Peran Matahari Besar terhadap Naik Turunnya 5 Hormon Ini

Hormon kortisol melonjak saat musim panas atau kemarau

Musim yang sedang berlangsung secara langsung memberi pengaruh pada tubuh dan psikis kita sehingga menyebabkan beberapa perubahan. Perubahan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang kemudian memengaruhi pola hidup seperti sulit tidur, cepat mengantuk, kelelahan, rasa malas, perasaan sedih, dan lain-lain.

Lalu, bagaimanakah dampak dari ketidakseimbangan hormon-hormon ini bagi kehidupan kita? Simak penjelasannya seperti di bawah ini.

1. Hormon melatonin cenderung meningkat pada musim-musim tertentu

Peran Matahari Besar terhadap Naik Turunnya 5 Hormon IniOrang cenderung mengantuk di pagi atau siang hari pada musim hujan dan dingin. (pexels.com/Acharaporn Kamornboonyarush)

Tepatnya, produksi hormon melatonin naik seiring musim-musim tertentu. Misalnya, musim hujan di negara tropis dan musim dingin di negara subtropis.

Namun, sebenarnya apa, sih, hormon melatonin itu? Sederhananya, melatonin adalah hormon yang bertanggung jawab atas tidur seseorang pada malam hari. Saat kita merasa mengantuk pada malam hari, itu adalah kerja dari melatonin.

Hanya saja, produksi hormon melatonin ini akan melimpah saat sinar matahari mulai redup. Jadi, makin malam, makin gelap, makin hormon melatonin melimpah dan membuat kita mengantuk dan akhirnya tertidur.

Saat musim hujan dan musim dingin berlangsung, intensitas cahaya matahari berkurang drastis sehingga langit cenderung lebih gelap. Pada musim ini, produksi hormon melatonin melimpah dan membuat kita cenderung merasa mengantuk pada pagi atau siang hari.

2. Produksi hormon serotonin berkurang saat tidak ada sinar matahari

Peran Matahari Besar terhadap Naik Turunnya 5 Hormon Iniilustrasi perasaan sedih (pexels.com/Liza Summer)

Pernahkah kamu merasa sedih, perasaan tidak menentu, bad mood, dan perasaan negatif lainnya saat musim hujan? Ya, hal ini juga sering terjadi pada penduduk negara subtropis pada musim dingin.

Dilansir Henry Ford Health, seasonal affective disorder merupakan penyakit psikologi ketika orang-orang mengalami perasaan sedih, depresi, kecemasan selama musim dingin.

Mengapa musim dingin atau musim hujan bisa menyebabkan gangguan psikologis? Pada musim tersebut, kita kekurangan pancaran sinar matahari. Padahal, kulit kira dirancang untuk memproduksi vitamin D ketika kulit terpapar sinar matahari.

Vitamin D tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik, tetapi juga mental. Vitamin D berperan dalam meningkatkan jumlah hormon serotonin di otak, yang merupakan hormon penghasil perasaan bahagia, sehingga ini dapat menjaga gejala depresi.

Jadi, kekurangan serotonin dalam tubuh bisa menyebabkan stres, bahkan gangguan suasana hati seperti depresi.

Baca Juga: Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stres

3. Hormon kortisol melonjak saat musim panas atau kemarau

Peran Matahari Besar terhadap Naik Turunnya 5 Hormon Iniilustrasi stres dan tidak bisa tidur (pexels.com/Cottonbro Studio)

Pada saat kemarau di negara tropis atau musim panas di negara subtropis, kesulitan tidur adalah hal yang sering terjadi. Hal ini dapat dijelaskan secara sains melalui sebuah penelitian yang dipublikasikan American Physiological Society tahun 2018 berjudul "Stress Hormones Spike as The Temperature Rises."

Penelitian ini melibatkan partisipan mahasiswa/i kedokteran selama dua hari pada musim dingin dan musim panas dan menghasilkan kesimpulan bahwa hormon kortisol naik seiring dengan naiknya suhu, dilansir Science Daily. Naiknya hormon stres yang disebut sebagai hormon kortisol rentan menyebabkan individu kesulitan tidur atau bahkan insomnia.

Selain itu, saat suhu lingkungan naik, maka suhu tubuh ikut naik, padahal tubuh membutuhkan waktu untuk menurunkan suhunya. Rachel Salas, seorang ahli neurologi dari Johns Hopkins University yang ahli di bidang pengobatan untuk tidur, menyatakan bahwa suhu ideal tubuh untuk bisa tidur adalah antara 18-20 derajat Celcius, seperti dilansir CNN.

Suhu tubuh yang rendah membantu tubuh untuk segera tertidur. Sebaliknya, suhu tubuh yang tinggi akan membuat kita kesulitan tidur sepanjang malam dan bahkan menyebabkan insomnia. 

4. Produksi hormon paratiroid naik saat musim hujan

Peran Matahari Besar terhadap Naik Turunnya 5 Hormon IniNaiknya hormon paratiroid saat musim hujan atau musim dingin sering berdampak kelelahan sepanjang hari. (pexels.com/Valeria Ushakova)

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa vitamin D juga dapat membantu meningkatkan level energi. Jika bicara tentang korelasi musim hujan dan menurunnya tingkat energi sehingga berdampak pada kelelahan, maka titik temunya ada pada vitamin D.

Kulit kita dirancang untuk memproduksi vitamin D ketika kulit terpapar sinar matahari. Jadi, pada musim hujan atau musim dingin saat sinar matahari menjadi sangat terbatas, maka produksi vitamin D secara alami bisa terhambat.

Menurut penelitian dalam jurnal Clinical Biochemistry tahun 2016, kadar vitamin D dalam darah turun selama musim dingin dan naik pada musim panas. Sebaliknya, kadar hormon paratiroid naik selama musim dingin dan turun selama musim panas.

Dengan menurunnya kadar vitamin D dalam darah, maka ini akan mendorong lebih banyak pelepasan hormon paratiroid dalam darah yang berfungsi mengatur pelepasan kalsium dari tulang ke aliran darah, sehingga tulang kekurangan kalsium.

Kekurangan kalsium pada tulang menyebabkan rasa lelah seharian. Inilah alasan ilmiah yang dapat menjelaskan mengapa selama musim hujan atau musim dingin tubuh bisa terasa lelah.

Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung vitamin D bisa membantu memenuhi kebutuhan kalsium dalam tubuh. 

5. Produksi hormon grelin pada pria meningkat saat musim panas

Peran Matahari Besar terhadap Naik Turunnya 5 Hormon Iniilustrasi lapar (pexels.com/Rachel Claire)

Apa itu hormon grelin? Sederhananya, hormon ini berkaitan dengan rasa lapar, makanya hormon ini kerap dijuluki hormon lapar.

Tim peneliti yang berafiliasi dengan beberapa institusi di Israel bekerja sama dengan Columbia University di Amerika Serikat dan Institute for Diabetes and Obesity di Jerman, menyebutkan bahwa paparan matahari selama musim panas menyebabkan peningkatan frekuensi makan pada pria, dilansir Medical Xpress.

Penelitian ini dilakukan terhadap tikus yang terpapar sinar UV dan hasil penelitian menunjukkan peningkatan rasa lapar pada tikus jantan yang terpapar sinar UV. Sekresi hormon ini juga ditemukan pada sampel kulit relawan pria yang terpapar sinar UV. 

Untuk membuktikannya, penelitian dilanjutkan kepada manusia melalui kuesioner. Dari data yang terkumpul, ditemukan bahwa pria lebih banyak makan selama musim panas. Kenaikannya sekitar 15 persen asupan kalori daripada musim-musim lainnya. 

Kemudian, para peneliti lebih intens menyorot hormon grelin yang diproduksi dalam sel perut dan kadang pankreas, otak, usus kecil. Hormon ini akan ditransportasikan melalui aliran darah lalu mengaktifkan neuron di hipotalamus, kemudian menimbulkan reaksi berupa rasa lapar. 

Keberagaman musim dan perpindahan musim ke musim lainnya, baik itu di negara-negara tropis maupun subtropis, umumnya memberi dampak signifikan pada tubuh dan psikis yang sering sekali tidak disadari dan sulit dijelaskan penyebabnya.

Malas beraktivitas, mood swing, depresi ringan, flu, kelelahan seharian, insomnia, dan sebagainya adalah beberapa reaksi tubuh terhadap musim yang sedang berlangsung dan umumnya berkaitan dengan peran cahaya matahari dalam produksi hormon-hormon tertentu. Jika semua perubahan ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, maka ada baiknya kamu berkonsultasi dengan dokter.

Baca Juga: 6 Fakta Hormon Testosteron, Hormon Seks Utama pada Laki-laki

Sari rachmah hidayat Photo Verified Writer Sari rachmah hidayat

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya