SARS-CoV-2 memang merupakan virus yang memiliki tingkat mutasi tinggi. Untungnya, menurut penelitian yang telah dilakukan, VUI–202012/01 kemungkinan besar tetap bisa dilawan dengan vaksin yang sama yang sedang dikembangkan berbagai pihak. Setidaknya untuk saat ini.
Dilansir BBC, walaupun lonjakan proteinnya telah berubah, vaksin mampu menyerang virus dari berbagai bagian sehingga masih bisa dilawan. Namun jika mereka terus bermutasi hingga menjadi wujud yang berbeda dengan SARS-CoV-2 lama, vaksin mungkin tak bisa melawannya.
"Jika kita membiarkannya menambahkan mutasi lagi, di situ kita mulai khawatir. Virus ini kemungkinan sedang mencari jalan keluar agar lolos dari vaksin, ia telah mengambil beberapa langkah pertama untuk mencapainya," kata Prof. Ravi Gupta dari University of Cambridge kepada BBC.
Studi yang dilakukan oleh Public Health England membandingkan tingkat vaksinasi pada orang yang bergejala di atas 70 tahun yang dites positif COVID-19 dengan mereka yang tidak divaksinasi sejak 8 Desember 2020 hingga 19 Februari 2021. Total sebanyak 44.590 partisipan dengan data vaksinasi yang tersedia dinyatakan positif COVID-19, sedangkan 112.340 dinyatakan negatif.
Para peneliti menemukan bahwa satu dosis vaksin Pfizer 57 persen hingga 61 persen efektif dalam mencegah gejala COVID-19 setelah 4 minggu dan vaksin AstraZeneca 60 persen hingga 73 persen efektif.
Dua dosis vaksin Pfizer sekitar 85 persen sampai 90 persen efektif melawan gejala penyakit. Terlalu dini untuk menilai efek dari dua dosis vaksin AstraZeneca karena dosis kedua belum ditawarkan di Inggris, kata para peneliti.
Pada peserta berusia 70 tahun ke atas, satu dosis vaksin Pfizer memberikan perlindungan 61 persen (interval kepercayaan 95 persen [CI], 51 persen hingga 69 persen) terhadap infeksi COVID-19 pada 28 hingga 34 hari, setelah itu stabil. Efek vaksin AstraZeneca diamati 14 hingga 20 hari setelah penerimaan, mencapai efektivitas 60 persen (95 persen CI, 41 persen hingga 73 persen) pada 28 hingga 34 hari dan kemudian meningkat menjadi 73 persen (95 persen CI, 27 persen hingga 90 persen ) pada 42 hari.
Orang dewasa berusia 70 tahun ke atas juga memiliki risiko rawat inap 43 persen (95 persen CI, 33 persen hingga 52 persen) lebih rendah dan risiko kematian 51 persen (95 persen CI, 37 persen hingga 62 persen) lebih rendah setelah dosis tunggal vaksin Pfizer. Mereka yang menerima satu dosis vaksin AstraZeneca memiliki risiko rawat inap 37 persen (95 persen CI, 3 persen hingga 59 persen) lebih rendah, tetapi data tindak lanjut tentang kematian tidak lengkap karena vaksin ini digunakan lebih lambat daripada vaksin Pfizer.
Menggabungkan keefektifannya melawan gejala penyakit menunjukkan bahwa satu dosis dari salah satu vaksin kira-kira 80 persen efektif untuk mencegah masuk rumah sakit dan bahwa vaksin Pfizer 85 persen melindungi terhadap kematian COVID-19, kata penulis.
Analisis efektivitas vaksin terhadap varian B117 yang lebih menular yang pertama kali terdeteksi (dan sekarang dominan) di Inggris menunjukkan bahwa kedua vaksin menawarkan perlindungan serupa dibandingkan dengan jenis lain.
Pada orang dewasa berusia 80 tahun ke atas, efek vaksin diamati 10 hingga 13 hari setelah menerima satu dosis vaksin Pfizer, mencapai kemanjuran 70 persen (95 persen CI, 59 persen hingga 78 persen) melawan infeksi simtomatik pada 28 hingga 34 hari dan kemudian menurun. Empat belas hari setelah dosis kedua, efektivitas meningkat menjadi 89 persen (95 persen CI, 85 persen hingga 93 persen).
Ketika membandingkan tingkat masuk rumah sakit pada pasien COVID-19 berusia 80 tahun ke atas yang divaksinasi versus mereka yang tidak divaksinasi, dosis tunggal dari salah satu vaksin tersebut adalah 80 persen atau lebih efektif untuk mencegah rawat inap 3 atau 4 minggu setelah suntikan.
Dan dibandingkan dengan pasien yang tidak divaksinasi, orang dewasa berusia 80 tahun ke atas yang menerima satu dosis vaksin Pfizer tampaknya memiliki peluang 83 persen lebih rendah untuk meninggal akibat COVID-19.
Bagaimana dengan vaksin CoronaVac dari Sinovac?
Disebutkan bahwa dalam sebuah penelitian, vaksin Sinovac tetap efektif dalam melawan varian baru virus corona, baik strain dari Inggris maupun Afrika Selatan.
"Kami telah menguji vaksin ini di Tiongkok terhadap varian baru corona Inggris dan Afrika Selatan dengan hasil yang baik," kata Dimas Covas, kepala pusat biomedis Butantan di Sao Paulo, Brasil, mengutip Reuters (18/2/2021).
Meski demikian, Covas tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang tingkat efikasi vaksin Sinovac terhadap varian B117.
Seperti yang diterangkan sebelumnya, studi lebih lanjut mengenai jenis mutasi baru ini masih harus dilakukan. Sebagai masyarakat, kamu harus tetap menjalankan semua protokol kesehatan yang dianjurkan, seperti menggunakan masker dengan benar, cuci tangan dengan air dan sabun, serta menjaga jarak. Begitu pula dengan tidak bepergian ke tempat-tempat ramai. Sebab pandemik ini masih belum berakhir.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M: gunakan Masker, Menghindari kerumunan atau jaga jarak fisik, dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.