Kenapa Harga Ceremonial Matcha Lebih Mahal dari Matcha Biasa?

- Ceremonial matcha menarik perhatian penikmat teh dengan kualitas, warna, dan aroma yang lebih mewah daripada matcha biasa.
- Proses produksi ceremonial matcha membutuhkan waktu lama dan ketelitian tinggi dalam pemilihan daun, penggilingan manual, hingga uji mutu yang ketat.
- Harga mahal ceremonial matcha tidak hanya mencerminkan kualitas bahan, tetapi juga nilai budaya dan proses rumit di balik secangkir teh.
Ceremonial matcha semakin mencuri perhatian para penikmat teh, terutama mereka yang serius mengeksplorasi jenis dan kualitas bubuk teh hijau asal Jepang ini. Dalam deretan produk matcha di rak toko atau marketplace, label "ceremonial grade" seolah memberi sinyal bahwa ini bukan sembarang bubuk hijau. Warna lebih cerah, aromanya lebih segar, dan kesannya pun lebih mewah dibanding matcha biasa.
Menariknya, harga ceremonial matcha bisa melonjak jauh, bahkan tiga kali lipat, dari matcha culinary yang sering kita temui di pasaran. Banyak yang penasaran, apakah hanya soal kualitas, atau ada hal lain yang membuat harga matcha jenis ini begitu tinggi? Berikut penyebab kenapa harga ceremonial matcha lebih mahal dari matcha biasa.
1. Petani memanen daun teh pilihan secara teliti

Ceremonial matcha berasal dari daun teh hijau yang dipanen hanya pada musim tertentu. Biasanya teh hijau dipanen pada awal musim semi, tepatnya di mana daun masih muda dan segar.
Petani memilih pucuk paling atas dari tanaman teh, yang dikenal sebagai bagian paling lembut dan minim kandungan serat. Proses pemilihan ini dilakukan dengan hati-hati dan tidak bisa sembarangan, karena kualitas rasa matcha dipengaruhi daun yang digunakan.
Tak hanya soal kapan daun dipanen, tapi juga bagaimana daun tersebut diproses setelah dipetik. Daun teh untuk ceremonial matcha tidak melalui proses fermentasi dan langsung dikukus untuk mempertahankan warna hijaunya yang cerah.
Selanjutnya, daun teh hijau yang telah dipilih akan melalui proses pengeringan, lalu digiling perlahan menggunakan batu granit tradisional hingga menjadi bubuk yang sangat lembut. Semua proses ini membutuhkan ketelitian tinggi, waktu lebih lama, dan biaya tidak sedikit.
2. Proses penggilingan mempertahankan kualitas bubuk

Bubuk matcha ceremonial digiling menggunakan batu granit tradisional, bukan mesin modern. Proses ini berlangsung sangat lambat, bahkan bisa memakan waktu hingga 1 jam hanya untuk menghasilkan 30 gram matcha. Alasan prosesnya lama adalah karena gesekan yang terlalu cepat bisa merusak rasa dan aroma alami dari daun teh.
Hasil akhir dari metode penggilingan manual ini adalah bubuk matcha yang sangat lembut dengan tekstur menyerupai bedak halus. Tingkat kehalusan ini penting, karena matcha tidak diseduh seperti teh biasa, melainkan dikocok dengan air panas hingga berbuih. Kelembutan bubuk membuat tekstur minuman terasa lembut di mulut dan tidak meninggalkan kesan berpasir.
3. Warna dan rasa menjadi tolok ukur kualitas

Salah satu hal paling mencolok dari ceremonial matcha adalah warna hijaunya yang cerah dan hidup. Warna ini muncul berkat teknik penanaman di bawah naungan (shade-grown) selama beberapa minggu sebelum panen. Proses ini meningkatkan kadar klorofil dalam daun teh hijau yang tidak hanya memengaruhi warna, tetapi juga cita rasa dan nutrisi.
Dari segi rasa, ceremonial matcha punya profil yang lebih halus, tanpa rasa pahit mencolok seperti pada matcha kuliner. Rasa umami yang khas membuatnya nikmat untuk dinikmati tanpa tambahan apa pun, cukup dengan air panas. Keunikan rasa ini hanya bisa dihasilkan dari bahan dan proses terbaik, yang jelas tidak murah.
4. Sertifikasi dan standar mutu diperhatikan serius

Matcha berlabel ceremonial biasanya telah melalui berbagai tahapan pengujian mutu, baik oleh produsen maupun lembaga independen tertentu. Standar ini mencakup kualitas warna, aroma, rasa, hingga kehalusan bubuk. Produk-produk ini juga kerap mendapat sertifikasi organik, atau diproduksi oleh pengrajin teh yang telah berpengalaman selama puluhan tahun.
Setiap batch matcha diuji sebelum dipasarkan untuk memastikan konsistensi rasa dan kualitasnya. Proses ini tentu membutuhkan tenaga ahli serta alat yang mendukung. Faktor inilah yang membuat ceremonial matcha tak bisa diproduksi secara massal dengan cara biasa, sehingga harganya pun ikut naik seiring dengan standar tinggi yang diterapkan.
5. Tradisi dan nilai budaya ikut menentukan harga

Ceremonial matcha lebih dari sekadar bahan minuman, karena keberadaannya lekat dengan sejarah panjang budaya Jepang. Teh hijau berkualitas tinggi ini biasanya disajikan dalam ritual minum teh tradisional yang sarat nilai filosofis dan makna penghormatan, menjadikannya bagian penting dari praktik budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, cara produksinya tidak bisa sembarangan, karena berkaitan langsung dengan tradisi dan penghormatan terhadap seni.
Nilai budaya yang melekat ini menambah lapisan makna pada setiap sendok bubuk matcha. Bukan hanya soal rasa, tetapi juga pengalaman menyeduh dan menikmatinya dengan penuh perhatian. Inilah yang membuat harga ceremonial matcha seolah merepresentasikan lebih dari sekadar kualitas bahan, melainkan juga menghargai proses dan filosofi di balik secangkir teh.
Jadi, ketika melihat harga ceremonial matcha yang terasa melambung tinggi, sebenarnya kamu sedang membayar untuk lebih dari sekadar teh bubuk. Ada ketelitian, warisan budaya, proses rumit, serta dedikasi panjang yang membentuk setiap gramnya. Semua itu hadir untuk menciptakan pengalaman minum teh yang utuh mulai dari warna, aroma, rasa, hingga ketenangan saat menikmatinya.