9 Tanda Kamu Perlu Menemui Psikiater

Psikiater membantu menjaga mental tetap sehat

Di Indonesia, banyak orang yang masih malu untuk pergi ke dokter spesialis jiwa atau psikiater. Salah satunya karena adanya stigma negatif dalam masyarakat, bahwa orang yang menemui psikiater akan dianggap gila dan kadang bisa dikucilkan.

Nyatanya, tidak ada yang salah dengan berkonsultasi dengan psikiater dan tidak perlu menunggu "gila" untuk membuat janji temu. Jika kamu merasakan hal-hal berikut ini, bisa jadi ini tanda kamu perlu bantuan psikiater demi mengatasi masalah mental.

1. Merasakan emosi yang berlebihan

Manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Perasaan yang dirasakan ini bisa sedih, marah, kesal, dan bahkan bahagia. Hal yang wajar jika kamu pernah merasakan semua emosi tersebut.

Namun, jika salah satu emosi tersebut kamu rasakan terlalu lama bahkan berlebihan dan sulit dikontrol, bisa jadi ada ketidakseimbangan kimia di otak yang membuatmu merasakan emosi yang berlebihan.

Dalam kasus tersebut, kamu perlu menemui psikiater untuk mendapatkan diagnosis akurat. Jangan malu untuk terbuka dengan psikiater tentang apa yang kamu rasakan, karena psikiater adalah tenaga profesional yang bisa membantu mengatur emosi dan memberikan pengobatan sesuai kondisi dan kebutuhan, mengutip Pyramid Healthcare.

2. Pola tidur berantakan

9 Tanda Kamu Perlu Menemui Psikiaterilustrasi pola tidur berantakan (unsplash.com/Shane)

Salah satu kondisi lainnya yang bisa jadi tanda kamu butuh psikiater adalah pola tidur yang berantakan. Normalnya, durasi tidur yang baik berkisar 7–9 jam per hari. Namun, jika waktu tidur kamu terlalu sedikit, ataupun sebaliknya, terlalu banyak tidur, bisa jadi kamu mengalami stres atau kecemasan, atau kondisi mental lainnya.

Dijelaskan dalam laman National Alliance on Mental Illness, sebanyak 50 persen kasus insomnia berkaitan dengan depresi, kecemasan, dan stres psikis. Menemui psikiater bisa membantumu mendapatkan pengobatan untuk memperbaiki kualitas tidur, dan yang terpenting menangani penyebab yang mendasari pola tidur yang berantakan.

3. Menarik diri dari lingkungan

Jika kamu merasa ingin menjauh dari lingkunganmu atau mengisolasi diri, ini juga bisa menjadi tanda adanya kecemasan sosial atau kondisi mental lainnya. Jadi, pertimbangkan untuk menemui psikiater untuk mendapatkan diagnosis serta pengobatan yang dibutuhkan supaya kondisi tidak memburuk, serta menjaga kualitas hidup.

Selain itu, menarik diri dari lingkungan juga bisa menandakan depresi. Salah satu gejalanya adalah merasakan kesedihan terus-menerus dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai. Bila mengalami ini, baiknya buat janji temu dengan psikolog maupun psikiater.

Baca Juga: Tidak Sama Penanganannya, Jangan Salah Bedakan Psikolog dan Psikiater

4. Dihantui kejadian yang membuat trauma

9 Tanda Kamu Perlu Menemui Psikiaterilustrasi dihantui peristiwa traumatis (unsplash.com/Ryan Snaadt)

Banyak orang yang mengalami tragedi atau peristiwa traumatis dalam hidupnya, misalnya kematian seseorang yang dicintai, kecelakaan, penyerangan, perundungan, kekerasan, dan sebagainya.

Trauma adalah sesuatu yang sesuatu yang dapat mengganggu fungsi dalam hubungan interpersonal kita, dan bisa terpicu pada waktu-waktu yang tidak terduga (termasuk bertahun-tahun setelah mengalami peristiwa traumatis), bahkan termanifestasi secara fisik.

Mengutip Self, terapi dengan psikiater dapat membantu mengeksplorasi dan memproses dampak emosional, membantu individu memahami respons emosional dan/atau psikosomatik terhadap pemicu, serta menawarkan peluang untuk kejelasan dan modifikasi perilaku atau pikiran.

Adanya bantuan dari seorang profesional kesehatan mental yang terlatih untuk membicarakan hal-hal yang menyebabkan trauma, mau mendengarkan, dan dapat membantu sangat penting untuk bertahan, membuat diri lebih baik, dan melanjutkan hidup.

5. Kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulunya disukai

Apakah kamu merasa kehilangan minat terhadap hal-hal atau aktivitas yang biasanya kamu nikmati? Bila iya, apa penyebabnya? Dilansir Psychology Today, banyak orang merasa bahwa emosi dan pengalaman yang menyakitkan membuat mereka tidak bisa keluar, bersenang-senang, dan bertemu orang baru. Ini adalah tanda peringatan bahwa ada sesuatu yang salah dalam hidup. Menemui psikiater bisa membantu.

Menurut sebuah penelitian, kebanyakan orang merasa lebih baik dalam 7–10 kunjungan terapi (Journal of Counseling Psychology, 2001). Studi lainnya menyebut, sebanyak 88 persen pengunjung terapi melaporkan peningkatan kondisi setelah hanya satu sesi (Journal of Consulting and Clinical Psychology, 2006).

Baca Juga: Polusi Udara dan Efeknya pada Kesehatan Mental, Jangan Diremehkan!

6. Pekerjaan atau pendidikan terdampak

9 Tanda Kamu Perlu Menemui Psikiaterilustrasi kinerja atau nilai menurun (unsplash.com/Scott Graham)

Stres atau berurusan dengan gangguan kesehatan mental di tempat kerja atau di sekolah atau kampus dapat menyebabkan produktivitas dan performa yang buruk, misalnya sering melakukan kesalahan, mengutip Greatist.

Faktanya, sebuah tinjauan ilmiah menemukan bahwa masalah kesehatan mental sering kali menjadi alasan karyawan berhenti bekerja, mengambil cuti sakit, atau meninggalkan pekerjaan (Indian Journal of Occupational and Environmental Medicine, 2010).

Penurunan kinerja di tempat kerja atau sekolah adalah tanda umum masalah psikologis atau emosional. Ini dapat mengganggu perhatian, konsentrasi, memori, energi, hingga memunculkan sikap apatis dan mengurangi atau menghilangkan dorongan untuk bekerja maupun belajar. Hal ini bisa mengakibatkan kurangnya minat dan kesalahan saat bekerja, yang bisa mengakibatkan produktivitas kerja di bawah standar.

Konsultasi dengan psikiater dapat membantu kita secara efektif dalam mengatur perilaku dan mempelajari cara-cara yang lebih adaptif untuk mengelola stres lewat pemecahan masalah yang aktif dan strategi relaksasi.

7. Ketakutan berlebih dan tanpa sebab

Mengutip dari Verywell Mind, ketakutan adalah emosi manusia yang alami, kuat, dan primitif. Ini melibatkan respons biokimia universal serta respons emosional individu yang tinggi. Rasa takut mengingatkan kita akan adanya bahaya atau ancaman, baik itu bahaya fisik ataupun psikologis.

Kadang, rasa takut berasal dari ancaman nyata, tetapi bisa juga berasal dari bahaya yang dibayangkan. Ketakutan juga bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi kesehatan mental seperti gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, fobia, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Kamu bisa menemui psikiater bila mengalami perasaan takut yang dirasakan terus-menerus dan berlebihan. Beberapa tes mungkin diperlukan untuk mengesampingkan penyebab ketakutan dan kecemasan tidak berkaitan dengan kondisi medis yang mendasarinya.

Selain itu, psikiater juga dapat menanyakan gejala, termasuk berapa lama ketakutan berlebihan dirasakan, intensitasnya, dan situasi yang memicunya sebelum melakukan diagnosis.

8. Gejala fisik tanpa ada bukti penyakit

9 Tanda Kamu Perlu Menemui Psikiaterilustrasi nyeri fisik tanpa ada bukti penyakit (unsplash.com/Mitchell Hollander)

Nyeri fisik bisa terjadi karena cedera ataupun penyakit tertentu. Jika merasakan keluhan fisik seperti sesak napas, jantung berdebar, sakit perut, atau sakit kepala, dan sudah memeriksakan diri ke dokter namun tidak ditemukan kondisi yang mendasarinya, mungkin yang kamu butuhkan adalah bantuan dari ahli kesehatan mental.

Dilansir Forbes, dibanding kondisi fisik, kondisi mental sering kali diabaikan. Padahal, keduanya saling berhubungan. Masalah mental seperti stres, kecemasan, dan depresi punya efek langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan fisik—langsung karena masalah psikologis memengaruhi sistem saraf pusat yang pada gilirannya berdampak pada semua sistem kesehatan lainnya (endokrin, kekebalan, kardiovaskular, serebrovaskular, dan sebagainya).

Itu semua terkait dengan sejumlah besar kondisi fisik termasuk sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, reaktivitas kardiovaskular yang lebih besar, sistem imun yang lebih lemah, peradangan kronis, dan lain-lain.

Jadi, jika kamu mengalami gejala-gejala fisik di atas dalam waktu lama tanpa ada bukti penyakit fisik yang mendasarinya, mungkin kamu akan memperoleh manfaat dari perawatan dan dukungan dari profesional kesehatan mental yang terlatih.

9. Mulai menggunakan obat terlarang

Penyalahgunaan obat, menggunakan obat-obatan terlarang, atau seks sebagai cara untuk mengatasi masalah yang dialami bukanlah mekanisme koping yang sehat dan berkelanjutan.

Dalam jangka pendek, penggunaan zat sementara dapat membantu meringankan perasaan yang tidak diinginkan seperti keputusasaan, kecemasan, lekas marah, dan pikiran negatif. Akan tetapi, dalam jangka panjang, hal itu memperburuk kesulitan ini dan sering menyebabkan penyalahgunaan atau ketergantungan. Timbullah masalah baru.

Sementara itu, seks dilakukan untuk mencari sensasi dopamin, yang membuat seks dan orgasme terasa begitu baik. Akan tetapi, sensasi ini hanyalah sementara dan segalanya akan terasa runtuh lagi saat seks atau efeknya berakhir. Jadi, ini bukanlah solusi jangka panjang dan tidak membantu mengelola apa yang dialami setiap hari. Beda halnya dengan terapi oleh bantuan psikolog atau ahli kesehatan mental lainnya.

Jadi, kalau kamu mengalami satu atau beberapa tanda di atas, pertimbangkan untuk menemui psikiater atau profesional kesehatan mental terlatih lainnya. Jika dibiarkan dan tidak ditangani, bukan tidak mungkin kondisi akan memburuk.

Ada banyak manfaat yang bisa kamu dapat, mulai dari kerahasiaan, kenyamanan, mekanisme koping yang sehat dan berkelanjutan, mengatasi trauma bila ada serta gejala mental lainnya, dan juga menjaga atau memperbaiki bila ada masalah pada hubungan.

Jangan malu untuk mencari pertolongan karena bukan cuma kesehatan fisik, kesehatan mental pun perlu selalu dijaga.

Baca Juga: Generasi Sandwich dan Beban Mental, Ini Tipsnya agar Terus Waras

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya