Marcela Soltysova et al., “Gut Microbiota in Children and Adolescents With Autism, ADHD and Anorexia Nervosa, and Its Link to the Levels of Satiety Hormones,” Neuroscience 585 (August 21, 2025): 394–407, https://doi.org/10.1016/j.neuroscience.2025.08.020.
Studi: Kesamaan Mikroba Usus pada Anak Autisme, ADHD, dan Anoreksia

- Anak-anak dengan autisme, ADHD, dan anoreksia ternyata memiliki ketidakseimbangan mikrobioma usus yang serupa.
- Rasio bakteri Bacteroidetes dan Firmicutes yang abnormal berkaitan dengan peradangan dan masalah metabolik.
- Pola mikrobioma ini memberi petunjuk baru tentang hubungan antara diet, usus, dan kesehatan mental
Di dalam perut anak-anak dengan autisme, ADHD, dan anoreksia, ada temuan yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Ternyata, mikrobioma usus mereka menunjukkan pola serupa, pola yang bahkan lebih mirip satu sama lain ketimbang dengan anak yang sehat dan neurotipikal.
Temuan ini berasal dari studi kecil di Slovakia, yang menganalisis sampel feses dari 117 anak. Studi ini melibatkan 30 anak laki-laki dengan autisme, 21 anak perempuan dengan anoreksia, dan 14 anak dengan ADHD. Selebihnya adalah anak-anak sehat dan neurotipikal sebagai pembanding. Rasio antara dua kelompok bakteri dominan di usus, yaitu Bacteroidetes dan Firmicutes, ternyata lebih tinggi pada ketiga kelompok gangguan ini.
Peningkatan bakteri Bacteroidetes terutama terlihat pada autisme, sementara penurunan Firmicutes lebih menonjol pada ADHD dan anoreksia. Rasio ini sebelumnya juga ditemukan pada penyakit inflamasi lain, terkait metabolisme glukosa, inflamasi, dan regulasi rasa kenyang.
Selain itu, kekayaan spesies bakteri di usus anak dengan autisme dan ADHD lebih rendah daripada biasanya. Mereka juga memiliki kadar bakteri Escherichia yang lebih tinggi, mikroba yang sebetulnya normal di tubuh, tetapi bisa berbahaya jika berlebihan.
Mikrobioma usus mungkin memengaruhi gejala perilaku atau mental
Studi ini juga menemukan lebih banyak bakteri Desulfovibrio pada anak dengan ADHD dan remaja perempuan dengan anoreksia. Bakteri ini biasanya hidup di lingkungan miskin nutrisi dan bisa berkembang secara agresif jika keseimbangan usus terganggu.
Di sisi lain, bakteri baik seperti Faecalibacterium, yang dikenal berperan melawan peradangan, justru lebih rendah pada dua kelompok tersebut.
Apa artinya? Para peneliti menduga mikrobioma usus mungkin memengaruhi gejala perilaku atau mental, atau sebaliknya. Diet yang terbatas karena sensori pada anak autisme dan ADHD, atau pembatasan makanan sengaja pada anoreksia, juga bisa memperburuk keragaman mikroba usus, yang kemudian memperparah gangguan mental, menciptakan lingkaran umpan balik.
Karena keterbatasan seperti pandemi COVID-19 dan tantangan mengumpulkan sampel, studi ini hanya bersifat eksploratif. Namun, hasilnya membuka pintu bagi penelitian yang lebih mendalam untuk memahami bagaimana usus dan otak saling berkomunikasi, dan bagaimana mikrobioma bisa menjadi kunci diagnosis atau terapi di masa depan.
Referensi


















