Menemukan Benjolan di Payudara? Lakukan Ini

Entah kamu menemukannya saat pemeriksaan payudara sendiri atau memakai deodoran, mendapati adanya benjolan di payudara bisa bikin khawatir. "Apakah ini adalah kanker payudara?" pikirmu.
Menurut National Cancer Institute dan American Cancer Society, sebagian besar benjolan payudara bukan kanker. Ada banyak kondisi yang lebih umum dan jinak (non kanker) yang dapat menyebabkan benjolan di payudara termasuk kumpulan cairan, timbunan lemak, dan timbunan kalsium.
Meski demikian, begitu menemukan ada benjolan atau perubahan apa pun di payudara, jangan menunda-nunda untuk menemui dokter karena mengira benjolan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Kalau mengalami kesulitan menggerakkan lengan atau mengalami nyeri yang tidak terkontrol atau kemerahan atau bengkak di payudara, kamu harus segera memeriksakan diri ke dokter.
Sebagai panduan, lakukan langkah-langkah ini apabila kamu menemukan benjolan di payudara.
1. Jangan langsung panik
Pertama, jangan panik jika menemukan benjolan atau perubahan pada payudara. Wajar jika kamu merasa khawatir jika merasakan sesuatu yang baru di payudara. Namun, sangat umum bagi perempuan dari segala usia untuk menemukan benjolan di payudara mereka, dan dalam banyak kasus itu adalah jinak. Mayoritas akan berubah menjadi jinak, seperti diutarakan dalam laman Memorial Sloan Kettering Cancer Center.
Ada banyak jenis benjolan payudara yang bukan kanker. Beberapa, seperti fibroadenoma, adalah gumpalan jaringan payudara yang tidak berbahaya. Beberapa, seperti kista, terkait dengan hormon dan muncul selama siklus menstruasi atau saat menyusui.
Tidak mungkin untuk menentukan apakah itu benjolan kanker atau non kanker berdasarkan bagaimana rasanya. Tidak semua benjolan payudara terasa sama. Beberapa benjolan payudara terasa keras, beberapa lembut, beberapa menyakitkan, dan beberapa tidak sakit sama sekali. Beberapa benjolan bisa digerakkan, yang artinya benjolan bisa berpindah saat kamu menggerakkannya dengan jari, sementara beberapa tidak. Terkadang, benjolan ada di ketiak atau di atas gundukan payudara.
2. Temui dokter untuk pemeriksaan payudara

Pemeriksaan fisik oleh dokter sangat penting. Dokter akan melakukan pemeriksaan payudara secara menyeluruh, termasuk di sekitar tulang selangka dan di bawah ketiak. Dokter juga harus memeriksa kulit dan puting untuk mencari perubahan apa pun, dan membandingkan payudara secara berdampingan dan mencatat adanya asimetri.
Selama pemeriksaan, beri tahu dokter beberapa detail tambahan. Dilansir University of Michigan Rogel Cancer Center, ini meliputi:
- Perhatikan ukuran dan lokasi benjolan. Kamu bisa menggunakan benda umum seperti anggur, penghapus pensil, atau kismis untuk memperkirakan ukurannya. Untuk lokasi benjolan, kamu dapat menganggap payudara sebagai tampilan jam dan menggunakan tangan untuk menemukan benjolan pada posisi seperti jam tiga atau jam 12.
- Perhatikan perubahan lain pada payudara atau puting seperti lesung kulit, perubahan warna kulit, retraksi puting, atau keluarnya cairan dari puting jika ada.
- Perhatikan apakah ada area pembengkakan di dekat payudara atau ketiak.
- Kapan pertama kali kamu melihat atau merasakan benjolan di payudara.
- Apakah benjolan tersebut di satu payudara atau kedua payudara.
- Bisakah kamu merasakan benjolan jika mengubah posisi, misalnya dari berbaring ke berdiri atau duduk ke berdiri.
- Seperti apa rasanya benjolan (keras, lunak, keras)?
- Apakah benjolan tersebut menetap di satu tempat atau bergerak?
- Bagi perempuan usia pramenopause, apakah benjolan tersebut berkorelasi dengan siklus menstruasi?
- Untuk perempuan yang memiliki anak, beri tahu riwayat menyusui jika ada.
- Apakah benjolan tersebut nyeri? Bila demikian gambarkan nyerinya (tajam, menusuk, atau berdenyut) dan intensitas nyerinya.
- Apakah ada sesuatu yang tampaknya membuatnya lebih buruk?
- Apakah ada sesuatu yang tampaknya membuatnya lebih baik?
- Apakah kamu memiliki riwayat kanker pribadi atau keluarga (terutama siapa pun dalam keluarga yang ditemukan memiliki mutasi BRCA1 atau BRCA2)?
- Apakah pernah mengalami cedera pada payudara?
- Hormon, obat, atau suplemen yang dikonsumsi.
3. Tanyakan kepada dokter tentang pencitraan payudara, seperti mamogram
Berdasarkan pemeriksaan fisik, usia, dan risiko seseorang terkena kanker payudara, dokter akan membantu menentukan apakah pencitraan payudara cocok untuk dilakukan. Jika hasilnya tidak meyakinkan, dokter mungkin akan meminta kamu untuk menjalani pencitraan tambahan. Tidak perlu khawatir, ini sering terjadi dan belum tentu merupakan indikasi bahwa ada sesuatu yang salah.
Apabila dokter ingin melakukan pemeriksaan lebih mendalam, atau jika kamu memiliki payudara yang padat, yang membuat jaringan payudara lebih sulit dilihat pada mamogram, kamu mungkin juga akan menjalani USG atau MRI.
Orang dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi, ditambah riwayat kanker payudara dalam keluarga, harus bertanya kepada dokter mereka tentang pencitraan MRI.
4. Percaya rekomendasi dokter jika diminta menjalani biopsi

Dalam banyak kasus, dokter dapat mengetahui dari mamogram bahwa benjolan payudara tampak jinak. Namun, kadang dokter mungkin perlu melakukan biopsi untuk memastikan bahwa benjolan itu jinak.
Dilansir American Cancer Society, selama biopsi, dokter mengangkat potongan kecil jaringan payudara dari area yang dicurigai. Jaringan tersebut akan diperiksa di lab untuk memeriksa apakah mengandung sel kanker.
Menjalani biopsi payudara tidak selalu berarti kamu memiliki kanker. Kebanyakan hasilnya tidak ditemukan sel kanker, tetapi prosedur ini memang satu-satunya cara pasti untuk mengetahuinya.
5. Hasil biopsi
Ada beberapa kemungkinan hasil biopsi.
Negatif
Ini berarti benjolan telah ditentukan sebagai tumor jinak. Salah satu jenis tumor payudara jinak yang umum adalah fibroadenoma. Mereka terdiri dari jaringan kelenjar dan jaringan ikat dan paling umum dialami orang berusia 20-an hingga 30-an, tetapi dapat ditemukan pada usia berapa pun.
Fibroadenoma dapat tumbuh, berhenti tumbuh atau menyusut. Untuk fibroadenoma sederhana (berlawanan dengan fibroadenoma kompleks, yang cenderung lebih besar dan terutama ditemukan pada lansia), biasanya dibiarkan apa adanya, terutama jika tidak mengganggu dan tidak mengubah bentuk payudara. Namun, jika benjolan tumbuh atau mengganggu, dokter dapat membantu menghilangkannya.
Abnormal
Salah satu temuan paling umum dalam kategori ini adalah hiperplasia atipikal, pertumbuhan sel abnormal di dalam saluran susu (hiperplasia duktus) atau salah satu kantung yang menghasilkan susu (hiperplasia lobular), menurut American Cancer Society.
Meskipun hiperplasia atipikal biasanya tidak bersifat kanker, tetapi dokter ingin mengangkatnya lewat operasi karena terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Seberapa besar risiko peningkatan untuk kanker payudara dengan hiperplasia atipikal bervariasi. Studi dalam The New England Journal of Medicine tahun 2015 menunjukkan bahwa diagnosis hiperplasia atipikal berpeluang 25 persen lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker payudara selama 10 tahun. Studi kohort ini melibatkan orang-orang yang memiliki hiperplasia duktus atau lobular atipikal.
Menurut studi dalam jurnal JAMA Oncology tahun 2017, para peneliti melihat risiko kanker payudara setelah diagnosis hiperplasia duktul atipikal. Mereka menemukan bahwa risiko meningkat sebesar 5,7 persen selama 10 tahun—perbedaan besar antara studi yang menunjukkan peningkatan risiko sebesar 25 persen. Tim peneliti mencatat bahwa mereka hanya melihat orang dengan hiperplasia duktus atipikal, bukan hiperplasia lobular atipikal seperti studi sebelumnya, dan ini mungkin menjelaskan temuan risiko mereka yang lebih rendah.
Apa yang mungkin juga berkontribusi pada tingkat potensi kanker payudara yang lebih rendah dalam studi terbaru adalah bahwa hiperplasia lobular atipikal lebih terkait erat dengan kanker payudara daripada hiperplasia duktus atipikal. Jadi, masuk akal jika penelitian tersebut menunjukkan risiko yang lebih rendah karena hanya melihat pada hiperplasia duktus atipikal.
Untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara setelah diagnosis hiperplasia atipikal, dokter dapat merekomendasikan strategi pengurangan risiko seperti perubahan gaya hidup, menerima pengobatan, dan mendapatkan pemeriksaan lebih sering (umumnya MRI dan mamogram secara bergantian setiap 6 bulan).
Menunjukkan kanker
Kamu dan dokter akan mendiskusikan hasil dan langkah-langkah perawatan selanjutnya.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pasien kanker payudara sering kali mendapatkan lebih dari satu jenis pengobatan, seperti:
- Operasi: Dokter memotong jaringan kanker.
- Kemoterapi: Menggunakan obat-obatan khusus untuk mengecilkan atau membunuh sel kanker.
- Terapi hormon: Memblokir sel kanker agar tidak mendapatkan hormon yang mereka butuhkan untuk tumbuh.
- Terapi biologis: Bekerja dengan sistem kekebalan tubuh untuk membantunya melawan sel kanker atau untuk mengontrol efek samping dari perawatan kanker lainnya.
- Terapi radiasi: Menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Dokter dari berbagai spesialisasi sering bekerja sama untuk mengobati kanker payudara. Ahli bedah adalah dokter yang melakukan operasi. Ahli onkologi medis adalah dokter yang mengobati kanker dengan obat-obatan. Ahli onkologi radiasi adalah dokter yang mengobati kanker dengan radiasi.
Menemukan benjolan payudara bisa mengkhawatirkan. Namun, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan jika kamu menemukan benjolan payudara.
Tergantung usia dan konsistensi benjolan, dokter mungkin merekomendasikan jenis pengujian tertentu untuk mengetahui lebih lanjut tentang benjolan tersebut. Langkah-langkah yang akan diambil setelah tes akan didasarkan pada apakah hasil tes, apakah itu negatif, abnormal, atau mengidikasikan kanker.