Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Komplikasi Campak, Gak Boleh Disepelekan!

ilustrasi campak pada anak kecil (commons.wikimedia.org/CDC)
Intinya sih...
  • Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada anak usia di bawah 5 tahun.
  • Komplikasi campak meliputi diare, infeksi telinga, pneumonia, ensefalitis, dan SSPE.
  • Orang dengan risiko tinggi termasuk anak-anak di bawah 5 tahun, orang dewasa di atas 20 tahun, perempuan hamil, dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Sebagian orang menganggap campak hanyalah ruam dan demam yang bisa sembuh dalam hitungan hari. Akan tetapi, campak dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, seperti pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, orang yang tidak divaksinasi, ibu hamil, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, anak-anak yang kekurangan gizi, dan orang yang tinggal di lingkungan dengan sumber daya terbatas

Laporan gabungan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan sekitar 10,3 juta kasus campak dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2023—meningkat 20 persen dari tahun 2022.

Campak disebabkan oleh virus dalam keluarga paramyxovirus, biasanya ditularkan melalui kontak langsung dan melalui udara. Virus menginfeksi saluran pernapasan dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Campak dapat menyebabkan masalah serius jika menyebar ke bagian tubuh lain, seperti paru-paru atau otak. Inilah beberapa komplikasi dari campak yang bisa terjadi.

1. Diare

Diare adalah komplikasi campak yang paling umum, terjadi pada sekitar 1 dari 12 orang penderita campak.

Menurut studi lampau, sebanyak 83,3 persen kasus mengalami diare selama empat hari sebelum dan sesudah munculnya ruam. Dalam penelitian ini, diare berair banyak dilaporkan.

Sebuah studi kasus dari India menggambarkan seorang bayi berusia 34 hari yang mengalami diare parah, pneumonia, dan ensefalitis setelah terinfeksi campak, yang menyoroti potensi keparahan komplikasi gastrointestinal pada bayi yang masih kecil.

WHO menggolongkan diare parah dan dehidrasi sebagai komplikasi serius dari campak, yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian akibat penyakit ini, terutama di negara-negara berkembang.

2. Infeksi telinga tengah

ilustrasi infeksi telinga (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Komplikasi umum campak lainnya adalah infeksi telinga tengah, atau otitis media, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Studi menunjukkan bahwa ini terjadi pada sekitar 14 persen anak-anak yang terkena campak di bawah usia 5 tahun.

Otitis media menyebabkan sakit telinga, pendengaran berkurang, dan drainase telinga pada orang dewasa, tetapi anak-anak mungkin mengalami gejala tambahan, termasuk sakit kepala, demam, dan kehilangan keseimbangan.

Dalam kasus terburuk, campak dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen.

3. Pneumonia

Menurut CDC, sekitar 1 dari 20 anak yang terkena campak mengalami pneumonia, sehingga menjadi penyebab kematian paling umum akibat campak pada anak kecil.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) melaporkan bahwa pneumonia terjadi pada 1–6 persen kasus campak dan menyebabkan 60 persen kematian terkait campak.

Sebuah studi dalam jurnal Viruses mencatat bahwa pneumonia merupakan komplikasi fatal paling umum dari campak, terjadi pada 56–86 persen kematian terkait campak.

4. Ensefalitis

ilustrasi anak dirawat di rumah sakit (freepik.com/DCStudio)

Ensefalitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak diimunisasi baik selama atau setelah infeksi campak. Kondisi ni dapat terjadi karena otak terinfeksi virus selama fase ruam penyakit atau oleh peradangan otak yang dimediasi oleh sistem imun setelah infeksi campak.

Campak juga merupakan penyebab penyakit yang disebut subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Ini adalah kondisi langka yang dapat berkembang bertahun-tahun setelah infeksi campak. SSPE adalah kondisi neurologis degeneratif yang secara progresif menghancurkan sel-sel saraf di otak dan hampir selalu menyebabkan kemunduran mental dan kematian. Gejala biasanya muncul 6–15 tahun setelah infeksi campak.

  • 1–3 dari 1.000 anak yang terkena campak akan mengalami ensefalitis bersamaan dengan infeksi campak, yang disebut ensefalitis campak primer. Sebanyak 10–15 persen dari anak-anak tersebut akan meninggal dan 25 persen pasien lainnya akan mengalami kerusakan neurologis permanen.
  • 1 dari 1.000 anak yang terkena campak akan mengalami ensefalitis pasca infeksi akut dalam 2–30 hari setelah infeksi campak.
  • 1 dari 25.000 anak (1 dari 5.500 anak jika berusia di bawah 1 tahun) yang terkena campak akan mengalami SSPE yang dapat berakibat fatal (kematian).

5. Kematian

Pada tahun 2023, diperkirakan 107.500 orang, sebagian besar anak-anak di bawah usia 5 tahun, meninggal karena campak, menurut laporan WHO.

Angka kematian yang tinggi ini terutama disebabkan oleh cakupan vaksinasi yang tidak memadai. Pada tahun 2023, sekitar 22 juta anak tidak mendapatkan dosis pertama vaksin campak, sehingga hanya 83 persen yang menerima dosis awal dan 74 persen yang menyelesaikan dua dosis yang direkomendasikan. Angka ini masih jauh dari cakupan 95 persen yang dibutuhkan untuk mencegah wabah.

