Petechiae: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Bintik-bintik berwarna merah keunguan di permukaan kulit

Petechiae adalah bintik-bintik perdarahan tepat di bawah kulit atau selaput lendir. Bintik-bintik keunguan, merah, atau cokelat tidak menonjol atau gatal, dan ini bukan ruam. Kondisi ini bisa tersebar di berbagai bagian tubuh, seperti lengan, kaki, perut, dan pantat. Dalam beberapa kasus, petechiae mungkin juga ditemukan di area kelopak mata atau mulut.

Petechiae bisa menjadi tanda dari suatu kondisi medis. Penyebab potensialnya adalah cedera hingga masalah terkait infeksi. Selain itu, petechiae juga bisa muncul sebagai respons paparan obat-obatan tertentu.

1. Seperti apa petechiae itu?

Petechiae: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi petechiae (healthgrades.com)

Petechiae mungkin terlihat seperti ruam, tetapi sebenarnya bukan. Titik-titik pada kulit ini disebabkan oleh kapiler yang rusak, pembuluh darah kecil di bawah kulit. Petechiae tidak gatal, tidak pula menyakitkan, mengutip Cleveland Clinic.

Jika bintik-bintik ditekan, mereka akan tetap berwarna merah, ungu, atau cokelat. Akan tetapi, pada ruam, jika ditekan maka akan terlihat pucat atau warnanya memudar.

2. Gejala

Petechiae: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi tangan terluka (pexels.com/MART PRODUCTION)

Mengutip Verywell Health, gejala petechiae dapat meliputi:

  • Bintik datar berwarna kemerahan, keunguan, atau kecokelatan yang sering kali muncul secara tiba-tiba.
  • Bintik-bintik yang umumnya ditemukan di anggota gerak (tangan dan kaki), perut, dan pantat.
  • Bercak ini bisa muncul di area tubuh lainnya, seperti di dalam mulut dan kelopak mata.
  • Bintik-bintik ini sering kali muncul dalam klaster dan tampak mirip ruam.
  • Tidak terasa gatal.
  • Bercak tidak hilang saat ditekan.

Setelah muncul, area yang terkena petechiae dapat menyebar dan mulai menyatu untuk membentuk bercak yang lebih besar. Ini bisa menunjukkan adanya gangguan pendarahan. Jika demam menyertai petechiae, itu bisa mengindikasikan infeksi serius.

3. Penyebab

Petechiae: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi petechiae di bagian dalam bibir (commons.wikimedia.org/Mdscottis)

Petechiae adalah tanda darah bocor dari kapiler di bawah kulit. Kapiler adalah pembuluh darah terkecil yang menghubungkan arteri ke vena. Mereka membantu memindahkan oksigen dan nutrisi dari aliran darah ke organ dan jaringan. Mereka juga membawa limbah dari organ dan jaringan, seperti dilansir WebMD.

Kebocoran pada kapiler bisa disebabkan oleh penyakit atau konsumsi obat-obatan tertentu. Petechiae juga bisa muncul di wajah, leher, atau dada jika seseorang mengejan secara intens atau dalam waktu lama saat melakukan hal-hal seperti:

  • Batuk keras
  • Muntah
  • Melahirkan
  • Mengangkat beban berat

Banyak infeksi bakteri, virus, atau jamur dapat menyebabkan bintik-bintik ini juga, termasuk:

  • Infeksi virus seperti cytomegalovirus (CMV), endokarditis, mononukleosis, dan flu.
  • Infeksi bakteri seperti meningitis, demam berbintik Rocky Mountain, demam berdarah, dan radang tenggorokan.
  • Purpura Henoch-Schonlein, penyakit yang menyebabkan peradangan pada pembuluh darah kecil.
  • Sepsis, respons serius di seluruh tubuh terhadap infeksi.
  • Demam berdarah virus seperti demam berdarah dengue, Ebola, dan demam kuning.

Gangguan darah dan kekebalan juga dapat menyebabkan petechiae, seperti:

  • Sindrom hemolitik-uremik, sekelompok kelainan darah.
  • Purpura trombositopenik idiopatik, gangguan kekebalan yang mempengaruhi pembekuan darah.
  • Leukemia, sejenis kanker darah.
  • Trombositopenia, rendahnya kadar trombosit yang membantu pembekuan darah.
  • Vaskulitis, atau peradangan pembuluh darah.
  • Kekurangan vitamin C (scurvy) atau vitamin K dalam pola makan juga dapat menyebabkan petechiae.

Reaksi terhadap obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan petechiae. Ini mungkin merupakan efek samping dari obat-obatan seperti:

  • Penisilin, antibiotik.
  • Kina (Qualaquin), obat malaria.
  • Fenitoin dan asam valproat, yang merupakan obat kejang.
  • Pengencer darah (warfarin atau heparin).
  • Antidepresan (desipramine).
  • NSAID (naproxen atau indomethacin).
  • Obat irama jantung (atropin).
  • Obat penenang (kloral hidrat).

Baca Juga: Kolesistitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Risiko komplikasi

Petechiae: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi anak kecil sedang sakit (pexels.com/ Tima Miroshnichenko)

Jika mengembangkan petechiae, ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Pasalnya orang awam kurang memahami tanda petechiae yang muncul. Ini bisa dikaitkan dengan tanda masalah medis ringan, bisa juga serius dan perlu penanganan segera.

Seseorang dengan petechiae perlu waspada terlebih ketika mengembangkan gejala serius, seperti:

  • Kebingungan.
  • Demam tinggi.
  • Kesulitan bernapas.
  • Penurunan tingkat kesadaran.

Petechiae sendiri sebenarnya tidak menyebabkan komplikasi atau meninggalkan bekas luka. Namun, penting untuk dipahami bahwa kondisi medis yang menyertai petechiae bisa meningkatkan risiko komplikasi terjadi. Apalagi jika kondisi tersebut berkaitan dengan kerusakan pada organ vital seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru, dan infeksi parah yang memengaruhi bagian tubuh lain.

5. Diagnosis

Petechiae: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Mendiagnosis penyebab petechiae melibatkan pemeriksaan fisik dan riwayat yang menyeluruh. Dokter akan mengumpulkan informasi seperti:

  • Ketika bintik atau bercak pertama kali terlihat (waktu dan hari).
  • Gejala lain (batuk, demam, muntah, kontak dengan orang yang terinfeksi dan lainnya).
  • Seberapa cepat bintik atau bercak menyebar menyebar.
  • Setiap pendarahan baru-baru ini (seperti pendarahan hidung)
  • Cedera baru-baru ini.
  • Setiap pola petechiae dengan memar.
  • Status vaksinasi.
  • Riwayat kesehatan.

Riwayat pasien yang mendalam sangat penting untuk menetapkan pola gejala apa pun yang bagi dokter yang memeriksa, tentang kemungkinan adanya penyakit serius. Tes diagnostik yang dapat dipesan ketika petechiae dialami anak mungkin termasuk:

  • Hitung darah lengkap untuk memastikan tingkat trombosit normal dan untuk memeriksa peningkatan sel darah putih, yang dapat mengindikasikan adanya infeksi dan banyak lagi.
  • Kultur darah jika dicurigai infeksi.
  • Pungsi lumbal, yaitu sampel kecil cairan yang diambil dari tulang belakang untuk menguji meningitis.
  • Profil pembekuan darah untuk memeriksa faktor pembekuan normal.
  • Tes fungsi hati.
  • Rontgen dada.
  • Tes untuk memeriksa kekurangan vitamin.
  • Urinalisis untuk memeriksa urine untuk bakteri yang mungkin mengindikasikan infeksi saluran kemih atau untuk memeriksa potensi masalah ginjal.

Tes lebih lanjut dapat dipesan setelah pemeriksaan awal dan tes laboratorium membantu mempersempit kemungkinan diagnosis.

Sebagai catatan, jika anak sehat dengan petechiae dievaluasi, dan penyebabnya ditemukan sebagai penyebab ruam yang tidak berbahaya (seperti cedera tanpa komplikasi), anak harus diamati lebih lanjut (beberapa sumber mengatakan setidaknya 4 jam, tetapi mungkin lebih lama, terutama jika hasil tes makan waktu lebih lama dari empat jam) untuk memastikan gejala atau komplikasi lain tidak muncul.

6. Pengobatan

Petechiae: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pasien mendapatkan perawatan di rumah (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terkait kondisi kesehatan pasien sebagai bagian dari prosedur diagnosis. Pengobatan dan perawatan petechiae ditetapkan berdasarkan penyebab yang mendasarinya.

Opsi pengobatan untuk petechiae, mencakup:

  • Pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri.
  • Kartikosteroid untuk menurunkan gejala peradangan.
  • Kemoterapi, terapi biologis, dan radioterapi untuk mengobati kanker.

Sementara itu, seseorang dapat menempuh pengobatan ala rumahan dengan cara menjaga tubuh agar tetap terhidrasi, istirahat yang cukup, dan jika memang diperlukan mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas di apotek (parasetamol dan ibuprofen).

Petechiae biasanya dikaitkan dengan kondisi medis tertentu. Oleh karena itu, upaya pencegahan adalah dengan menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyebabkan masalah medis terkait. Selain itu, jika mengalaminya, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter.

Baca Juga: Klaudikasio Intermiten: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatan

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya