- Tinggal di daerah pedesaan.
- Status sosial ekonomi rendah.
- Sanitasi yang buruk.
- Ketersediaan air bersih yang rendah.
- Kebersihan pribadi yang buruk.
- Kuku panjang dan kotor.
- Kondisi tempat tinggal yang padat.
- Tingkat pendidikan rendah.
- Akses perawatan kesehatan terbatas.
- Kondisi perumahan yang tidak memadai.
Kenapa Sanitasi yang Buruk Dapat Menyebabkan Cacingan?

- Anak usia sekolah menjadi kelompok yang paling rentan terhadap infeksi cacit parasit atau cacingan.
- Faktor utama yang memperbesar risiko kecacingan adalah sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Ini mencakup kualitas sumber air, pengelolaan limbah dan kotoran manusia, serta kebersihan makanan sehari-hari.
- Pengawasan sanitasi air dan makanan sangat penting karena penularan cacing terjadi melalui air dan makanan yang terkontaminasi.
Penyakit parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih sering dijumpai, terutama di negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah cacing usus, yakni infeksi yang ditimbulkan oleh kelompok cacing nematoda yang dikenal sebagai soil transmitted helminths (STH). Penularannya terjadi melalui tanah yang terkontaminasi, biasanya ketika seseorang bersentuhan langsung dengan telur atau larva cacing yang hidup di tanah.
Anak usia sekolah menjadi kelompok yang paling rentan. Ini karena anak-anak sering bermain dan beraktivitas di tanah atau air yang terkontaminasi, sementara kesadaran menjaga kebersihan diri masih (personal hygiene) rendah. Transmisi STH melalui telur cacing yang dikeluarkan lewat tinja atau urine yang mengontaminasi tanah dan air yang memiliki sanitasi buruk dan persediaan air yang tidak memadai dan aman.
Faktor utama yang memperbesar risiko kecacingan adalah sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Ini mencakup kualitas sumber air, pengelolaan limbah dan kotoran manusia, serta kebersihan makanan sehari-hari.
Menurut penelitian, tingginya angka kesakitan akibat penyakit menular, termasuk cacingan, berkaitan erat dengan minim atau tiadanya air bersih, kurangnya fasilitas pembuangan limbah, dan buruknya kebersihan perumahan.
Kejadian cacingan dipengaruhi oleh faktor sanitasi lingkungan dan faktor manusia
STH yang banyak di Indonesia adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus). Meski berbeda jenis, tetapi pola penularan semuanya mirip, melibatkan tanah, kebersihan diri, serta kondisi lingkungan.
Infeksi parasit usus sering menyebabkan morbiditas dan mortalitas, terutama pada anak-anak. Faktor risiko utama cacingan antara lain:
Pengawasan sanitasi air dan makanan sangat penting karena penularan cacing terjadi melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Sanitasi lingkungan dapat berupa penyediaan air bersih, pengelolaan jamban, pengelolaan kamar mandi, dan pengelolaan limbah. Sementara itu, faktor manusia dapat berupa kebersihan diri perorangan. Keduanya berhubungan erat, yang artinya kebersihan diri harus diikuti atau didukung dengan sanitasi lingkungan yang baik. Contohnya, mencuci tangan sebelum makan butuh air bersih yang memenuhi syarat keamanan dan kesehatan.
Berikut akan dibahas satu per satu apa saja faktor penyebab cacingan pada anak.
Kebiasaan mencuci tangan
Kebiasaan mencuci tangan erat kaitannya dengan infeksi cacingan.
Sebagai contoh, ibu yang tidak rutin cuci tangan pakai sabun dan air mengalir dapat menularkan telur atau larva cacing saat menyuapi anak. Anak secara tidak langsung memakan telur cacing yang ada pada tangan ibu yang masuk ke dalam mulut anak, lalu anak menelannya.
Main di tanah tanpa alas kaki

