Bolehkah Makan Cokelat saat Batuk? Ini Penjelasan Medisnya

Artikel ini telah ditinjau secara medis dr. Sari Anggraini, M.Ked, Sp.T.H.T.B.K.L
Cokelat sering kali menjadi camilan favorit banyak orang karena rasanya. Namun, saat sedang batuk, muncul pertanyaan apakah aman untuk tetap mengonsumsi cokelat. Beberapa orang percaya bahwa makan cokelat dapat memperburuk batuk, sementara yang lain berpendapat sebaliknya.
Lantas, apa saja kandungan dalam cokelat? Benarkah cokelat harus dihindari saat batuk? Di sini akan dibahas apakah mengonsumsi cokelat saat batuk aman dan bagaimana pengaruhnya terhadap tenggorokan.
1. Bolehkah makan cokelat saat batuk?
Batuk merupakan salah satu refleks tubuh sebagai proteksi diri dari pemicu mekanik maupun kimia. Seperti halnya bersin, refleks batuk melindungi jaringan sistem pernapasan yang sensitif dengan menciptakan semburan bertekanan tinggi yang mengeluarkan cairan kental, zat-zat berbahaya, dan berbagai zat asing bagi tubuh.
Beberapa penelitian baik secara in vivo maupun double blind randomized study telah memperlihatkan hasil yang menunjukkan bahwa rasa manis dan subtansi cokelat baik untuk meringankan batuk. Ini khususnya untuk varian dark chocolate, yang mana kandungan kakaonya lebih dari 50 persen. Bahkan, makan cokelat saat batuk dapat membantu memperbaiki kondisi dengan cukup signifikan, tergantung penyebab batuknya.
Kok, bisa cokelat membantu batuk?
Pertama, cokelat itu sendiri lebih lengket daripada sirop obat batuk tradisional. Artinya, cokelat dapat melapisi tenggorokan dengan lebih baik, memicu salivasi dan produksi cairan, mencegah iritasi yang menyebabkan batuk. Saat ujung saraf di tenggorokan menjadi hipersensitif akibat pilek atau flu, hal itu menyebabkan kamu batuk dan menyebarkan penyakit. Karena cokelat kental dan lengket seperti madu, cokelat menenangkan saraf dan dengan cepat meredakan batuk.
2. Bagaimana cokelat dapat mengatasi batuk

Potensi efek penekan batuk dari cokelat terkait dengan beberapa senyawa di dalamnya:
- Teobromin: Teobromin ialah alkaloid yang terdapat dalam biji kakao dan telah terbukti dalam penelitian lebih efektif dalam menekan batuk daripada kodein, bahan umum dalam banyak obat batuk sirop yang dijual bebas. Tidak seperti kodein, yang bekerja dengan memengaruhi sistem saraf pusat, teobromin diyakini dapat menekan batuk dengan menghambat aktivitas saraf sensorik yang memicu keinginan untuk batuk.
- Flavonoid: Cokelat, khususnya dark chocolate, kaya akan flavonoid, yang merupakan antioksidan dengan sifat antiradang. Senyawa ini dapat membantu meredakan iritasi dan mengurangi peradangan di tenggorokan, yang berpotensi meredakan gejala batuk.
- Efek pelapis: Tekstur cokelat yang meleleh dan lengket juga dapat memberikan kelegaan sementara dengan melapisi tenggorokan, menciptakan lapisan yang menenangkan yang mengurangi iritasi. Efek demulcent dirasa lebih membantu untuk batuk kering dan rasa gatal.
3. Pertimbangan sebelum mengonsumsi cokelat
Meskipun cokelat aman dikonsumsi saat batuk, bahkan cenderung bermanfaat, tetapi ada beberapa hal penting yang perlu kamu pertimbangkan:
- Kandungan gula: Banyak cokelat yang tersedia secara komersial tinggi kandungan gula. Asupan gula yang berlebihan dapat menekan sistem kekebalan tubuh, yang berpotensi menghambat kemampuan tubuh untuk melawan infeksi yang mendasari penyebab batuk. Konsumsi gula yang berlebih juga tidak disarankan pada pasien dengan diabetes dan kegemukan.
- Jenis cokelat: Manfaat potensial terutama terkait dengan dark chocolate, yang memiliki kandungan kakao lebih tinggi dan kadar gula lebih rendah daripada cokelat susu. Cokelat putih, yang tidak mengandung padatan kakao, bahkan tidak menawarkan manfaat penekan batuk.
- Sensitivitas individu: Beberapa orang mungkin sensitif terhadap komponen tertentu dalam cokelat, seperti susu atau kafein. Sensitivitas ini berpotensi memperburuk gejala batuk atau menyebabkan reaksi merugikan lainnya. Begitu juga dengan invidu yang memiliki alergi terhadap komponen cokelat.
4. Makanan yang harus dihindari saat batuk

Kamu harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi saat sedang batuk. Pasalnya, makanan tertentu dapat memperburuk gejala dan memperlambat pemulihan. Berikut ini beberapa makanan yang mungkin harus dihindari saat batuk:
- Produk susu: Produk susu dapat membuat hidung tersumbat atau berair, sehingga sulit bernapas.
- Kafein dan alkohol: Kedua zat ini memiliki efek dehidrasi pada tubuh, yang selanjutnya menghambat fungsi sistem kekebalan tubuh yang tepat, yang berpotensi memperpanjang durasi batuk.
- Gorengan: Asam lemak tidak sehat dari gorengan dapat merangsang tubuh untuk mengeluarkan lebih banyak asam lemak omega-6.
- Makanan yang mengandung histamin: Tubuh memproduksi histamin untuk menghilangkan partikel berbahaya, termasuk alergen. Zat kimia ini memicu peningkatan produksi lendir, yang menyebabkan hidung meler atau tersumbat.
- Gula: Gula dapat memicu peradangan, yang berpotensi memperburuk gejala pilek, termasuk batuk.
- Jeruk: Jeruk, seperti jeruk bali, jeruk manis, jeruk nipis, dan lemon bersifat asam dapat mengiritasi tenggorokan yang sensitif, sehingga menyebabkan batuk.
- Minuman berkarbonasi: Minuman ringan dan berkarbonasi mengandung banyak bahan buatan dan gula tambahan, yang dapat mengiritasi tenggorokan dan memicu batuk.
5. Apakah cokelat dapat menyembuhkan batuk?
Meskipun cokelat dapat memberikan kelegaan sementara, tetapi penting untuk dicatat bahwa cokelat bukanlah pengganti pengobatan medis. Jika kamu mengalami batuk parah, terus-menerus, atau disertai gejala lain seperti demam atau kesulitan bernapas, penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
Namun, menikmati sedikit dark chocolate sebagai tambahan dapat meredakan gejala batuk. Teobromin dan flavonoid dalam dark chocolate dapat membantu menekan refleks batuk dan meredakan iritasi tenggorokan, begitu juga dengan sedikit rasa manis yang membantu memberikan rasa lega di tenggorokan.
Perhatikan kandungan gula dan pilih dark chocolate berkualitas tinggi dengan persentase kakao tinggi untuk mendapatkan manfaat terbaik.
Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut, tetapi beberapa artikel menunjukkan hasil yang cukup baik untuk mengonsumsi cokelat, khususnya dark chocolate, saat batuk sebagai penyokong obat-obatan. Walaupun tidak dapat menggantikan perawatan medis, tetapi dark chocolate dapat dipertimbangkan sebagai tambahan yang menenangkan dan berpotensi meringankan keluhan batuk.
Referensi
"What Foods to eat and Avoid When You Have a Cough." Care Hospital. Diakses Februari 2025.
"The Best Cure for a Cough May Actually Be Chocolate." Good House Keeping. Diakses pada Februari 2025.
"Chocolate is a better fix for your cough than medicine: study." New York Post. Diakses Februari 2025.
"Chocolate Can Fight Coughs Better Than Some Cold Medicine—Here’s Why." Taste of Home. Diakses Februari 2025.
Uthus, E. O., Claycombe, K. J., & Johnson, W. T. (2012). "Effects of pre‐ and postnatal diets on body compositions of diet‐induced obesity prone Sprague‐Dawley rats." The FASEB Journal, 26(S1). https://doi.org/10.1096/fasebj.26.1_supplement.648.4