Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Gochugaru Sering Digunakan dalam Masakan Korea?

ilustrasi gochugaru
ilustrasi gochugaru (pexels.com/Bonaventure Fernandez)
Intinya sih...
  • Gochugaru memberi warna merah ikonik pada masakan Korea
  • Rasanya kompleks dengan sensasi pedas yang seimbang
  • Memiliki fleksibilitas tinggi dalam penggunaan dan nilai budaya kuliner Korea
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau penggemar masakan Korea, pasti kamu sering melihat banyak hidangan Korea yang memiliki warna merah merona. Nah, warna merah ini dihasilkan dari penggunaan gochugaru atau bubuk cabai khas Korea Selatan, lho.

Namun ternyata, ada banyak alasan kenapa gochugaru begitu populer dan banyak digunakan dalam setiap pembuatan masakan Korea. Kalau penasaran dengan alasannya, kamu bisa menyimak penjelasan yang dibagikan dalam artikel ini. Yuk, cari tahu di bawah ini kenapa gochugaru kerap digunakan dalam masakan Korea!

1. Memberi warna merah menyala yang ikonik

ilustrasi kimchi jjigae
ilustrasi kimchi jjigae (commons.wikimedia.org/by miyagawa)

Gochugaru, atau yang dikenal sebagai bubuk cabai Korea, menjadi bahan rahasia di balik warna merah menyala yang begitu khas di banyak masakan Korea. Bubuk cabai ini sering kali dijadikan bumbu campuran pada banyak hidangan, seperti kimchi, tteokbokki, kimichi jjigae, hingga sundubu jjigae.

Warna merah yang dihasilkan dari gochugaru bukan hanya berfungsi untuk mempercantik tampilan hidangan, tetapi bahan ini menjadi simbol rasa dan identitas dari kuliner Korea itu sendiri. Ketika melihat hidangan berwarna merah pekat, orang pasti akan langsung teringat pada cita rasa Korea yang berani dan menggoda.

2. Rasanya kompleks, tapi sensasi pedasnya seimbang

ilustrasi gochugaru
ilustrasi gochugaru (pexels.com/Bonaventure Fernandez)

Tidak seperti cabai bubuk pada umumnya yang sering dijual di pasaran, gochugaru memiliki cita rasa yang jauh lebih kompleks dibandingkan cabai bubuk biasa. Tak hanya memberikan sensasi pedas, tetapi gochugaru juga menghadirkan perpaduan rasa manis, aroma smoky, dan sedikit sentuhan fruity yang khas.

Kombinasi unik tersebut membuat rasa pedas gochugaru terasa seimbang dan tidak membakar lidah, tetapi tetap menggugah selera. Karakter rasa yang kaya ini membuat gochugaru mampu menambah kedalaman dan kehangat pada berbagai hidangan yang sulit ditiru oleh cabai bubuk lainnya.

3. Memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam hal penggunaan

ilustrasi gochugaru
ilustrasi gochugaru (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Selain rasanya yang kompleks, gochugaru juga dikenal memiliki fleksibilitas yang tinggi, karena bisa digunakan sebagai bumbu atau bahan campuran dalam berbagai jenis hidangan Korea. Misalnya, dalam pembuatan kimchi, gochugaru kasar menjadi bahan utama yang bisa memberi rasa pedas sekaligus warna merah yang khas pada hasil fermentasi kimchi.

Gochugaru juga sering digunakan dalam hidangan sup Korea, seperti kimchi jjigae atau sundubu jjigae. Bubuk cabai ini bisa menambahkan kehangatan dan aroma yang menggugah selera dalam tiap suapannya. Selain itu, gochugaru juga bisa dicampurkan dalam bumbu marinasi daging untuk memberi cita rasa pedas manis yang menggugah.

4. Sebagai suatu tradisi dan budaya kuliner korea

ilustrasi gochugaru
ilustrasi gochugaru (pexels.com/Jana Ohajdova)

Gochugaru tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan cita rasa hidangan, tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam dalam sejarah kuliner Korea. Cabai sebenarnya bukan tanaman asli Korea, karena tanaman ini dibawa ke Asia dari Amerika melalui jalur perdagangan global yang dikenal sebagai Columbian Exchange pada abad ke-16.

Setelah diperkenalkan ke masyarakat Korea, dengan cepat mereka mengadaptasi cabai ke dalam banyak masakan Korea. Pada abad ke-17 hingga ke-18, berbagai resep yang menggunakan gochugaru serta gocujang mulai tercatat dalam literatur kuliner Korea. Sejak saat itulah, gochugaru menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner Korea.

5. Adanya pengaruh fermentasi dan nilai gizi tambahan

ilustrasi gochugaru
ilustrasi gochugaru (pexels.com/Barbara Diependaele)

Gochugaru berperan penting, tidak hanya mempercantik tampilan hidangan, tetapi juga sebagai salah bahan yang mendukung proses fermentasi dan memberikan manfaat gizi tambahan. Dalam pembuatan kimchi, bubuk cabai ini membantu menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri baik yang muncul selama fermentasi.

Proses fermentasi tersebut tidak hanya memperkaya cita rasa, tetapi juga meningkatkan nilai gizi hidangan dan menjadikannya sumber probiotik alami yang baik untuk pencernaan. Selain itu, bubuk cabai seperti gochugaru juga mengandung berbagai nutrisi penting, termasuk vitamin A, vitamin E, serat, serta senyawa aktif, seperti capsaicin yang memiliki sifat antioksidan yang bermanfaat untuk tubuh.

Dengan beberapa alasan di atas, kini menjadi semakin jelas bahwa gochugaru bukan sekadar cabai bubuk biasa, melainkan elemen penting yang membentuk cita rasa dan identitas kuliner Korea. Dari warna merah yang menggoda hingga perannya dalam kesehatan, gochugaru membawa keseimbangan antara tradisi dan kelezatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Food

See More

Perbedaan Cimol Bojot dan Cimol Biasa, yang Mana Favoritmu?

15 Okt 2025, 14:30 WIBFood
Potret kopi ristretto

Apa Itu Kopi Ristretto?

15 Okt 2025, 11:30 WIBFood