Kebiasaan beraktivitas di tanah dan penggunaan alas kaki ketika bermain juga menunjukkan hubungan dengan infeksi cacing.
Tidak pakai alas kaki saat bermain di tanah akan memudahkan larva cacing tambang masuk melalui kulit kaki anak. Salah satu cara penularan cacing tambang adalah melalui perkutan atau penetrasi kulit, artinya larva infektif bisa menembus melalui kulit.
Kebersihan kuku
Kebersihan kuku adalah salah satu indikator kebersihan diri. Kebiasaan anak-anak bermain tanah yang terkontaminasi telur cacing akan membuat tangan dan kuku anak menjadi kotor. Kuku yang kotor akan menjadi sarang bagi telur cacing. Kebiasaan anak-anak yang menggigit kuku dan memasukkan jari ke dalam mulutnya akan mempermudah telur cacing untuk masuk ke dalam tubuh.
Sebaiknya potong kuku anak minimal seminggu sekali.
Syarat sarana pembuangan air limbah yang harus dipenuhi
Syarat sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang harus dipenuhi: Tidak mencemari sumber air minum, tidak mencemari air permukaan, tidak dihinggapi serangga penyebab penyakit, tertutup, tidak berbau dan mempunyai pembuangan di ujung saluran.
Jika SPAL tidak dikelola dengan baik, maka limbah akan menyebar di lingkungan sekitar dan menyebabkan tanah menjadi basah dan lembap. Kondisi ini akan menjadi media yang disenangi cacing STH. Penularan dapat terjadi apabila anak menginjak tanah yang mengandung telur cacing tanpa memakai alas kaki.
Akses air bersih
Ketersediaan air bersih adalah kebutuhan dasar manusia. Tubuh orang dewasa, sekitar 55–60 persen berat badan terdiri dari air, sementara pada anak-anak sekitar 65 persen, dan pada bayi sekitar 80 persen.
Air juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan minum. Jadi, keperluan untuk minum, termasuk untuk memasak, harus memenuhi persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia, termasuk infeksi cacing.
Tempat buang air besar yang memadai

Tempat buang air besar dalam rumah memengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Tinja harus dibuang pada tempat tertentu untuk mencegah atau meminimalkan kontaminasi tinja terhadap lingkungan.
Syaratnya adalah tidak mengotori permukaan air sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, desainnya sederhana, terjangkau, dan dapat diterima oleh penggunanya.
Sampah
Sampah dapat memengaruhi kesehatan, salah satunya karena efek tidak langsung berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalamnya. Sampah jika dibuang sembarangan dapat menjadi sarang lalat. Nah, lalat merupakan salah satu pembawa dan penyebar penyakit dari cacing.
Rumah dalam kondisi sehat
Rumah sehat secara sederhana meliputi bangunan yang cukup kuat, lantai mudah dibersihkan, lantai tidak berdebu pada musim kemarau, dan tidak basah pada musim penghujan.
Lantai rumah dapat terbuat dari ubin atau semen, dan kayu. Jenis lantai rumah dari tanah dapat menyebabkan penyakit cacingan karena tanah merupakan salah satu faktor penyebaran penyakit.
Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan ternyata merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya prevalensi cacingan.
Pengetahuan merupakan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap. Pengetahuan yang diperoleh melalui jalur pendidikan akan memberikan dasar dalam menilai sesuatu, sehingga terbentuk arah sikap tertentu. Intervensi pendidikan dapat mengubah perilaku ke arah yang lebih baik dalam menurunkan risiko infeksi cacing.
Pekerjaan orang tua yang berisiko
Ini maksudnya adalah jenis pekerjaan yang sering terpapar dengan tanah, seperti petani, pembuat bata, dan buruh bangunan. Ini secara tidak langsung menjadi faktor penyebab penularan cacingan pada anak saat berada di rumah, terutama jika orang tua tidak menerapkan praktik kebersihan diri yang baik.
Penggunaan obat cacing
Jika hasil pemeriksaan tinja menunjukkan positif cacingan, tenaga kesehatan biasanya meresepkan obat cacing seperti albendazole, mebendazole, atau pyrantel pamoate. Obat-obatan ini bekerja dengan cara melumpuhkan atau membunuh cacing, sehingga dapat dikeluarkan tubuh melalui tinja.
Untuk pencegahan skala besar, perlu ada program pemberian obat cacing secara massal. Namun, cara ini tidak bisa berdiri sendiri, harus diiringi dengan edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) agar manfaatnya lebih optimal.
Penggunaan obat anthelmintik secara berkala penting untuk memaksimalkan efek kemoterapi preventif, yaitu strategi pengobatan yang ditujukan bukan hanya bagi individu yang sudah terinfeksi, tetapi juga untuk melindungi kelompok masyarakat berisiko.
Meski demikian, pemberian obat saja tidak cukup. Diperlukan strategi pengendalian terpadu, yang mengombinasikan kemoterapi preventif dengan edukasi kesehatan serta perbaikan sanitasi lingkungan. Dengan cara ini, rantai penularan cacing dapat diputus, sehingga angka kecacingan terus menurun.
Referensi
Sri Ida Yani, “Hubungan Sanitasi dengan Infeksi Telur Cacing pada Anak Sekolah Dasar,” Meditory the Journal of Medical Laboratory 9, no. 1 (June 25, 2021): 37–43, https://doi.org/10.33992/m.v9i1.1344.
Issam Alshami and Roopma Wadhwa, “Helminthiasis,” StatPearls - NCBI Bookshelf, July 17, 2023, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560525/.
Muhammad Heickal Ikhlasul Amal Arrizky and Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, “FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI CACINGAN,” journal-article, Jurnal Medika Hutama, July 14, 2021, http://jurnalmedikahutama.com.
"Sanitation." World Health Organization. Diakses September 2025.