ilustrasi lari santai (freepik.com/tirachardz)
Jika kamu seorang pelari berpengalaman atau ingin menurunkan berat badan, kamu mungkin ingin mempertimbangkan untuk berlari dalam keadaan perut kosong. Berikut alasannya.
Pelari daya tahan yang berpengalaman yang telah terbiasa berlari jarak jauh dan memiliki dasar aerobik yang kuat dapat memperoleh manfaat dari sesekali berlari dengan perut kosong pada intensitas rendah. Tubuh mereka lebih efisien dalam memanfaatkan lemak sebagai bahan bakar, dan mereka dapat mengakses cadangan lemak tanpa mengalami penurunan performa yang signifikan.
Kamu juga dapat mencoba sarapan ringan dan kemudian melakukan lari jarak jauh selama 2 jam tanpa menggunakan gel atau bahan bakar tambahan untuk mendapatkan manfaat serupa dengan pendekatan yang kurang ekstrem.
Orang yang menargetkan pengurangan lemak tubuh berlebih mungkin menemukan bahwa berlari dalam keadaan perut kosong bermanfaat, selama asupan nutrisi cukup pada hari sebelumnya. Dengan melakukan latihan dalam keadaan puasa, kamu dapat menciptakan defisit kalori dan berpotensi meningkatkan kemampuan pembakaran lemak. Namun, penting untuk menjaga keseimbangan dan tidak mengorbankan performa atau kesehatan secara keseluruhan.
Meskipun ada beberapa keuntungan berlari dengan perut kosong, tetapi umumnya disarankan untuk memulai lari dalam kondisi terhidrasi dan terpenuhi nutrisi dengan baik. Pertimbangkan keuntungan dan kerugian berlari dengan perut kosong sesuai dengan gaya hidup dan tujuan latihan. JIka mencoba melakukannya, pastikan untuk mengisi ulang nutrisi setelahnya agar tubuh dapat pulih dan memulihkan diri dengan baik.
Referensi
"The Pros and Cons of Running on an Empty Stomach". Healthline. Diakses Agustus 2025.
"Is running on an empty stomach best or should you eat breakfast first?" RUNNER'S WORLD. Diakses Agustus 2025.
"Running on an empty stomach? Here's some advice". Brooks Running. Diakses Agustus 2025.
"Running on an Empty Stomach". Verywell Fit. Diakses Agustus 2025.
"To Fast or Not to Fast: Pros and Cons of Running on an Empty Stomach". SUPWELL. Diakses Agustus 2025.
De Oliveira, Erick Prado, and Roberto Carlos Burini. “Food-Dependent, Exercise-Induced Gastrointestinal Distress.” Journal of the International Society of Sports Nutrition 8, no. 1 (February 4, 2011).
Stannard, Stephen R., Alex J. Buckley, Johann A. Edge, and Martin W. Thompson. “Adaptations to Skeletal Muscle with Endurance Exercise Training in the Acutely Fed versus Overnight-Fasted State.” Journal of Science and Medicine in Sport 13, no. 4 (May 10, 2010): 465–69.
Deighton, Kevin, Jessica C. Zahra, and David J. Stensel. “Appetite, Energy Intake and Resting Metabolic Responses to 60min Treadmill Running Performed in a Fasted versus a Postprandial State.” Appetite 58, no. 3 (February 23, 2012): 946–54.
Harber, Matthew P., Adam R. Konopka, Bozena Jemiolo, Scott W. Trappe, Todd A. Trappe, and Paul T. Reidy. “Muscle Protein Synthesis and Gene Expression during Recovery from Aerobic Exercise in the Fasted and Fed States.” AJP Regulatory Integrative and Comparative Physiology 299, no. 5 (August 19, 2010): R1254–62.