Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Bibimbap Selalu Disajikan dengan Telur Mentah di Korea?

ilustrasi bibimbap (commons.wikimedia.org/Agnes Ly (Agnes Ly))
ilustrasi bibimbap (commons.wikimedia.org/Agnes Ly (Agnes Ly))

Makanan Korea selalu menarik perhatian karena tampilannya yang penuh warna dan cita rasanya yang seimbang antara manis, gurih, dan pedas. Salah satu hidangan yang paling sering muncul di meja makan Korea maupun restoran luar negeri adalah bibimbap. Hidangan ini terkenal karena keindahan penyajiannya dan keseimbangan gizi di setiap sendoknya.

Namun, banyak orang masih penasaran, apakah bibimbap asli Korea memang selalu disajikan dengan telur mentah di atasnya? Pertanyaan ini sering muncul terutama bagi wisatawan yang baru mengenal kuliner Korea dan khawatir soal bahan mentah. Berikut penjelasan lengkap yang akan mengupas sisi tradisi, teknik penyajian, hingga perubahan modern dalam hidangan legendaris ini.

1. Tradisi penyajian bibimbap di korea mengutamakan keseimbangan

Dolsot bibimbap (commons.wikimedia.org/Guilhem Vellut)
Dolsot bibimbap (commons.wikimedia.org/Guilhem Vellut)

Bibimbap berasal dari kata bibim yang berarti “diaduk” dan bap yang berarti “nasi.” Dalam tradisi Korea, makanan ini tidak sekadar campuran nasi dengan lauk, melainkan simbol keseimbangan antara unsur alam dan kesehatan tubuh. Dulu, bibimbap disajikan pada momen istimewa seperti hari panen atau awal tahun baru sebagai bentuk rasa syukur. Setiap warna bahan memiliki makna kuning dari telur melambangkan tanah, hijau dari sayuran berarti kayu, merah dari gochujang melambangkan api, hitam dari jamur atau rumput laut melambangkan air, dan putih dari nasi berarti logam.

Telur mentah di atas bibimbap bukan hanya pelengkap, tapi bagian dari filosofi keseimbangan tadi. Putih telur dianggap netral sementara kuningnya menambah unsur matahari yang memberi energi. Namun, penggunaan telur mentah juga erat kaitannya dengan kualitas bahan yang sangat segar di Korea, di mana standar kebersihan dan distribusi bahan mentah dijaga ketat. Karena itu, banyak masyarakat Korea terbiasa menikmati telur mentah tanpa khawatir.

2. Variasi daerah menentukan cara penyajian bibimbap

ilustrasi bibimbap (commons.wikimedia.org/Andy Li)
ilustrasi bibimbap (commons.wikimedia.org/Andy Li)

Bibimbap tidak memiliki satu bentuk pasti karena setiap daerah di Korea punya versi tersendiri. Di Jeonju misalnya, bibimbap dibuat dengan kaldu sapi dan minyak wijen berkualitas tinggi serta telur mentah di atasnya. Sedangkan di Jinju, hidangan ini menggunakan daging sapi mentah irisan tipis seperti yukhoe yang kemudian dicampur dengan telur mentah, memberi rasa lembut dan aroma khas.

Namun, berbeda dengan Jeonju atau Jinju, wilayah seperti Andong atau Tongyeong lebih suka menggunakan telur matang. Hal ini disesuaikan dengan suhu lingkungan dan kebiasaan masyarakat setempat yang tidak terbiasa mengonsumsi bahan mentah. Jadi, bisa dikatakan bahwa telur mentah bukan aturan mutlak, melainkan bagian dari kebiasaan daerah yang mencerminkan ragam budaya makan di Korea.

3. Restoran modern mengadaptasi bibimbap untuk selera global

bibimbap (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)
bibimbap (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)

Ketika makanan Korea mulai mendunia, banyak restoran menyesuaikan resep bibimbap agar bisa diterima di berbagai negara. Di luar Korea, telur mentah sering diganti dengan telur setengah matang atau telur mata sapi matang karena mempertimbangkan keamanan pangan. Restoran internasional juga memperhatikan preferensi pelanggan yang tidak terbiasa dengan tekstur mentah.

Adaptasi ini tidak mengubah esensi bibimbap sebagai makanan campuran bergizi, hanya menyesuaikan pada standar kebersihan dan selera lokal. Beberapa koki bahkan mengembangkan versi vegan tanpa telur sama sekali, menggunakan tofu panggang atau jamur sebagai pengganti sumber protein. Fenomena ini menunjukkan bahwa bibimbap bukan makanan yang kaku, melainkan fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan konteks budaya di mana ia disajikan.

4. Faktor tekstur dan suhu menjadi pertimbangan penyajian telur

ilustrasi bibimbap (instagram.com/jhomekitchen)
ilustrasi bibimbap (instagram.com/jhomekitchen)

Bagi orang Korea, tekstur menjadi kunci penting dalam pengalaman makan. Telur mentah yang diaduk dengan nasi panas menciptakan sensasi lembut dan rasa gurih alami tanpa perlu banyak bumbu tambahan. Panas dari nasi akan sedikit mematangkan telur sehingga menghasilkan tekstur yang menyerupai saus kental. Ini yang membuat banyak orang menganggap bibimbap dengan telur mentah memiliki cita rasa lebih “hidup.”

Namun, ketika suhu nasi tidak cukup panas, telur mentah bisa terasa licin dan kurang nyaman bagi sebagian orang. Karena itu, beberapa rumah makan memilih telur setengah matang untuk menjaga tekstur dan keamanan makanan. Perbedaan kecil ini sering menjadi topik diskusi antara pecinta kuliner tradisional dan modern, tapi keduanya tetap mengutamakan pengalaman rasa yang seimbang.

5. Keamanan dan standar kebersihan menentukan pilihan telur

ilustrasi bibimbap (pixabay.com/lovelyheewon)
ilustrasi bibimbap (pixabay.com/lovelyheewon)

Korea memiliki sistem distribusi bahan makanan yang ketat. Telur yang dijual di pasar umumnya sudah melewati proses pemeriksaan dan penyimpanan dingin sejak dari peternakan. Karena itu, risiko bakteri seperti Salmonella sangat kecil. Hal ini menjelaskan mengapa masyarakat Korea merasa aman mengonsumsi telur mentah, termasuk dalam bibimbap.

Sebaliknya, di negara dengan suhu tropis seperti Indonesia, penyajian telur mentah bisa menimbulkan risiko kesehatan bila bahan tidak cukup segar. Oleh sebab itu, restoran Korea di luar negeri cenderung memodifikasi resep asli untuk menjamin keamanan konsumen. Jadi, pilihan antara telur mentah atau matang sebenarnya bergantung pada konteks lokal dan standar bahan yang digunakan, bukan soal keaslian semata.

Bibimbap adalah contoh bagaimana makanan Korea mampu beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya. Baik disajikan dengan telur mentah maupun matang, nilai utama dari hidangan ini tetap terletak pada keseimbangan rasa dan kesegaran bahan. Jadi, setelah tahu berbagai versinya, apakah kamu lebih penasaran mencoba bibimbap dengan telur mentah atau versi matang yang lebih aman untuk lidah lokal?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Food

See More

5 Kuliner Thailand di Blok M yang Patut Dicoba, Enaknya No Debat!

19 Okt 2025, 17:15 WIBFood