Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Beta Blocker: Manfaat, Jenis, Interaksi, Efek Samping

ilustrasi obat beta-blocker (pexels.com/Polina Tankilevitch)
ilustrasi obat beta-blocker (pexels.com/Polina Tankilevitch)
Intinya sih...
  • Beta-blocker menyebabkan jantung berdetak lebih lambat dan dengan kekuatan yang lebih sedikit, sehingga menurunkan tekanan darah.
  • Obat ini digunakan untuk mengelola berbagai kondisi termasuk aritmia, gagal jantung, risiko penyakit arteri koroner, diabetes, dan hipertensi.
  • Beta-blocker dapat memiliki efek samping seperti kelelahan, sakit kepala, masalah pencernaan, sesak napas, dan penurunan libido.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Beta-blocker atau penghambat beta, juga dikenal sebagai agen penghambat beta-adrenergik (beta-adrenergic blocking agent), adalah obat yang menurunkan tekanan darah. Beta-blocker bekerja dengan menghalangi efek hormon epinefrin, yang juga dikenal sebagai adrenalin.

Obat ini menyebabkan jantung berdetak lebih lambat dan dengan kekuatan yang lebih sedikit, sehingga menurunkan tekanan darah. Beta-blocker juga membantu memperlebar pembuluh darah dan arteri untuk meningkatkan aliran darah.

1. Jenis

Beta-blocker membantu mengelola berbagai kondisi dengan memblokir reseptor beta yang terjadi di seluruh tubuh.

Ada tiga jenis reseptor beta:

  • Reseptor beta-1 (B1), yang terjadi terutama di jantung dan mengatur aktivitas jantung.
  • Reseptor beta-2 (B2), yang terjadi di berbagai organ dan berperan dalam relaksasi otot polos dan aktivitas metabolisme.
  • Reseptor beta-3 (B3), yang membantu memecah sel-sel lemak

Aplikasi medis saat ini fokus pada reseptor B1 dan B2.

Beta-blocker juga bisa selektif atau non selektif. Beta-blocker selektif sebagian besar menargetkan jantung, sementara yang non selektif mengelola gejala di bagian lain dari tubuh.

Berikut adalah beberapa jenis dan merek umum beta-blocker:

  • Acebutolol.
  • Atenolol.
  • Betaxolol.
  • Bisoprolol/hydrochlorothiazide.
  • Bisoprolol.
  • Metoprolol.
  • Nadolol.
  • Propranolol.
  • Sotalol.
  • Carvedilol.

2. Kondisi yang bisa diobati dengan beta-blocker

ilustrasi obat beta blockers atau penghambat beta (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi obat beta blockers atau penghambat beta (pexels.com/Karolina Grabowska)

Beta-blocker digunakan untuk mengelola berbagai kondisi. Ini termasuk namun tidak terbatas pada:

  • Aritmia.
  • Gagal jantung.
  • Risiko penyakit arteri koroner yang tinggi.
  • Diabetes.
  • Pasca serangan jantung.
  • Angina pektoris akibat aterosklerosis koroner.
  • Hipertensi (dalam pengelolaan hipertensi, beta-blocker dapat digunakan sendiri atau bersamaan dengan agen antihipertensi lain, terutama diuretik thiazide).

Penggunaan beta-blocker yang off-label (penggunaan obat di luar indikasi yang tertera dalam label dan belum atau di luar persetujuan oleh badan atau lembaga yang berwenang) termasuk namun tidak terbatas pada:

  • Migrain.
  • Glaukoma.
  • Hipertiroidisme.
  • Fibromialgia.
  • Gangguan kecemasan umum.
  • Tremor Parkinson.
  • Fibrilasi atrium.

3. Siapa saja yang boleh dan tidak boleh mengonsumsi beta-blocker?

Beta-blocker tidak cocok untuk semua orang. Untuk memastikan keamanannya, beri tahu dokter apabila kamu memiliki:

  • Reaksi alergi terhadap beta-blocker atau obat lainnya di masa lalu.
  • Tekanan darah rendah atau detak jantung yang lambat.
  • Masalah sirkulasi darah yang serius di anggota tubuh (seperti fenomena Raynaud, yang dapat membuat jari tangan dan kaki memiliki sensasi kesemutan atau menjadi pucat atau biru).
  • Asidosis metabolik, yaitu kondisi ketika ada terlalu banyak asam dalam darah.
  • Penyakit paru-paru atau asma.

Juga, informasikan kepada dokter jika kamu sedang mencoba untuk hamil, curiga hamil, sedang hamil, atau menyusui.

Penting untuk tidak berhenti menggunakan beta-blocker tanpa anjuran dokter. Dalam beberapa kasus, penghentian obat secara tiba-tiba dapat memperburuk kondisi.

4. Kelebihan beta-blocker

ilustrasi obat beta-blocker (unsplash.com/Christina Victoria Craft)
ilustrasi obat beta-blocker (unsplash.com/Christina Victoria Craft)

Beta-blocker umum digunakan karena beberapa alasan:

  • Efektif untuk berbagai masalah medis. Karena begitu banyak masalah jantung dan peredaran darah terkait, penggunaan beta-blocker untuk mengobati satu masalah sering kali dapat bermanfaat bagi banyak masalah terkait.
  • Telah dipelajari secara ekstensif. Beta-blocker telah digunakan selama beberapa dekade, dengan uji klinis pertama diadakan pada 1960-an. Karena itu, efeknya lebih dipahami dan lebih mudah digunakan dengan aman dan menghindari efek negatif.
  • Sebagian besar (terutama obat generik) tidak mahal. Beta-blocker biasanya terjangkau, membuatnya lebih mudah bagi pasien untuk tidak melewatkan obat karena tidak mampu membelinya.

5. Risiko efek samping

Efek samping dari obat-obatan beta-blocker dapat bervariasi. Banyak orang akan mengalami:

  • Kelelahan.
  • Tangan dingin.
  • Sakit kepala.
  • Masalah pencernaan.
  • Sembelit.
  • Diare.
  • Pusing.

Jarang, kamu juga mungkin dapat mengalami:

  • Sesak napas.
  • Susah tidur.
  • Penurunan libido.
  • Depresi.

Apabila tidak sengaja mengambil dosis yang lebih besar dari yang direkomendasikan, kamu mungkin mengalami:

  • Sulit bernapas.
  • Perubahan penglihatan.
  • Pusing. 
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Kebingungan.

Jika curiga kamu atau orang terdekat mengalami overdosis karena beta-blocker atau obat apa pun, segera hubungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. 

Beberapa beta-blocker yang lebih tua, seperti atenolol dan metoprolol, telah dilaporkan menyebabkan penambahan berat badan. Retensi cairan dan penambahan berat badan yang menyertainya bisa menjadi tanda-tanda gagal jantung, atau gagal jantung makin parah.

Pastikan untuk memberi tahu dokter jika mendapatkan lebih dari 1–1,4 kilogram (kg) dalam sehari, bertambah lebih dari 2,3 kg dalam seminggu, atau gejala memburuk.

Kamu mungkin juga melihat beberapa perubahan dalam cara kerja jantung selama aktivitas sehari-hari. Misalnya, beta-blocker mencegah lonjakan denyut jantung. Kamu mungkin memperhatikan bahwa detak jantung tidak naik setinggi biasanya selama berolahraga.

Bicaralah dengan dokter jika khawatir tentang olahraga saat minum obat ini. Dokter mungkin merekomendasikan tes stres untuk menentukan target detak jantung selama latihan kardio.

Tes stres juga dapat membantu dokter menentukan seberapa keras kamu merasa bekerja selama berolahraga. Ini dikenal sebagai tingkat pengerahan tenaga yang dirasakan.

6. Interaksi dengan obat lain

ilustrasi suplemen dan obat-obatan (pixabay.com/ivabalk)
ilustrasi suplemen dan obat-obatan (pixabay.com/ivabalk)

Obat-obatan lainnya dapat meningkatkan atau menurunkan efek dari beta-blocker. Jadi, pastikan untuk memberi tahu dokter tentang semua obat-obatan, vitamin, dan suplemen herbal yang sedang kamu gunakan.

Beta-blocker dapat berinteraksi dengan obat-obatan seperti:

  • ACE inhibitor.
  • Obat-obatan untuk alergi seperti ephedrine, noradrenaline, atau adrenalin.
  • Alpha-blocker.
  • Anestesi.
  • Obat antiaritmia.
  • Pengobatan untuk ulkus.
  • Antidepresan.
  • Obat-obatan antihipertensi dan antiangina.
  • Obat asma.
  • Calcium channel blocker.
  • Digitalis glycosides.
  • HMG-CoA reductase inhibitor.
  • Inotropic agent.
  • Isoproterenol dan dobutamine.
  • Obat antipsikotik.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid.
  • Obat hipoglikemik oral.
  • Obat tekanan darah lainnya.
  • Obat psikotropik.
  • Reserpine.
  • Rifampicin atau rifampin.
  • Thyroxine.
  • Warfarin.

Beta-blocker yang berbeda dapat memiliki interaksi yang berbeda. Apoteker atau dokter dapat menyarankan obat mana yang akan berinteraksi dengan setiap jenis beta-blocker. Untuk alasan ini, penting untuk selalu memberi tahu dokter tentang apa pun yang digunakan, dari obat resep, obat yang dijual bebas, herbal, maupun suplemen.

7. Lupa minum obat atau menggunakan dosis yang lebih besar

Kebanyakan beta-blocker diminum sekali sehari, selain beta-blocker tertentu yang digunakan selama kehamilan dan Sotalol, yang diberikan 2 atau 3 kali sehari.

Jika lupa minum satu dosis, minumlah segera setelah kamu ingat, kecuali jika waktu untuk dosis berikutnya sudah dekat. Dalam hal ini, tinggalkan saja dosis yang terlewat dan minum dosis berikutnya seperti biasa.

Jangan pernah meminum dua dosis sekaligus. Jangan pernah mengambil dosis ekstra untuk menebus dosis yang terlewat.

Jika kamu sering lupa minum obat, cobalah untuk mengatur alarm atau minta bantuan orang lain di rumah untuk mengingatkan, atau minta saran apoteker.

Apabila kamu mengambil terlalu banyak obat, overdosis beta-blocker dapat memperlambat detak jantung dan membuat kamu sulit bernapas, pusing, dan gemetar.

Dosis yang dapat menyebabkan overdosis bervariasi dari orang ke orang. Hubungi dokter atau langsung pergi ke unit gawat darurat jika mengonsumsi terlalu banyak beta-blocker.

Beta-blocker adalah kelas obat yang banyak digunakan dan umumnya diresepkan. Obat ini dapat mengobati berbagai masalah, mulai dari tekanan darah tinggi dan masalah jantung, hingga mencegah migrain dan serangan kecemasan.

Walaupun golongan obat ini telah digunakan selama beberapa dekade, tetapi masih ada beberapa kasus obat ini bukan pilihan terbaik. Bicarakan dengan dokter dan apoteker tentang masalah, pertanyaan, atau kekhawatiran apa pun.

Referensi

Farzam, Khashayar, dan Arif Jan. “Beta Blockers.” StatPearls - NCBI Bookshelf, August 22, 2023. 
RxList. Diakses pada Juni 2024. Beta blocker.
National Health Service. Diakses pada Juni 2024. Beta blockers.
Cleveland Clinic. Diakses pada Juni 2024. Beta-blockers.
Healthline. Diakses pada Juni 2024. Everything to Know About Beta-Blockers.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us