Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terapi Keluarga: Psikoterapi yang Melibatkan Peran Anggota Keluarga

pexels.com/Fox
pexels.com/Fox

Sebagai makhluk sosial, manusia memulai kehidupan dari lingkup terkecil, yakni keluarga. Keluarga dapat diartikan sebagai individu yang memiliki hubungan darah, jalinan pernikahan, serta tindak adopsi.

Peran keluarga begitu besar, salah satunya sebagai agen pembelajaran pembentuk kepribadian. Melalui peran keluarga, seorang anak dapat belajar mengenai hakikat kehidupan yang begitu kompleks.

Dalam proses kehidupannya, tidak jarang individu akan dihadapkan oleh permasalahan seperti masalah finansial, rumah tangga, konflik, gejolak transisi kehidupan, gangguan komunikasi, gangguan penyalahgunaan zat, penyakit serius, atau kondisi kesehatan mental.

Karena hubungan dalam keluarga sangat penting, salah satu jenis psikoterapi, yakni terapi keluarga, mungkin dapat dioptimalkan untuk mengatasi masalah yang memengaruhi hubungan dan dinamika keluarga, khususnya yang berdampak pada kesehatan fisik maupun mental.

Simak penjelasan berikut untuk memahami lebih jelas mengenai terapi unik yang satu ini. 

1. Apa itu terapi keluarga?

pexels.com/Lisa Fotios
pexels.com/Lisa Fotios

Terapi keluarga merupakan bentuk psikoterapi yang dirancang untuk menangani masalah khusus yang memengaruhi kesehatan dan fungsi sebuah keluarga.

Dr. Michael Herkov, seorang psikolog asal Amerika Serikat (AS) berpendapat bahwa terapi keluarga memandang masalah individu dalam konteks unit yang lebih besar.

Dengan kata lain, terapi keluarga menitikberatkan pada interaksi dan dinamika keluarga. Umumnya, terapi ini memiliki durasi jangka pendek dengan eksplorasi pola, konflik, serta cara berkomunikasi dalam sistem keluarga.

Seperti jenis perawatan lainnya, teknik yang digunakan dalam terapi keluarga disesuaikan dengan masalah yang dihadapi klien. Dalam konteks ini, keluarga yang dimaksud tidak harus memiliki hubungan darah, melainkan siapa saja yang memainkan peran pendukung jangka panjang dalam kehidupan individu yang bersangkutan.

2. Terapi keluarga membantu pemecahan masalah yang berhubungan dengan keluarga

pexels.com/Nicole Michalou

Seperti yang telah disinggung di awal, terapi keluarga dapat diterapkan untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan. Masalah tersebut mencakup masalah finansial, pernikahan, konflik antara orang tua dan anak, dampak penyalahgunaan zat, atau kondisi kesehatan mental.

Sebagai contoh, terapi keluarga dapat membantu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan mental seperti skizofrenia. Meskipun demikian, individu yang terdiagnosis skizofrenia tetap harus mendapatkan perawatan lain baik dalam bentuk terapi atau konsumsi obat-obatan.

Terapi keluarga juga dapat dilakukan untuk mengatasi situasi yang dapat menyebabkan stres, marah, atau sedih. Terapi ini dipercaya dapat membantu anggota keluarga memahami satu sama lain serta mempelajari keterampilan mengatasi masalah.

3. Pendekatan terapi keluarga

pexels.com/Andrea Piacquadio
pexels.com/Andrea Piacquadio

Melansir Healthline, terdapat empat pendekatan terapi keluarga di antaranya adalah:

  • Systemic family therapy: menganggap keluarga sebagai satu kesatuan, di mana tindakan setiap anggota keluarga memengaruhi anggota keluarga lain dan keluarga secara keseluruhan. Terapi ini ditujukan untuk memahami proses keluarga, pengaruh keluarga, dan perubahan keluarga dalam hal interaksi.
  • Structural family therapy: dasar dari terapi ini adalah gagasan bahwa masalah emosional dan perilaku pada anak-anak dan remaja sering kali dikaitkan dengan struktur keluarga yang kurang berfungsi dengan baik. Perawatan berfokus pada pemahaman batasan, sehingga setiap anggota keluarga dapat berinteraksi dengan cara yang lebih sehat.
  • Brief strategic family therapy: memiliki tujuan identifikasi dan menyusun kembali interaksi keluarga yang mengarah pada perilaku bermasalah. Pendekatan terapi ini umumnya dibatasi sekitar 12 sesi. Pada praktiknya, terapis mungkin akan menitikberatkan pada penguatan pola positif, membuat perubahan pada perilaku keluarga, serta memberi tugas untuk menilai dan menyesuaikan cara keluarga berkomunikasi.
  • Psikoedukasi: terapi keluarga juga mencakup pemahaman akan kondisi kesehatan mental yang memengaruhi hubungan keluarga diikuti dengan perawatan. Studi skala kecil tahun 2018 dalam jurnal BMC Psychiatry menunjukkan bahwa mendidik keluarga meningkatkan keberfungsian seluruh anggota keluarga. Sementara itu, studi tahun 2006 dalam Schizophrenia Bulletin menjelaskan bahwa ketika keluarga lebih memahami kondisi kesehatan mental dan mendukung satu sama lain, anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan mental dapat mengembangkan pandangan yang lebih baik.

4. Mempertimbangkan terapi keluarga

pexels.com/Pixabay
pexels.com/Pixabay

Gejala berikut ini dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih terapi keluarga sebagai bentuk perawatan untuk meminimalkan dampak yang tidak diinginkan. Gejala tersebut meliputi:

  • Anggota keluarga mengalami kesulitan dalam hal kapasitas normal seperti sering merasakan kelelahan atau energi cepat terkuras.
  • Anggota keluarga cenderung memiliki reaksi emosional yang ekstrem seperti perasaan marah, takut, atau sedih yang berlebihan.
  • Adanya gangguan signifikan dalam hal komunikasi di antara anggota keluarga.
  • Anggota keluarga menarik diri atau melakukan isolasi dari kehidupan keluarga.
  • Anggota keluarga mengungkapkan perasaan tidak berdaya atau putus asa.
  • Anggota keluarga memiliki masalah dengan penyalahgunaan zat.
  • Terdapat gejala kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau anggota keluarga lain.
  • Keluarga mengalami pengalaman traumatis dan anggota keluarga mengalami kesulitan untuk mengatasinya.
  • Terjadi perubahan perilaku anggota keluarga yang sulit dijelaskan, misalnya perilaku anak yang berubah di rumah atau di sekolah.

5. Proses terapi keluarga

default-image.png
Default Image IDN

Melansir WebMD, dalam keberlangsungan proses terapi keluarga, hal pertama yang akan dilakukan oleh terapis ialah berbicara dengan semua orang di keluarga untuk membantu memahami apa yang sedang terjadi.

Dalam proses awal ini, terapis mengajukan beberapa pertanyaan seperti bagaimana setiap anggota keluarga memandang masalah, kapan masalah tersebut dimulai, dan bagaimana usaha keluarga mengelola berbagai hal.

Setelah tahap awal terlaksana, terapis akan menyusun rencana perawatan. Tujuan dari penyusunan rencana perawatan adalah untuk memperbaiki konflik dalam keluarga, bukan menyalahkan siapa yang bersalah atas masalah tersebut.

Singkatnya, terapis akan membantu anggota keluarga berkomunikasi dengan lebih baik, berusaha meredam masalah dan mencari solusi, serta menemukan cara baru untuk mengoptimalkan kerja sama.

Meskipun terapi keluarga tidak selalu bisa menghilangkan masalah, tetapi terapi ini dapat memberi keterampilan baru untuk memecahkan masalah dengan cara yang lebih sehat. Apakah kamu tertarik untuk mencobanya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indri yani
EditorIndri yani
Follow Us