Studi: Tidur Gelap Gulita Baik untuk Kesehatan

Hayo, siapa yang suka tidur dengan lampu menyala?

Saat tidur, tim manakah kamu? Tim mati lampu atau lampu menyala? Setiap orang memang punya preferensinya masing-masing.

Jika kamu terbiasa tidur dengan lampu dinyalakan, lebih baik segera biasakan tidur dalam kondisi gelap. Menurut studi terbaru, tidur tanpa lampu justru bisa berdampak baik untuk tubuh. Bagaimana bisa? Mari simak penjelasannya berikut ini!

1. Libatkan ratusan partisipan lansia

Studi: Tidur Gelap Gulita Baik untuk Kesehatanilustrasi lansia tidur (freepik.com/wayhomestudio)

Meski paparan cahaya pada malam hari bisa berdampak buruk untuk kesehatan dan metabolisme tubuh, sedikit yang diketahui mengenai dampaknya terhadap kesehatan kardiovaskular lansia. Dimuat dalam jurnal SLEEP pada 22 Juni 2022, para peneliti dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, Amerika Serikat (AS) ingin meneliti hal tersebut.

Dalam penelitian ini, para peneliti AS mengumpulkan 552 partisipan berusia 63–84 tahun. Para partisipan kemudian terbagi menjadi dua kelompok tidur, yaitu:

  • Tidur tanpa cahaya: 255 partisipan.
  • Tidur dengan cahaya: 297 partisipan.

2. Hasil: Tidur dengan cahaya meningkatkan risiko gangguan kesehatan

Peneliti utama dalam studi tersebut, Dr. Minjee Kim, menjelaskan lebih lanjut mengenai pengukuran tidur para partisipan. Dipantau selama 7 hari, para partisipan mengenakan sebuah alat yang dipasang di pergelangan tangan.

"Daripada membawa para partisipan lansia ke laboratorium, kami mengumpulkan data dari lingkungan sehari-hari mereka," ujar Dr. Minjee.

Para peneliti terkejut saat mengetahui bahwa lebih dari setengah populasi partisipan lansia tidur dengan cahaya. Dokter Minjee mengatakan bahwa umumnya, para partisipan lansia tidur sambil terpapar cahaya redup. Jadi, apa dampak tidur dengan cahaya untuk para partisipan lansia?

Penelitian bertajuk "Light at night in older age is associated with obesity, diabetes, and hypertension" ini menemukan bahwa tidur dengan cahaya meningkatkan risiko hipertensi 74 persen, obesitas 82 persen, dan diabetes 100 persen. Menariknya, tidur dengan cahaya tidak berpengaruh terhadap risiko hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi).

"Tampak bahwa sedikit paparan cahaya pun berdampak pada respons tubuh. Studi hewan dan manusia lampau menunjukkan hubungan antara paparan cahaya yang tak tepat (kurang pada siang hari dan terlalu banyak pada malam hari) dengan risiko obesitas," kata Dr. Minjee pada Medical News Today.

Baca Juga: Studi: Tidur dengan Lampu Menyala Meningkatkan Risiko Diabetes

3. Pembuktian dari studi sebelumnya

Studi: Tidur Gelap Gulita Baik untuk Kesehatanilustrasi tidur (freepik.com/drobotdean)

Dokter Minjee mengatakan bahwa ini bukanlah studi pertama yang dilakukan timnya mengenai pengaruh paparan cahaya waktu malam. Tiga bulan sebelumnya, sebuah studi yang dimuat dalam jurnal PNAS yang melibatkan 20 partisipan dewasa muda juga menguji pengaruh tidur di ruangan bercahaya redup dan cahaya terang.

Studi tersebut menemukan bahwa selain kurangnya kualitas tidur, tidur dengan paparan cahaya (baik terang maupun redup) bisa meningkatkan detak jantung dan resistansi insulin. Dengan kata lain, paparan cahaya waktu malam memang meningkatkan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular lainnya.

4. Mengapa tidur dengan paparan cahaya buruk?

"Baik dari HP, TV, atau polusi cahaya di kota-kota besar, kita hidup terpapar cahaya buatan yang besar selama 24 jam," kata Dr. Minjee.

Lalu, mengapa tidur terpapar cahaya bisa berdampak negatif untuk tubuh? Penelitian tersebut memaparkan setidaknya tiga penjelasan potensial. Pertama, cahaya adalah penanda untuk ritme sirkadian tubuh. Namun, cahaya saat tidur justru bisa mengacaukan ritme sirkadian.

Kelenjar pineal memproduksi melatonin dalam keadaan gelap. Dalam keadaan terang, hormon melatonin justru tidak optimal sehingga meningkatkan risiko diabetes dan hipertensi terutama di kalangan kaum hawa.

Cahaya pada waktu malam juga bisa memicu respons sistem saraf otonom simpatik, sistem yang bertanggung jawab terhadap respons fight-or-flight. Jika tidur dalam keadaan gelap, sistem ini bisa menenangkan detak jantung dan pernapasan.

5. Bagaimana jika masih ingin tidur dengan cahaya?

Studi: Tidur Gelap Gulita Baik untuk Kesehatanilustrasi lampu tidur dengan cahaya kuning ambar (blockbluelight.co.uk)

Sementara penelitian ini memperingatkan bahaya tidur dengan paparan cahaya, Dr. Minjee mengingatkan kalau penelitian ini tidak serta-merta menunjukkan hubungan antara kedua variabel tersebut. Meski begitu, amat disarankan untuk segera mengubah lingkungan tidur jadi tanpa paparan cahaya walau redup sekali pun.

"Sederhana saja, tidak usah menggunakan perangkat elektronik dekat tempat tidur atau gunakan masker penutup mata untuk tidur," imbuh Dr. Minjee.

Lalu, bagaimana yang sudah terbiasa menggunakan lampu? Cukup tempatkan agar cahaya tidak mengenai wajah. Untuk para lansia, cukup gunakan lampu redup untuk menunjukkan jalan jika ingin ke kamar mandi pada malam hari.

"Saya juga menyarankan menggunakan lampu berwarna merah/kuning ambar daripada biru. Dibanding cahaya biru dengan panjang gelombang pendek, lampu merah/kuning ambar memiliki panjang gelombang panjang yang tidak mengganggu ritme sirkadian tubuh," tandas Dr. Minjee.

Baca Juga: 7 Cara Ampuh untuk Kembali Tidur saat Terbangun di Malam Hari

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya