Di balik semakin majunya berbagai sektor di Korea Selatan, negeri ginseng ini agaknya tetap tak melupakan warisan budaya seperti kuliner tradisional. Salah satu kuliner lokalnya yang lazim dikenal oleh publik adalah kimchi.
Usut punya usut, kimchi rupanya memiliki beragam variasi. Salah satunya adalah dongchimi. Yuk, simak ulasannya di bawah ini!
Secara etimologi, dongchimi berasal dari dua kata. Pertama, kata dong yang berarti musim dingin. Kedua, kata chimi yang merujuk pada istilah klasik untuk kimchi. Usut punya usut, penamaan ini terkait dengan dongchimi yang memang biasanya dinikmati saat musim dingin.
Dongchimi dibuat dari bahan-bahan seperti daikon (sejenis lobak musim dingin yang sering dipakai dalam masakan Asia), cabai hijau, sawi, jahe, daun bawang, dan bae. Selain itu, dongchimi memiliki keunikan dibandingkan jenis kimchi pada umumnya. Pasalnya, dongchimi merupakan jenis kimchi yang direndam (dan disajikan) dalam air asin.
Dongchimi juga dikenal dengan nama internasional berupa radish water kimchi. Sajian ini termasuk dalam kategori banchan (hidangan pendamping) dan biasanya disantap bersama nasi. Selain itu, dongchimi juga dapat dikreasikan sebagai kuah untuk dongchimi guksu.
Alih-alih pedas seperti kimchi pada umumnya, cita rasa khas yang disuguhkan oleh dongchimi justru adalah sensasi segar. Hal ini dikarenakan dongchimi memang tak menggunakan gochugaru (bubuk cabai khas Korea) maupun gochujang (pasta cabai khas Korea). Selain itu, aromanya pun terbilang unik.
Oleh sebab cita rasanya yang tak pedas tersebut, dongchimi agaknya cocok dihidangkan untuk orang sakit ataupun lansia yang berhalangan memakan masakan pedas. Proses pembuatan dongchimi pun terbilang tak terlampau lama dibandingkan jenis kimchi kebanyakan. Dongchimi cukup difermentasi selama 2-3 hari saja.
Hm, ternyata kimchi juga punya beberapa variasi. Kalau kamu lebih suka kimchi jenis apa?