Apakah Antibiotik Termasuk Obat Keras?

Antibiotik harus digunakan dengan bijak

Antibiotik tentunya bukan hal yang asing lagi di telinga. Ada banyak jenis antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan. Biasanya, dokter meresepkan obat antibiotik untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi patogen tertentu. 

Ketika ingin membeli antibiotik di apotek, sering kali apoteker akan menanyakan ada tidaknya resep dari dokter. Sebenarnya, apakah antibiotik termasuk obat keras? Berikut penjelasannya!

1. Apakah antibiotik termasuk obat keras?

Apakah Antibiotik Termasuk Obat Keras?ilustrasi antibiotik (unsplash.com/Melany @ tuinfosalud.com)

Untuk penyakit ringan, misalnya batuk pilek atau sakit kepala, tidak jarang masyarakat melakukan upaya pengobatan mandiri menggunakan obat bebas. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Farmalkes) Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa upaya pengobatan mandiri tersebut disebut dengan swamedikasi.

Antibiotik bukan obat yang dapat dijual secara bebas. Laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan bahwa antibiotik adalah obat keras sehingga perlu resep dokter saat menggunakannya. Sementara pengobatan swamedikasi tidak boleh dilakukan menggunakan obat keras. Oleh sebab itu, antibiotik tidak boleh digunakan sebagai pengobatan swamedikasi.

Menambahkan penjelasan pada laman Pusat Informasi Obat Nasional Badan POM, obat keras adalah obat yang hanya bisa diperoleh menggunakan resep dokter. Obat keras dapat diketahui dari logo yang tertera pada obat yang berbentuk lingkaran berwarna merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di tengahnya. Obat keras juga tidak dapat diperoleh di sembarang tempat, karena hanya dijual di apotek saja.

2. Manfaat antibiotik

Apakah Antibiotik Termasuk Obat Keras?ilustrasi bakteri (pexels.com/Monstera)

Medical News Today menjelaskan bahwa antibiotik adalah obat yang sangat kuat karena mampu menyembuhkan beberapa infeksi tertentu dan dapat menyelamatkan nyawa jika digunakan dengan tepat. Antibiotik mampu membunuh bakteri atau menghambat perkembangannya.

Sebelum bakteri berkembang dan menyebabkan gejala, sistem kekebalan tubuh dapat membunuh bakteri yang masuk ke tubuh. Sel darah putih akan menyerang bakteri patogen, bahkan ketika gejala muncul, sistem kekebalan tubuh masih mampu mengatasinya.

Namun, adakalanya bakteri patogen berkembang menjadi lebih banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak mampu melawan semua bakteri patogen. Oleh sebab itu, diperlukan antibiotik untuk membantu melawan infeksi bakteri tersebut.

Baca Juga: 5 Fakta Resistensi Antibiotik, Dapat Menjadi Ancaman Kesehatan Global!

3. Infeksi virus tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik

Apakah Antibiotik Termasuk Obat Keras?ilustrasi minum obat (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Dengan mengetahui suatu infeksi disebabkan oleh infeksi virus atau infeksi bakteri, dapat membantu pengobatan menjadi efektif. Infeksi saluran pernapasan atas, misalnya flu dan selesma paling sering disebabkan oleh virus. Sementara antibiotik tidak dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus.

Jika seseorang memakai antibiotik berlebihan atau menggunakan antibiotik tidak tepat, bakteri akan menjadi resisten atau kebal. Artinya, antibiotik tidak efektif lagi untuk melawan bakteri penyebab penyakit karena bakteri sudah menjadi lebih kuat.

4. Pentingnya menggunakan antibiotik secara bijak

Apakah Antibiotik Termasuk Obat Keras?ilustrasi minum obat (unsplash.com/Bermix Studio)

Para ahli menyarankan menggunakan antibiotik secara bijak dan rasional. Sebab, penggunaan antibiotik berkaitan dengan efek samping dan resistensi antibiotik.

Medical News Today menjelaskan, resistensi antibiotik terjadi ketika antibiotik tidak manjur lagi untuk menyembuhkan infeksi bakteri. Resistensi antibiotik makin cepat terjadi ketika terjadi penyalahgunaan antibiotik (misuse) dan penggunaan antibiotik berlebihan (overuse).

Terkadang, peresepan antibiotik yang tidak tepat atau ketika seseorang minum antibiotik tidak sesuai saran dokter dapat meningkatkan resiko resistensi antibiotik. Oleh sebab itu, penting untuk menyelesaikan pengobatan antibiotik yang telah diresepkan dan tidak berbagi antibiotik kepada orang lain, meskipun mengalami gejala yang sama.

5. Bakteri kebal obat membuat pengobatan makin sulit

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan, keamanan pangan, dan pembangunan secara global. Sebab, bakteri yang kebal obat membuat infeksi menjadi lebih sulit diobati. Apabila infeksi bakteri tidak dapat diobati dengan antibiotik lini pertama, maka perlu menggunakan antibiotik lain yang lebih mahal.

Selain itu, durasi perawatan di rumah sakit juga menjadi lebih lama sehingga makin meningkatkan biaya pengobatan. Adanya resistensi antibiotik juga meningkatan risiko kematian. Seperti dijelaskan WHO, setidaknya 700 ribu orang meninggal dunia setiap tahun karena penyakit yang resisten obat, termasuk 230 ribu orang meninggal dunia karena tuberkulosis multidrug-resistant.

Antibiotik adalah obat keras sehingga tidak dapat digunakan sebagai pengobatan swamedikasi dan hanya bisa diperoleh di apotek dengan resep dokter. Penggunaan antibiotik secara sembarangan justru membayakan diri sendiri dan orang lain karena berisiko menyebabkan bakteri menjadi kebal obat. Ketika bakteri menjadi lebih kebal obat, pengobatan menjadi lebih sulit, bahkan meningkatkan risiko kematian. 

Baca Juga: Mengapa Minum Antibiotik Harus Dihabiskan?

Dewi Purwati Photo Verified Writer Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya