“Kasus ini memberikan pelajaran berharga. Investigasi bersama sudah dilakukan, dan tindak lanjut akan difokuskan pada efektivitas program, perbaikan lingkungan, serta pemantauan kesehatan anak,” ujar Kepala Biro Komunikasi Kemenkes Aji Muhawarman, di Jakarta, Kamis (18/9), dalam sebuah rilis.
Kasus Cacingan di Seluma, Kemenkes Perkuat POPM dan Bedah Rumah

- Balita di Seluma, Bengkulu, alami cacingan berat hingga keluar cacing dari hidung dan tinja sehingga harus dirawat intensif.
- Kasus cacingan ini kembali membuka mata akan pentingnya gizi, sanitasi, dan kepatuhan dalam pencegahan penyakit akibat parasit.
- Kemenkes lakukan investigasi lapangan. Tindak lanjut mencakup penguatan pemberian obat cacing, kunjungan rumah, serta program bedah rumah untuk memperbaiki lingkungan.
Kasus seorang balita di Kabupaten Seluma, Bengkulu, yang mengalami cacingan berat hingga harus dirawat intensif, membuka mata akan pentingnya gizi, sanitasi, dan kepatuhan dalam pencegahan penyakit akibat parasit.
Balita berusia 1 tahun 8 bulan, berinisial KNS, mulai dirawat sejak 14 September 2025 dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Ia menunjukkan gejala demam, sesak napas, dan bahkan keluarnya cacing dari hidung serta tinja. Dokter mendiagnosis KNS mengalami askariasis (infeksi cacing gelang), bronkopneumonia (sindrom Loeffler), gizi buruk, serta anemia defisiensi besi. Kombinasi ini membuat kondisinya makin berat.
Hasil penyelidikan awal menunjukkan lingkungan rumah KNS tidak layak huni: lantai masih berupa tanah, tanpa jendela, lembap, serta sumber air bersih yang berjarak kurang dari tiga meter dengan tangki septik. Kondisi ini sangat ideal bagi penularan penyakit berbasis lingkungan, termasuk cacingan.
Yang lebih mengejutkan, pada Juli 2025 sebenarnya keluarga KNS sudah menerima obat cacing dari posyandu. Namun, tidak dapat dipastikan apakah obat benar-benar diminum oleh anak. Padahal, cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan di Kabupaten Seluma dilaporkan mencapai 99 persen.
Kasus ini juga tidak berdiri sendiri. Kakak KNS yang berusia 4 tahun mengalami gejala serupa dan kini dirawat di RS Ummi dengan diagnosis askariasis dan gizi kurang. Ini menandakan ada masalah yang lebih mendasar, bukan sekadar soal distribusi obat, melainkan kepatuhan minum obat, gizi, serta sanitasi keluarga.
Tindak lanjut dari Kemenkes

Sebagai tindak lanjut, Kemenkes memastikan pemberian obat cacing tetap digencarkan dengan memastukan obat diminum langsung di depan petugas. Selain itu, akan dilakukan penyuluhan rutin, kunjungan rumah, serta pemantauan balita yang absen dari posyandu.
Pemerintah daerah bersama Baznas juga akan menyiapkan program bedah rumah untuk memperbaiki kondisi tempat tinggal keluarga, sementara Kemenko PMK memastikan koordinasi lintas sektor terus berjalan agar perbaikan kesehatan dan lingkungan bisa berkelanjutan.
Kasus Seluma ini sekaligus mengingatkan kembali bahwa cacingan bukan penyakit sepele. Infeksi cacing yang tidak ditangani dapat menimbulkan gizi buruk, anemia, hingga mengganggu tumbuh kembang anak. WHO bahkan mencatat, anak-anak di wilayah dengan sanitasi buruk paling rentan terkena cacingan berulang.