17 Cara Mengatasi Trauma pada Anak pasca Peristiwa Traumatis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada Kamis (4/11/2021), kita dikejutkan dengan berita meninggalnya Vanessa Angel dan suami, Bibi Andriansyah. Mengalami kecelakaan mobil, anak Vanessa dan Bibi, Gala Sky Andriansyah, dikabarkan selamat dengan luka ringan dan tengah menjalani perawatan.
Menjadi penyintas dari peristiwa traumatis, salah contohnya adalah selamat kecelakaan mobil fatal, bisa menyebabkan trauma pada anak. Jika tak ditangani dengan benar, trauma ini bisa bertahan anak besar nanti. Apa yang bisa dilakukan agar anak-anak bisa mengatasi trauma setelah pengalaman traumatis?
1. Buat anak merasa nyaman
Sentuhan seperti pelukan membuat mereka merasa nyaman, terutama setelah anak mengalami atau menyaksikan langsung peristiwa traumatis yang menakutkan.
2. Tetap tenang dan hibur anak
Sebisa mungkin janganlah mengungkit kejadian traumatis tersebut di hadapan anak dan tetap jaga nada suara tetap tenang dan lembut.
3. Tetap lakukan rutinitas seperti biasa
Jadwalkan waktu makan, tidur, atau rutinitas lainnya secara konsisten. Dengan begitu, anak akan merasa hidup seperti biasa dan ia akan merasa semuanya baik-baik saja.
4. Bantu anak-anak agar merasa terhibur dan senang
Doronglah anak untuk melakukan aktivitas dan bermain dengan anak-anak lain sehingga mereka teralihkan dari peristiwa traumatis yang pernah dialaminya.
5. Ceritakan peristiwa traumatis kepada anak bila waktunya tepat
Jika waktu dan usia anak sudah tepat, ceritakan peristiwa traumatis kepada anak dengan benar dan hingga tuntas. Ceritakan dengan singkat dan jujur, serta jangan melarang anak untuk bertanya baik saat sedang di tengah percakapan atau setelahnya.
6. Batasi paparan berita
Anak yang terus-menerus terpapar berita mengenai peristiwa traumatis dapat menganggap seolah-olah peristiwa tersebut sedang berlangsung. Dengan membatasi paparan berita, anak bisa cepat pulih dari peristiwa menakutkan yang ia alami.
7. Biarkan anak mengekspresikan perasaan trauma dengan caranya sendiri
Anak memiliki coping mechanism-nya sendiri dan tekankan bahwa adalah hal lumrah untuk merasa sedih, marah, atau bersalah.
8. Dengarkan cerita anak
Penting untuk memahami bagaimana anak melihat situasi dan apa yang membuatnya gundah. Tidak perlu menasihati mereka. Biarkan anak-anak bercerita atau mengekspresikan perasaannya setiap waktu.
Baca Juga: Kesehatan Mental Anak Tergantung Kebahagiaan Orangtua
9. Hargai perasaan anak
Editor’s picks
Pahami bahwa setiap perasaan anak tidak ada yang salah dan jangan merespons selayaknya menanggapi orang dewasa. Jangan mengeluarkan pernyataan atau respons yang bisa membuat anak merasa malu atau terpojok, seperti "Jangan sedih terus!".
10. Tidak perlu selalu menjawab
Tidak ada salahnya untuk tidak menjawab. Sering kali, seperti halnya banyak orang lainnya, anak hanya butuh didengarkan dan dimengerti. Khususnya bila kamu tidak bisa menjawab pertanyaan atau masalah mereka, tidak perlu mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya.
11. Bersabarlah
Ketahuilah bahwa pertanyaan dari anak tak akan pernah usai dan dapat muncul sewaktu-waktu. Hadapilah dengan sabar karena perubahan kondisi, anak-anak perlu waktu untuk mencerna segala sesuatunya.
12. Jangan takut untuk membicarakan peristiwa traumatis
Misalnya terjadi peristiwa atau bencana yang merenggut nyawa anggota keluarga, bila waktunya tepat, ajak anak untuk berdiskusi dan mengenangnya bersama. Cara ini dapat membantu anak menjadi lebih terbuka akan perasaan mereka.
13. Jangan bebani anak dengan banyak tanggung jawab atau ekspektasi
Membebani anak dengan banyak tanggung jawab atau beragam ekspektasi di luar kemampuan anak bisa membuat mereka makin tertekan.
14. Beri perhatian khusus untuk anak berkebutuhan khusus
Untuk anak yang berkebutuhan khusus, berilah perhatian khusus, jangan samakan dengan anak-anak lainnya. Sesuaikan pendekatan, bahasa, dan jangan lelah untuk mengulangi hal tersebut karena mereka butuh lebih banyak waktu, dukungan, dan bimbingan.
15. Waspadai tanda-tanda trauma mental
Setelah mengalami kejadian traumatis, mungkin anak akan terlihat baik-baik saja pada bulan-bulan pertama pasca peristiwa yang dialaminya. Namun, sangat mungkin anak-anak kemudian akan merasa hampa dan mengalami gejala trauma.
16. Tahu kapan harus mencari pertolongan
Jika gejala trauma tidak membaik dan anak-anak menunjukkan kecenderungan halusinasi, mudah panik, paranoia, atau menyakiti diri sendiri, segera cari pertolongan ke ahli kesehatan mental profesional, seperti psikolog atau psikiater.
17. Jangan lupa juga untuk merawat diri
Jangan lupa untuk merawat diri sendiri demi anak. Jangan malu curhat dengan keluarga atau sahabat serta tetap menerapkan pola hidup sehat dengan pola makan seimbang, rutin olahraga, dan istirahat cukup.
Jangan ragu untuk konsultasi ke ahli kesehatan mental bila mengalami gejala trauma psikis.
Itulah beberapa cara untuk menolong anak-anak yang baru saja mengalami kejadian traumatis. Dengan komunikasi yang benar dan saling mengerti, anak-anak bisa cepat pulih dari trauma dan tetap menjalani hidup.
Memang, seiring tumbuh kembangnya, strategi mengendalikan trauma sering kali perlu disesuaikan. Oleh karena itu, jangan ragu untuk berkonsultasi demi mendapatkan strategi yang baik untuk keadaan trauma anak yang beranjak dewasa.
Baca Juga: Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma Psikologis