Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Makanan Kaya Zat Gizi Lesitin yang Baik untuk Otak dan Hati 

ilustrasi telur sebagai salah satu sumber lesitin (pexels.com/Jane Doan)
ilustrasi telur sebagai salah satu sumber lesitin (pexels.com/Jane Doan)

Zat gizi satu ini mungkin masih terdengar asing di telinga. Lesitin merupakan fosfolipid atau lemak nonesensial yang bisa ditemukan di sejumlah makanan dan suplemen. Senyawa ini juga terkadang digunakan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan rasa dan teksturnya.

Lesitin berperan sebagai komponen penting di sejumlah organ vital manusia, seperti otak dan hati serta membantu metabolisme lemak. Dilansir University of Rochester Medical Centre, lesitin juga akan berubah menjadi kolin yang bantu memproduksi asetilkolin atau neurotransmiter dalam sistem saraf manusia.

Menimbang fungsi pentingnya, kebutuhan lesitin tentu harus dipenuhi dengan baik. Karenanya, coba konsumsi makanan sumber lesitin berikut agar kebutuhannya terpenuhi.

1. Kuning telur

ilustrasi telur ceplok (unsplash.com/Montatip Lilitsanong)
ilustrasi telur ceplok (unsplash.com/Montatip Lilitsanong)

Bukan rahasia lagi kalau kuning telur mengandung segudang manfaat bagi tubuh. Pasalnya, bagian telur dengan cita rasa lezat ini kaya akan nutrisi, salah satunya lesitin dan kolin. Satu kuning telur saja bisa memenuhi 25 persen kebutuhan kolin setiap hari.

Sayangnya, kuning telur kerap dihindari karena kandungan lemaknya cukup tinggi. Namun, bukan berarti kamu harus berhenti konsumsi makanan ini sepenuhnya. Atur saja porsi makannya, maksimal satu butir dalam sehari, sebagaimana direkomendasikan Cleaveland Clinic.

2. Kedelai

ilustrasi kacang kedelai (pexels.com/Polina Tankilevitch)
ilustrasi kacang kedelai (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Lesitin juga bisa ditemukan secara alami pada kacang kedelai. Dilansir Healthline, lesitin biasanya diekstrak dari kacang kacang kedelai untuk digunakan sebagai emulsifier dan antioksidan yang bisa meningkatkan tekstur dan menjaga rasa makanan. 

Di samping lesitin, kedelai juga dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati utama bagi kelompok vegetarian dan vegan karena asam aminonya yang cukup lengkap. Pangan yang kaya antibiotik dan probiotik ini umumnya diolah menjadi tempe, tahu, dan susu.

3. Susu

ilustrasi susu dan produk olahannya (freepik.com/azerbaijan_stockers)
ilustrasi susu dan produk olahannya (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Dilansir Livestrong, susu dan produk olahannya, seperti keju, yogurt, dan keju, tak hanya dikenal sebagai sumber kalsium dan fosfor, tetapi juga mengandung tinggi lesitin.

Namun, yang harus jadi catatan penting, susu relatif tinggi lemak jenuh. Karenanya, kamu bisa memilih varian susu low fat jika ingin mengonsumsi susu secara rutin.

4. Biji bunga matahari

ilustrasi biji bunga matahari (unsplash.com/Engin Akyurt)
ilustrasi biji bunga matahari (unsplash.com/Engin Akyurt)

Rasanya yang unik membuat camilan satu ini banyak digemari. Selain lezat, biji bunga matahari seperti kebanyakan biji-bijan lainnya juga mengandung lemak tidak jenuh yang baik untuk tubuh. Lesitin termasuk salah satunya. 

Lesitin yang banyak dijumpai dalam suplemen umumnya diekstraksi dari biji bunga matahari. Ini ditulis dalam laman HealthNews. Konsumsi camilan satu ini gak hanya bantu memenuhi kebutuhan lesitin harian, tetapi juga folat, magnesium, dan vitamin E.

5. Hati dan jeroan ayam

ilustrasi hati ayam (freepik.com/@azerbaijan_stockers)
ilustrasi hati ayam (freepik.com/@azerbaijan_stockers)

Kerap dimusuhi karena kandungan lemak dan kolesterolnya yang cenderung tinggi, dalam hati dan jeroan ayam juga terdapat nutrisi penting lain, seperti lesitin. Tak hanya itu, jeroan juga merupakan sumber zat besi dan vitamin A yang melimpah, sehingga baik dikonsumsi oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Ketiga nutrisi ini juga bisa dikonsumsi orang dewasa, tapi porsinya diperhatikan agar tidak berlebihan, ya!

Untuk mendukung fungsi organ vital tubuh seperti otak dan hati, penuhi kebutuhan lesitin dari makanan di atas, ya. Jangan lupa juga adopsi gaya hidup sehat, seperti menerapkan pola makan seimbang, berolahraga secara rutin, dan mengelola stres dengan baik agar fungsi tubuh semakin optimal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Arnesya
EditorNadhifa Arnesya
Follow Us