9 Metode Psikoterapi Terunik di Dunia, Ada yang Telanjang 

Terapi holtikultura merupakan terapi yang melatih kesehatan mental pasiennya dengan mengajaknya melakukan aktivitas berkebun. Dalam terapi hortikultura, terapis menggabungkan kecintaan pada alam dengan keahlian medis mereka untuk menyembuhkan masalah mental pasiennya.

Terapis biasanya akan mengajak berbicara pasiennya sembari berkebun. Melihat proses tanaman yang ditanam bertumbuh dapat memberi rasa ketenangan dan kedamaian pada pasien itu sendiri. Sehingga secara perlahan, kondisi kesehatan mental pasien pun dapat jauh lebih stabil dan normal. Terapi holtikultura dapat dilakukan oleh siapa saja dari berbagai kalangan termasuk kalangan disabilitas.

Terapi wayang atau boneka tangan merupakan terapi yang sering kali digunakan untuk pasien anak-anak. Terapi ini juga diperuntukkan untuk pasien yang merasa kurang nyaman berinteraksi langsung dengan terapis. Terapis akan memanfaatkan media boneka untuk membuat pasien lebih nyaman dalam bercerita.

Boneka memainkan peran penting dalam terapi ini dengan membantu pasien mengekspresikan emosi dan melakukan percakapan yang sulit dengan ditemani boneka binatang yang tampak lucu dan aman. Selain itu, terapi boneka juga melatih keterampilan sosial si pasien dengan cara yang menyenangkan terutama pada anak-anak yang memiliki autisme.

Terapi yang satu ini bisa dibilang cukup ekstrem. Terapi flooding merupakan salah satu teknik untuk menghilangkan rasa ketakutan atau fobia pada si pasien terhadap suatu hal atau benda. Jika biasanya pasien akan diajak secara perlahan-lahan menghadapi rasa takutnya, beda halnya dengan flooding.

Flooding akan membuat si pasien langsung dihadapkan dengan objek yang paling ditakutinya. Pasien harus menghadapi sendiri objek yang paling ditakutinya dalam situasi terburuk saat itu juga. Terapi ini sendiri harus dipandu oleh terapis profesional. Hal ini karena terapi ini terbilang cukup ekstrem dan bila salah langkah malah dapat memperburuk kondisi daripada si pasien.

Terapi permainan pasir merupakan terapi yang dirancang untuk membantu mereka yang kesulitan mengekspresikan perasaan mereka dengan merancang dan membangun patung-patung pasir.

Terinspirasi dari ajaran Carl Jung, seorang psikolog Swiss bernama Dora Kalff, mengembangkan teknik terapi ini untuk berkomunikasi dengan pasien yang mengalami kesulitan berbagi perasaan akibat trauma atau pelecehan. Pasien akan diberikan nampan pasir dan berbagai patung. Kemudian, mereka diinstruksikan untuk membuat cerita dari mainan pasir tersebut. Sering kali bentuk yang dihasilkan dapat mencerminkan masalah nyata dalam kehidupan pasien.

Terapis harus mampu menangkap dan memahami sinyal-sinyal tersebut. Setelah mampu memahami situasi si pasien, terapis akan memulai perbincangan dan tindakan-tindakan selanjutnya untuk pemulihan trauma pasien.

Hipnoterapi merupakan terapi yang membantu orang untuk masuk ke alam bawah sadar mereka untuk menemukan penyebab masalah yang mereka alami. Hipnoterapi dapat membantu pasien untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan dengan pemberian sugesti pola perilaku baru selama sesi meditasi yang dipandu.

Saat dihipnotis, pasien sebenarnya tidak tertidur, melainkan dalam kondisi yang sangat santai dan sensitif terhadap sugesti. Psikoterapis yang menggunakan metode ini percaya bahwa saat dihipnotis, pasien dapat mengungkap negativitas bawah alam sadar mereka dan menggantinya dengan cara berpikir yang baru.

Ahli hipnoterapi akan memulai proses dengan latihan relaksasi untuk menjernihkan pikiran dan melepaskan ketegangan. Kemudian, pasien akan dipandu dan diberi sugesti untuk menemukan penyebab, solusi, dan penanaman pola perilaku baru yang sesuai dengan solusi yang ditemukan. 

