Memahami Apa Itu Ovulasi, dari Waktu hingga Ciri-Cirinya

Apa bedanya sama masa subur?

Bagi perempuan ovulasi mungkin jadi satu kata yang sering terdengar. Yap, ovulasi adalah peristiwa ketika ovarium melepaskan sel telur matang. Ini merupakan satu tahapan dari siklus menstruasi yang memainkan peran utama dalam kehamilan.

Apa yang terjadi dengan tubuh saat mengalami ovulasii? Yuk, mengenal apa itu ovulasi, dari ciri, dampaknya, hingga hal yang mungkin terjadi saat ini terjadi!

Apa itu ovulasi?

Disinggung sebelumnya, ovulasi adalah satu fase ketika ovarium atau indung telur melepaskan sel telur matang. Hal ini termasuk dalam siklus menstruasi.

Ovulasi termasuk dalam tahap yang penting. Pasalnya, pada fase ini, sel telur yang dilepaskan bisa menyebabkan kehamilan. Jika sel telur bertemu sperma dan mengalami pembuahan, maka sel tersebut akan menjadi bakal janin.

Oleh karena itu, ovulasi sering dikaitkan dengan masa subur alias fertile window. Ini merupakan jeda waktu dengan kemungkinan hamil paling tinggi. Masa subur sendiri berlangsung sekitar 5 hari sebelum dan sehari setelah ovulasi, melansir Flo Health.

Lantas, bagaimana jika ovulasi terjadi, tetapi sel telur tidak bertemu sperma? Kalau begitu, sel telur akan hancur, lalu meluruh bersama dinding rahim. Nah, fase inilah yang dikenal sebagai menstruasi. 

Mengetahui siklus ovulasi sangat penting bagi perempuan, terlebih yang sudah menikah maupun sexually active. Sebab, ovulasi dapat membantumu mencapai atau mencegah kehamilan serta mengetahui siklus menstruasimu.

Ovulasi dan siklus menstruasi

Memahami Apa Itu Ovulasi, dari Waktu hingga Ciri-Cirinyailustrasi kalender ovulasi (freepik.com/freepik)

Untuk memahami ovulasi, ada baiknya mengenali siklus menstruasi secara keseluruhan. Siklus menstruasi sendiri merupakan serangkaian perubahan bulanan yang dialami tubuh perempuan. Hal ini terjadi sebagai persiapan hamil, melansir Mayo Clinic.

Hari pertama siklus menstruasi ditandai dengan keluarnya aliran darah haid. Pada waktu yang sama, berlangsung juga fase folikular yakni ketika tubuh sedang mempersiapkan sel telur untuk ovulasi berikutnya. 

Selama fase folikular, tubuh akan melepaskan Follicle Stimulating Hormone alias FSH. Hormon tersebut menyugesti sel telur di dalam ovarium agar segera matang dan bisa dikeluarkan. 

Begitu sel telur matang, tubuh akan kembali melepaskan hormon dalam jumlah banyak. Kali ini yang berperan adalah Luteinizing Hormone (LH) yang memicu sel telur dilepaskan dari indungnya. 

Pada saat itulah terjadi ovulasi. Terkait waktu, bisa beragam tiap individu. Healthline menyebutkan, fase ini terjadi sekitar hari ke-14 dalam 28-36 jam setelah kadar LH melonjak.

Setelah ovulasi terjadi, sel telur dapat bertahan setidaknya 24 jam, melansir Medlineplus. Pada saat tersebut, tubuh memasuki fase luteal. Jika kamu bercinta dan sperma berhasil membuahi telur, maka akan terjadi kehamilan. 

Di samping itu, hormon tubuh pun akan menjaga lingkungan di dalam organ reproduksi agar rahim tidak meluruh. Dengan demikian, sel telur yang sudah dibuahi dapat menempel dan berkembang menjadi janin. Namun, jika tidak terjadi pembuahan, maka pendarahan akan dimulai sekitar hari ke-28 dari siklus menstruasi. 

Baca Juga: Ovulasi Dua Kali dalam Satu Siklus Menstruasi, Bisakah?

Ciri-ciri ovulasi

Apakah ovulasi bisa dideteksi? Tentu. Tubuh membantumu mengenali fase yang terjadi di dalam sistem reproduksi melalui berbagai cara. Paling utama, melalui sekresi atau cairan vagina.

Pada fase ini, kamu dapat mengalami lebih banyak keputihan. Untuk itu, perhatikan warna dan teksturnya. Keputihan ovulasi umumnya berwarna bening hingga transparan dan sedikit lengket, mirip putih telur mentah

Ciri-ciri ovulasi lainnya bisa dibilang sebagai tanda sekunder. Artinya, tidak semua orang mengalaminya. Nah, gejala yang muncul dapat berupa beberapa hal berikut:

  • pendarahan ringan atau bercak;
  • payudara melembut;
  • peningkatan libido seksual; dan
  • nyeri ovarium yang ditandai dengan rasa tidak nyaman di satu sisi perut. 

Selain gejala di atas, kamu bisa mendeteksi ovulasi melalui tanda-tanda masa subur yang mungkin muncul. Seperti perubahan suhu basal tubuh maupun melacak siklus menstruasi. Terdapat alat khusus yang bisa mendeteksi hormon dalam urine untuk mengetahui apakah kamu sedang dalam jendela subur atau tidak.

Nyeri ovulasi

Faktanya, 40 persen dari perempuan yang sedang berovulasi mengalami nyeri. Ketidaknyamanan ini berlangsung pada pertengahan siklus menstruasi. Kondisi ini juga dikenal sebagai mittleschmerz yang berarti 'sakit tengah' dalam bahasa Jerman.

Rasa sakit atau nyeri bisa muncul dari sisi kiri atau kanan perut bagian bawah. Letak persisnya, tergantung indung telur mana yang sedang melepaskan sel telur pada fase tersebut. Nyeri yang dirasakan pun dapat berbeda, dari yang ringan hingga parah.

Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, nyeri ovulasi mungkin menjadi tanda gangguan kesehatan, seperti endometriosis, jaringan parut di perut, dan infeksi menular seksual. Nah, apabila mengalami hal ini dan berlangsung cukup lama, sebaiknya konsultasikan  dengan dokter.

Hubungan masa subur, ovulasi, dan kehamilan

Memahami Apa Itu Ovulasi, dari Waktu hingga Ciri-Cirinyailustrasi test pack (pixabay.com/juliafiedler)

Seperti dijelaskan sebelumnya, ovulasi menjadi patokan masa subur perempuan. Alasannya, pada saat inilah sel sperma punya kesempatan besar bertemu sel telur untuk melakukan pembuahan. 

Nah, pertanyannya, jika sel telur hanya bertahan 24 jam setelah ovulasi, mengapa masa subur berlangsung lebih dari itu? Jangka waktu tersebut berkaitan dengan usia sperma. Faktanya, sperma dapat bertahan di dalam reproduksi perempuan setidaknya selama 5 hari, melansir WebMD. 

Sperma mungkin sudah 'nongkrong' di sel tuba pada waktu itu setelah berhubungan seks. Ketika akhirnya dilepaskan, sel telur dapat bertahan 24 jam hingga akhirnya tidak bisa dibuahi. Ini juga yang menjadi batas akhir masa subur.

Jeda masa subur dan ovulasi adalah waktu yang pas untuk mencoba hamil. Jika kamu merencanakan kehamilan, sebaiknya berhubungan setiap hari atau 2 kali selama masa subur berlangsung.

Nah, jika tidak sedang merencanakan kehamilan, maka gunakan kontrasepsi. Pilih alat pencegah kehamilan yang sudah terbukti efektif, seperti kondom, IUD, maupun pil KB. Opsi tersebut akan lebih baik daripada metode pull out.

Penyebab ovulasi tidak teratur

Ovulasi adalah bagian dari siklus menstruasi yang seharusnya rutin terjadi setiap bulannya. Namun, pada beberapa orang ovulasi mungkin terjadi secara tidak teratur, bahkan berhenti.

Absennya ovulasi bisa disebabkan oleh stres atau faktor diet. Sementara itu, kondisi kesehatan, seperti PCOS dan gangguan tiroid, juga dapat membuat ovulasi jarang atau tidak datang sama sekali. 

Tubuh umumnya akan menunjukkan gejala jika hal tersebut tejadi. Termasuk di antaranya, pertumbuhan rambut yang lebih lebat di wajah atau tubuh, muncul jerawat, dan infertilitas. Jika mengalaminya, segera jadwalkan temu dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Ovulasi adalah satu dari sekian hal penting yang perlu diperhatikan oleh perempuan setiap bulannya. Mencatat tanggal menstruasi pada kalender khusus akan membantumu mengetahui kapan ovulasi dimulai hingga waktu berakhirnya. Semoga ulasan ini membantu, ya!

Baca Juga: 7 Cara agar Menstruasi Cepat Selesai yang Aman dan Efektif

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya