6 Perbedaan DOMS Nyeri Otot Tertunda dan Cedera, Jangan Keliru!

Dalam dunia kebugaran dan olahraga, ada dua konsep rasa sakit yang sering bercampur aduk, yaitu delayed onset muscle soreness (DOMS) dan cedera. Meskipun keduanya sama-sama rasa sakit karena aktivitas fisik, ada perbedaan yang signifikan antara DOMS dan cedera.
Dalam artikel ini, kita akan mengenali karakteristik unik dari DOMS atau nyeri otot yang tertunda dan cedera, dari sifat hingga perawatannya. Perbedaan antara DOMS dan cedera ini telah dirangkum dari berbagai sumber, yaitu Cleveland Clinic, Healthline, WebMD, dan Formotion Physio. Dengan memahami ini, kita dapat membedakan keduanya dan membuat langkah cermat untuk penanganan yang tepat.
1. DOMS terjadi sementara, sedangkan cedera bisa bersifat akut atau kronis

Perbedaan pertama antara DOMS dan cedera terletak pada sifat keduanya. DOMS dianggap sebagai “nyeri otot baik.” Hal ini karena DOMS dapat menjadi tanda otot kita sedang berkembang.
Umumnya, rasa sakit karena DOMS muncul beberapa jam hingga hari setelah kita berolahraga. Orang awam sering menyebutnya sebagai nyeri atau pegal akibat berolahraga. Meskipun menimbulkan rasa tidak nyaman, DOMS merupakan respons alami tubuh terhadap intensitas aktivitas fisik yang tinggi melebihi sebelumnya. DOMS biasanya hanya sementara dan dapat mereda seiring berjalannya waktu tanpa memerlukan perawatan khusus.
Di sisi lain, cedera bersifat serius dengan risiko kerusakan struktural. Cedera dapat bersifat akut (tiba-tiba) atau kronis (berkembang seiring waktu). Tidak hanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, cedera juga dapat memengaruhi fungsi normal tubuh. Dengan begitu, perawatan yang optimal sangat diperlukan untuk mengatasi cedera.
2. DOMS terjadi akibat aktivitas fisik yang tinggi, sedangkan cedera bisa disebabkan berbagai faktor

DOMS umumnya disebabkan oleh aktivitas fisik dengan intensitas tinggi melebihi biasanya atau gerakan baru yang menantang. Hal ini menyebabkan mikrotrauma di serat otot sehingga terasa nyeri dan kaku. Penyebab DOMS terkait dengan adaptasi tubuh terhadap latihan dan frekuensi dapat berkurang seiring waktu.
Di sisi lain, cedera dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Trauma fisik seperti benturan benda berat, terjatuh, kelelahan berlebihan, atau gerakan yang salah, dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Selain itu, faktor seperti kondisi medis, melakukan latihan terlalu berat, tidak menggunakan pelindung yang tepat, dan dapat meningkatkan risiko cedera.
3. DOMS dan cedera punya gejala yang berbeda

Perbedaan selanjutnya terletak pada gejala yang dirasakan. Pada DOMS, gejala yang mungkin terasa adalah nyeri ketika disentuh, pembengkakan ringan, hilangnya kekuatan otot dalam jangka pendek, berkurangnya rentang gerak di bagian yang sakit, dan kaku saat bergerak. Gejala ini umumnya bersifat ringan dan sementara.
Sebaliknya, gejala yang dirasakan akibat cedera jauh lebih intens. Gejala yang muncul meliputi:
- rasa terbakar atau nyeri yang tajam
- memar
- kelainan bentuk pada tulang atau sendi
- terdengar suara di bagian yang cedera
- kulit terasa hangat saat disentuh
- pembengkakan parah
- sulit menggerakkan bagian tubuh atau bahkan tidak bisa digerakkan sama sekali.
Gejala cedera cenderung lebih bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Berbeda dengan DOMS yang cenderung mirip-mirip pada setiap orang.
4. Perbedaan durasi sakit akibat DOMS dan cedera

Pada DOMS, rasa sakit umumnya muncul 24 hingga 48 jam setelah latihan intensitas tinggi. Rasa sakit ini mencapai puncaknya dalam 72 jam dan mereda secara perlahan. Ini menunjukkan bahwa rasa sakit yang dialami akibat DOMS bersifat sementara dan secara alami menghilang seiring waktu. Ketika mengalami DOMS, kita umumnya masih bisa beraktivitas normal, meskipun gerakan terbatas.
Lain halnya dengan cedera, durasi rasa sakit cenderung lebih bervariasi. Rasa sakit karena cedera dapat langsung terasa selama aktivitas fisik, segera setelah sesi latihan berakhir, atau 1—2 jam kemudian. Jika rasa sakit makin memburuk setelah 48—72 jam, ini menandakan kemungkinan cedera.
5. Area sakit DOMS dan cedera

Rasa sakit DOMS biasanya terlokalisasi pada area otot yang dilatih. Misalnya, setelah latihan kaki yang intens, rasa sakit terasa di otot paha atau betis yang terlibat. Lokasi yang terkena cenderung terkonsentrasi pada otot yang mengalami peradangan ringan selama latihan. Biasanya bersifat simetris atau sama di kedua sisi tubuh, jika kita melatih keduanya.
Berbeda dengan DOMS yang umumnya menyerang otot dan sendi, cedera cenderung lebih variatif tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Lokasi yang terkena cedera dapat menimpa bagian tubuh mana pun seperti otot, tendon, ligamen, atau bahkan tulang.
Lokasi cedera akibat aktivitas fisik paling sering terjadi di tendon achilles, siku, kepala, lutut, atau pergelangan kaki. Dalam beberapa kasus, rasa sakit dapat merambat atau menyebar ke area di sekitarnya.
6. DOMS tak perlu perawatan spesifik, sedangkan cedera wajib diobati

DOMS umumnya memerlukan perawatan yang ringan dan dapat dilakukan secara mandiri. Beberapa perawatan untuk mengatasi DOMS di antaranya istirahat yang cukup, pemijatan di bagian tubuh yang sakit, kompres dingin, menggunakan obat pereda nyeri, atau mengonsumsi makanan anti inflamasi. Bahkan, sebenarnya tanpa perawatan apa pun, DOMS dapat reda dengan sendirinya.
Berbeda dengan cedera, perawatan yang diperlukan lebih serius tergantung jenis dan tingkat keparahan. Pada tingkat yang rendah, cedera dapat diobati dengan metode RICE, yaitu:
- mengistirahatkan cedera (rest the injury)
- kompresi dingin (ice)
- menggunakan perban kompresi untuk mengurangi pembengkakan (compression)
- meninggikan bagian yang cedera (elevate).
Namun, pada cedera parah, diperlukan intervensi medis seperti fisioterapi, penggunaan perban atau alat bantu, obat antiinflamasi, suntikan pereda nyeri atau bengkak, atau bahkan pembedahan. Oleh karena itu, diagnosis dari dokter penting untuk penanganan yang tepat.
Secara keseluruhan, DOMS dan cedera sangat berbeda. Meskipun keduanya terjadi akibat aktivitas fisik, DOMS dan cedera memiliki banyak perbedaan dilihat dari sifatnya, gejala, penyebab, durasi sakit, lokasi yang terkena, dan perawatan yang diperlukan.
Dengan mengetahui perbedaan tersebut, diharapkan kita dapat menambah wawasan sehingga langkah-langkah pencegahan dan perawatan yang diambil lebih efektif. Jadi, jangan sampai keliru, ya!