Terapi alam liar adalah terapi yang bisa dibilang cukup sukses untuk membantu remaja-remaja bermasalah dengan mengajarkan keterampilan hidup dan sosial di alam liar maupun jalur pendakian. Beraktivitas di alam liar dapat melatih kemandirian dan tanggung jawab si pasien yang bermasalah.

Meskipun terapi ini sempat kontroversial akibat salah satu terapis yang bernama Steve Cartisano, yang lalai dalam pengawasan sehingga menyebabkan dua remaja harus tewas selama mengikuti pelatihannya. Namun, terapi ini dianggap paling kreatif dan ampuh untuk mengurangi kenakalan pada remaja dibandingkan metode-metode lainnya.

Selain terapi boneka tangan dan permainan pasir, terapi catur juga sering kali dilakukan untuk para pasien yang sulit mengomunikasikan perasaan dan masalah mereka secara verbal. Terapi ini sendiri diprakarsai oleh Persia Rhazes, seorang dokter kepala di rumah sakit Baghdad yang hidup pada tahun 852-932 M.

Sejak itu, permainan catur telah digunakan untuk mewakili masalah kehidupan nyata dan memungkinkan pasien untuk mengeksplorasi keterampilan seperti resolusi konflik dan pengambilan keputusan. Sebuah studi pernah menunjukkan bahwa catur adalah jalan keluar terbaik untuk anak laki-laki berusia 16 tahun dengan gangguan kepribadian skizoid yang merasa terisolasi secara emosional dari orang lain.

Saat terapi catur berlangsung, pasien merasa lebih aman dan leluasa dalam mendiskusikan permasalahannya. Selain itu, terapis juga menjadi lebih mudah mengetahui inti masalah yang dialami oleh si pasien dengan bertanya alasan-alasan si pasien memindahkan bidak-bidak selama permainan.

Di era tahun 1960-an, terapi telanjang merupakan salah satu terapi populer di kalangan masyarakat Eropa. Terapi ini diciptakan oleh Paul Bindrim, seorang psikolog yang meyakini bahwa ketelanjangan memungkinkan orang untuk melepaskan harapan sosial yang diciptakan oleh pakaian dan memudahkan orang untuk berurusan langsung dengan emosi mereka yang paling pribadi.

Pasien yang menjalani terapi ini akan menghabiskan beberapa hari untuk mengungkapkan rahasia terdalam mereka dengan latihan yang dirancang oleh Bindrim untuk mempromosikan kepercayaan dan keterbukaan. Kegiatannya mencakup segala sesuatu mulai dari menatap dalam ke mata pasangan hingga meneliti alat kelamin satu sama lain. Bindrim mengajarkan bahwa kebebasan sejati dari pikiran negatif hanya dapat dicapai setelah seseorang dapat mengungkapkan motivasi dan bagian paling pribadinya.

Di akhir 1960-an, terapi ini kemudian semakin meredup akibat kritikan pedas dari sejumlah kritikus yang menganggap terapi ini bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku.

Binatang kuda rupanya dapat dijadikan sebagai media untuk psikoterapi. Kuda dijadikan sebagai mitra terapi untuk para pasien, seperti remaja bermasalah, pecandu narkoba, dan kaum disabilitas. 

Belajar merawat dan menunggangi kuda dapat menjadi cara untuk mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kepercayaan diri dan kesabaran. Terapi dengan kuda terasa lebih menyenangkan, sehingga pasien mungkin merasa lebih terbuka terhadap pertumbuhan mental mereka saat mereka belajar merawat diri sendiri dan teman hewan mereka yakni kuda.

Menghabiskan waktu memelihara dan bermain dengan kuda dapat membantu pasien membentuk pola perilaku positif. Selain itu, pasien juga belajar menaklukkan rasa takut ketika berkuda yang bisa menjadi metafora yang kuat untuk menghadapi tantangan lainnya dalam hidup.

Bagaimana menurutmu metode-metode psikoterapi di atas? Unik, bukan? Meskipun ada yang terlihat tidak lazim, namun metode-metode tersebut masih terus dipraktikkan dan ada yang berhasil menyembuhkan sejumlah pasien.