Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga Kesehatan

Meski efektivitasnya turun, tetapi tetap bisa melindungi

Indonesia telah memulai program vaksinasi COVID-19 nasional sejak Januari 2021 lalu. Sebagai garda terdepan dalam menghadapi SARS-CoV-2, virus corona penyebab COVID-19, tenaga kesehatan (nakes) merupakan kelompok prioritas untuk menerima vaksinasi.

Vaksin yang digunakan adalah CoronaVac dari Sinovac Biotech asal China. Per Juli 2021, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat 99,3 persen nakes sudah divaksinasi komplet atau dua dosis. Namun, dengan keberadaan mutasi baru seperti varian Delta (B.1.617.2), dikhawatirkan efektivitas vaksin Sinovac menurun.

1. Studi Balitbangkes libatkan puluhan ribu nakes

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga Kesehatanilustrasi tenaga kesehatan (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Pada 13 Januari 2021 hingga 20 Juni 2021, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) mengadakan studi untuk menguji efektivitas vaksin Sinovac pada kelompok nakes. Sebanyak 71.455 nakes (perawat, bidan, dokter, teknisi, dan tenaga umum di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya) dari DKI Jakarta ikut serta dalam studi ini.

Pada studi ini, para peneliti membagi para nakes menjadi tiga kelompok: kelompok yang tidak divaksinasi, yang sudah divaksinasi secara parsial (satu dosis), dan yang sudah menyelesaikan program vaksinasi (dua dosis). Persentase kasus COVID-19, perawatan ke rumah sakit, dan kematian pada kelompok nakes lalu dibandingkan.

2. Perjalanan varian COVID-19 di Indonesia

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga Kesehatanilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)

Para peneliti mencatat bahwa dari Januari 2021 sampai Juni 2021, terdapat dinamika dalam penyebaran COVID-19 di Indonesia. Dengan whole genome sequencing (WGS), para peneliti mencatat bahwa terdapat tiga varian yang ditetapkan sebagai variant of concern (VoC) yang dominan di Indonesia.

Pada Januari 2021 sampai Maret 2021, varian lokal B.1.466.2 dan B.1.1.7 (Alpha) mendominasi kasus di Tanah Air. Akan tetapi, pada April 2021 hingga Juni 2021, varian Delta adalah yang terlihat dominan.

Varian Delta diketahui memiliki potensi penularan dan infeksi yang lebih berbahaya dibanding varian lainnya. Karena perbedaan pada kondisi epidemiologi pada Januari-Maret dan April-Juni, maka para peneliti ingin membandingkan keampuhan CoronaVac pada dua periode tersebut.

3. Hasil: varian Delta tetap menginvasi meski sudah divaksinasi komplet, tetapi vaksinasi komplet tetap melindungi

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga Kesehatanilustrasi perawat yang kelelahan setelah memberikan pelayanan pasien kepada positif COVID-19 (IDN Times/Ervan)

Para peneliti Balitbangkes menemukan bahwa dalam kelompok yang sudah divaksinasi penuh pun, varian Delta tetap dapat menginfeksi. Pada periode April-Juni, angka kasus positif pada kelompok nakes berkisar 5 persen, berbeda dengan periode Januari-Maret yang tercatat 0,98 persen.

Perbedaan baru terlihat pada angka perawatan ke rumah sakit. Kelompok nakes non-vaksinasi dan vaksinasi parsial memiliki persentase dilarikan ke rumah sakit yang serupa, masing-masing 0,35 dan 0,31 persen. Pada nakes yang sudah divaksinasi komplet, persentase jauh lebih rendah, yaitu 0,17 persen.

Untuk tingkat kematian, kelompok nakes non-vaksinasi dan vaksinasi parsial sama-sama mencatatkan persentase 0,03 persen. Sementara itu, kelompok nakes yang sudah divaksinasi lengkap mencatat tingkat kematian yang lebih rendah, yaitu 0,001 persen pada Januari-Maret, dan 0,01 persen pada April-Juni.

4. Meski efektivitas berkurang, vaksin Sinovac tetap mampu melindungi

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga KesehatanVaksinasi di puskesmas dan rumah sakit di Kalteng (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Pada Januari-Maret, efektivitas CoronaVac tercatat di kisaran 84 persen. Akan tetapi, pada April-Mei, perlindungan yang ditawarkan vaksin Sinovac terlihat berkurang.

Selama 25 minggu masa observasi, proporsi kasus COVID-19 mingguan berdasarkan status vaksinasi pun fluktuatif. Sampai minggu ke-4, 55-99 persen kasus COVID-19 berasal dari kelompok non-vaksinasi. Namun, pada minggu ke-7, sebanyak 60 persen dari kasus COVID-19 berasal dari nakes yang telah divaksinasi komplet.

Sejak minggu ke-12 sampai akhir masa observasi di minggu ke-25, para peneliti melihat nakes yang sudah divaksinasi mendominasi kasus. Dengan kata lain, vaksin CoronaVac memang berkurang efektivitasnya sejak minggu ke-12.

Meskipun begitu, para peneliti menambahkan bahwa vaksinasi tetap memperlambat risiko infeksi COVID-19 pada nakes. Nakes yang divaksinasi penuh memiliki antibodi yang lebih lama (4 bulan setelah dosis kedua) hingga terinfeksi COVID-19, dibandingkan kelompok non-vaksinasi (3 minggu setelah masa observasi).

Baca Juga: Studi: Antibodi Vaksin Sinovac Menurun Setelah 6 Bulan, Butuh Booster

5. Terlindungi oleh vaksin, perawat, bidan, dan dokter adalah yang paling berisiko

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga KesehatanNakes di Kota Kediri disiapkan untuk merawat pasien COVID-19. (Dok. Istimewa)

Tanpa melihat status vaksinasinya, para peneliti Balitbangkes mencatat kalau 70 persen kasus COVID-19 berasal dari kelompok perawat, bidan, dan dokter. Dibandingkan Januari-Maret, ada peningkatan proporsi kasus COVID-19 pada kelompok bidan dan perawat.

Kabar baiknya, setelah divaksinasi, proporsi kasus COVID-19 pada bidan, perawat, dan dokter berkurang di periode April-Juni, dibandingkan Januari-Maret. Dengan kata lain, vaksin CoronaVac tetap melindungi para nakes dari infeksi COVID-19.

6. Vaksin mengurangi risiko perawatan dan kematian pada kelompok nakes

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga KesehatanVaksinator menunjukkan dosin vaksin yang akan disuntikan ke nakes (IDN Times/Rangga Erfizal)

Pada periode Januari-Juni, para peneliti mencatat 474 nakes dirawat di rumah sakit akibat COVID-19. Dari angka tersebut, 65 persen berasal dari kelompok nakes non-vaksinasi dan vaksinasi parsial. Para peneliti juga mencatat bahwa dibandingkan periode Januari-Maret:

  • Pada April-Juni, angka risiko perawatan nakes non-vaksinasi meningkat dua kali lipat (12,5 persen ke 24 persen)
  • Di periode yang sama, angka risiko perawatan nakes yang telah divaksinasi berkurang 6 kali lipat (18 persen ke 3,3 persen)

Data menunjukkan bahwa durasi perawatan COVID-19 pada nakes yang telah divaksinasi jauh lebih singkat, yaitu 8-19 hari, dibandingkan dengan nakes non-vaksinasi yakni 9-12 hari. Dari total nakes yang dirawat, sebanyak 2,3 persen dilarikan ke unit perawatan intensif (ICU). Dari angka tersebut, 91 persen adalah kelompok nakes non-vaksinasi atau vaksinasi parsial.

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga KesehatanVaksinasi nakes di Tangsel (IDN Times/yudi)

Sepanjang masa observasi, para peneliti mencatat 20 nakes meninggal dunia akibat COVID-19. Dari angka tersebut, 75 persen berasal dari kelompok nakes non-vaksinasi dan vaksinasi parsial. Pada periode April-Juni, terjadi peningkatan angka kematian pada kelompok nakes non-vaksinasi dan vaksinasi parsial.

Dibandingkan kelompok non-vaksinasi dan vaksinasi parsial, persentase kematian pada nakes yang telah menyelesaikan program vaksinasi jauh lebih kecil. Temuan ini tetap berlaku bahkan pada periode April-Juni, saat varian Delta mendominasi.

7. Kesimpulan: vaksin CoronaVac memang menurun, tetapi tetap bisa melindungi para nakes saat bertugas

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga KesehatanIlustrasi petugas medis. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Para peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas vaksin Sinovac memang mengalami penurunan. Penemuan tersebut memaparkan:

  • Efektivitas CoronaVac dalam mencegah risiko perawatan di Januari-Maret berkisar 74 persen, dan berkurang menjadi 53 persen pada April-Juni
  • Efektivitas CoronaVac dalam mencegah kematian akibat COVID-19 berkisar 95 persen pada Januari-Maret, dan berkurang menjadi 79 persen pada April-Juni

Meskipun demikian, para peneliti mengatakan bahwa para nakes dan masyarakat tidak perlu pesimistis terhadap CoronaVac. Pada dasarnya, vaksinasi lengkap masih cukup efektif dalam melindungi dari risiko perawatan dan mortalitas akibat COVID-19.

8. Protokol kesehatan tetap yang paling utama

Kemenkes: Vaksin Sinovac Tetap Mampu Melindungi Tenaga KesehatanGrafis pencegahan COVID-19 (IDN Times)

Dari penelitian tersebut, para peneliti Balitbangkes mencatat bahwa perlu adanya kajian yang lebih komprehensif terhadap efektivitas vaksin Sinovac terhadap VoC di Indonesia. Selain itu, untuk mengantisipasi VoC dan varian baru lainnya, diperlukan strategi vaksinasi yang lebih efektif untuk mencegah pengurangan efektivitas vaksin COVID-19.

Meskipun vaksin CoronaVac tetap andal dalam membeli perlindungan, para peneliti menyarankan para nakes untuk tidak abai pada protokol kesehatan (prokes). Tetap terapkan prokes yang lebih ketat, yaitu:

  • Cuci tangan dengan air dan sabun selama 20 detik
  • Menjaga jarak di kerumunan 1,8-2 meter
  • Memakai masker berlapis ganda
  • Tidak keluar rumah jika sedang tidak fit atau tidak ada keperluan mendesak
  • Jangan sentuh mata, hidung, dan mulut
  • Tutup bersin atau bangkis

Tentunya protokol tersebut tak cuma berlaku bagi nakes saja, tetapi juga seluruh masyarakat.

Baca Juga: Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansia

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya