pagi hari. Meski tampak sederhana, ada banyak hal kompleks dan aturan tak tertulis yang menyertai pembuatan sampai penyajian ceremonial matcha.

Banyak yang penasaran, bagaimana cara menikmati matcha jenis ini dengan benar? Salah sedikit, bisa-bisa rasa aslinya lenyap, bahkan kualitasnya terasa sia-sia. Itulah kenapa membicarakan ceremonial matcha tidak bisa sekadar dari sisi rasa, tapi juga soal tradisi, teknik, dan cara menikmatinya yang tepat.

Banyak yang menanyakan, bolehkah ceremonial matcha dicampur susu? Coba kita cek fakta dan ulasannya, ya.

1. Ceremonial matcha menawarkan pengalaman otentik

ilustrasi ceremonial matcha (pexels.com/Anna Pou)
ilustrasi ceremonial matcha (pexels.com/Anna Pou)

Ceremonial matcha merupakan salah satu jenis matcha dengan kualitas tertinggi yang biasanya digunakan dalam upacara minum teh tradisional Jepang. Bubuk teh hijau ini berasal dari daun teh muda yang dipetik langsung dengan tangan, dikeringkan, dan digiling memakai batu granit hingga menjadi bubuk halus. Warna hijaunya sangat cerah dan aroma yang dihasilkan cenderung manis serta lembut, berbeda dengan matcha kualitas kuliner yang lebih pahit dan pekat.

Tujuan utama dari ceremonial matcha bukan sekadar diminum, tapi untuk dinikmati sebagai sebuah pengalaman yang utuh. Mulai dari visual, aroma, hingga tekstur dan aftertaste yang halus di langit-langit mulut.

Berkat kelebihannya, banyak yang menyarankan untuk menikmati ceremonial matcha hanya dengan air panas agar rasa aslinya tidak terganggu. Sensasi ini sulit ditemukan pada matcha yang telah dicampur bahan lain, karena sedikit tambahan saja bisa mengubah keseluruhan karakternya.

2. Susu dapat mengubah karakter ceremonial matcha

ilustrasi susu (pexels.com/Hamza Khalid)
ilustrasi susu (pexels.com/Hamza Khalid)

Saat susu ditambahkan ke ceremonial matcha, perubahan pertama yang terjadi jelas ada pada rasa. Susu, terutama yang full cream atau plant based, seperti oat dan almon, memiliki rasa dominan yang dapat menutupi kehalusan rasa teh hijau. Ceremonial matcha yang harusnya ringan, punya manis alami, bahkan terasa sedikit umami, bisa kehilangan kompleksitas rasanya jika bertemu dengan susu.

Dari segi tekstur, susu juga mengubah sensasi yang dirasakan saat matcha menyentuh lidah. Biasanya, ceremonial matcha terasa ringan dan bersih, tetapi susu membuatnya lebih creamy dan tebal.

Sebetulnya, menambahkan susu bukan hal yang salah, tetapi membuatnya menjadi pengalaman yang sangat berbeda dari niat awal penggunaan matcha berkualitas tinggi. Maka dari itu, banyak pencinta matcha mempertanyakan apakah mencampur susu masih menghargai esensi dari ceremonial matcha itu sendiri.

3. Penikmat matcha berbeda dalam preferensi penyajian

ilustrasi ceremonial matcha (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi ceremonial matcha (pexels.com/Monstera Production)

Tidak semua orang meminum matcha untuk menghargai nilai tradisinya, karena banyak juga yang mengonsumsi karena manfaat kesehatan atau sekadar mengikuti tren. Di sinilah preferensi pribadi mulai berperan besar. Beberapa orang merasa kalau rasa ceremonial matcha terlalu pahit jika tidak diberi susu atau pemanis tambahan, meskipun aslinya tidak seharusnya tidak terasa pahit sama sekali bila diseduh dengan benar.

Maka dari itu, mencampur susu sebenarnya bukan tindakan yang “salah”, melainkan soal pilihan. Di banyak kafe modern, bahkan yang berbasis Jepang, matcha latte dibuat dengan ceremonial matcha sebagai bahan dasarnya. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan selera konsumen juga turut membentuk cara penyajian ceremonial matcha ini di luar Jepang. Namun tetap saja, bagi purist alias penganut gaya minum teh tradisional, langkah ini dianggap “menodai” nilai asli ceremonial matcha.

4. Pencampuran susu bisa dianggap pemborosan

ilustrasi susu (pexels.com/Anna Pou)
ilustrasi susu (pexels.com/Anna Pou)

Kita semua harus sepakat di awal kalau ceremonial matcha bukan produk murah. Harga per gramnya bisa berkali-kali lipat dari matcha biasa. Maka wajar jika banyak yang beranggapan mencampur susu ke dalam ceremonial matcha termasuk pemborosan. Kenapa harus bayar mahal kalau akhirnya rasa asli matcha mesti ditutupi susu?

Dari sudut pandang ekonomis, menggunakan ceremonial matcha untuk membuat latte sama saja, seperti memasak wagyu A5 untuk jadi isian burger. Bisa saja, enak juga mungkin, tapi apakah itu cara terbaik untuk menghargai bahan yang premium? Jika tujuannya hanya menikmati matcha latte, matcha kuliner dengan kualitas baik bisa jadi pilihan yang jauh lebih rasional dan ekonomis.

5. Keseimbangan rasa ceremonial matcha dan susu bisa dilakukan lewat eksperimen yang pas

ilustrasi menuang susu ke matcha (pexels.com/Charlotte May)
ilustrasi menuang susu ke matcha (pexels.com/Charlotte May)

Meski begitu, bukan berarti ceremonial matcha dan susu menjadi dua kombinasi yang mustahil. Beberapa barista dan penggemar teh melakukan eksperimen dengan rasio, suhu, dan jenis susu tertentu agar tetap bisa merasakan matcha tanpa harus menghilangkan karakternya. Kuncinya yaitu dengan mencari titik seimbang, bukan menenggelamkan salah satu rasa.

Misalnya, menggunakan susu oat yang lebih netral atau susu almon tanpa pemanis, lalu menyesuaikan suhu agar matcha tidak terbakar dan kehilangan rasa manis alaminya. Dengan pendekatan yang hati-hati, kamu masih bisa menikmati karakter ceremonial matcha meski dengan sedikit sentuhan modern. Namun ya itu tadi, semuanya kembali ke preferensi apakah kamu meminum ceremonial matcha untuk pengalaman, atau hanya penasaran dengan rasanya?

Ceremonial matcha punya kelas dan aturan main tersendiri dibanding jenis matcha lainnya, tapi bukan berarti kamu tidak bisa menikmatinya dengan cara yang kamu suka. Kamu harus tahu bahan apa yang sedang kamu gunakan, dan apa konsekuensinya kalau kamu bereksperimen dengan bahan sekelas ini. Mau dicampur susu atau tidak, selama kamu tahu alasannya dan bisa menikmatinya, tidak ada yang benar-benar salah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us