Lonjakan kasus campak, yang mencapai 10,3 juta pada tahun 2023, diperburuk oleh pandemi COVID-19, yang mengganggu layanan imunisasi dan membebani sistem perawatan kesehatan. Akibatnya, 57 negara mengalami wabah besar atau mengganggu, peningkatan signifikan dari 36 negara pada tahun sebelumnya.

Sebagian besar kematian akibat campak terjadi di wilayah dengan akses terbatas ke layanan kesehatan dan tingkat kekurangan gizi yang tinggi, terutama di beberapa wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Di wilayah ini, anak-anak lebih rentan terhadap komplikasi parah seperti pneumonia, diare, dan ensefalitis, yang dapat berakibat fatal.

Meskipun terjadi sedikit penurunan angka kematian dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi WHO menekankan perlunya segera memperkuat program imunisasi dan mencapai cakupan vaksinasi yang tinggi untuk mencegah kematian lebih lanjut.

6. Komplikasi kehamilan

ilustrasi ibu hamil (freepik.com/valeria_aksakova)

Infeksi campak selama kehamilan dapat menyebabkan komplikasi serius dan terkadang fatal bagi ibu dan bayi. Ibu hamil yang terkena campak berisiko lebih tinggi mengalami:

  • Penyakit parah: Ibu hamil lebih mungkin mengalami komplikasi campak serius seperti pneumonia, rawat inap, dan bahkan kematian dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.
  • Komplikasi kehamilan: Campak dapat meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, dan kelahiran prematur. Beberapa penelitian dan laporan WHO mencatat bahwa perempuan hamil yang terinfeksi campak lebih berisiko untuk melahirkan lebih awal atau kehilangan kehamilan sepenuhnya.
  • Berat badan lahir rendah: Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi campak lebih mungkin memiliki berat badan lahir rendah.
  • Penekanan kekebalan tubuh ibu: Campak menyebabkan penekanan kekebalan tubuh yang parah, memperburuk kemampuan ibu untuk melawan infeksi lain.

Risikonya sangat tinggi di negara atau wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah dan akses layanan kesehatan yang buruk, tetapi komplikasi telah didokumentasikan bahkan di negara-negara berpenghasilan tinggi selama wabah. Kematian ibu akibat campak, meskipun jarang, masih terjadi, terutama karena pneumonia atau ensefalitis pasca infeksi. Karena risiko ini, vaksinasi campak (dengan vaksin MMR) direkomendasikan sebelum kehamilan.

7. Komplikasi jangka panjang

Dalam kasus yang jarang, seseorang dapat mengembangkan SSPE, penyakit sistem saraf pusat yang berpotensi mematikan, muncul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi awal campak.

SSPE disebabkan oleh persistensi virus di sistem saraf pusat dan sering menyebabkan gangguan perilaku, yang dapat menyebabkan salah diagnosis sebagai masalah kejiwaan.

Secara global, risiko terkena SSPE setelah infeksi campak diperkirakan sekitar 4 hingga 11 kasus per 100.000 kasus campak. Namun, risiko ini meningkat secara signifikan untuk anak-anak yang terinfeksi sebelum usia 5 tahun, dengan perkiraan berkisar antara 18 hingga 27,9 kasus per 100.000 infeksi campak.

SSPE berkembang perlahan dan akhirnya membuat orang dalam keadaan vegetatif (gangguan kesadaran atau kesadaran yang berubah).

Siapa saja yang berisiko mengalami komplikasi campak?

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Campak bisa serius pada semua kelompok umur. Namun, ada beberapa kelompok yang lebih mungkin menderita komplikasi campak, yaitu:

  • Anak-anak di bawah usia 5 tahun.
  • Orang dewasa yang berusia lebih dari 20 tahun.
  • Perempuan hamil.
  • Orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti mengidap leukemia atau infeksi HIV.

Itulah beberapa komplikasi campak yang bisa terjadi. Cara terbaik untuk mencegah campak dan komplikasi potensialnya adalah dengan mendapatkan vaksinasi. 

Vaksin campak (vaksin MMR) untuk orang dewasa akan diberikan sebanyak dua kali, dengan jarak pemberian empat minggu. Perempuan hamil tidak boleh mendapatkan vaksin MMR. Setiap orang yang tidak divaksinasi harus mendapatkan vaksin MMR segera setelah kehamilannya. Hindari hamil setidaknya 4 minggu setelah menerima vaksin MMR.

Anak-anak biasanya mendapat dosis pertama saat berusia 12 bulan, dan dosis kedua sebelum taman kanak-kanak. Namun, jika anak berusia di bawah 12 bulan dan bepergian ke daerah di mana campak umum terjadi, dosis pertama dapat diberikan pada usia 9 bulan dan dosis kedua pada usia 12 bulan.

Referensi

"Measles cases surge worldwide, infecting 10.3 million people in 2023." WHO. Diakses April 2025.
Varavithya W, Aswasuwana S, Phuapradit P, Louisirirotchanakul S, Supavej S, Nopchinda S. "Etiology of diarrhea in measles." J Med Assoc Thai. 1989 Jan;72 Suppl 1:151-4. PMID: 2732637.
Suraksha Ramakrishna Sharma et al., “A Rare Presentation of Measles and Post-measles Complications in a Neonate: Case Report,” Egyptian Pediatric Association Gazette 71, no. 1 (December 1, 2023), https://doi.org/10.1186/s43054-023-00203-9.
"Measles." WHO. Diakses April 2025.
Robert T. Perry and Neal A. Halsey, “The Clinical Significance of Measles: A Review,” The Journal of Infectious Diseases 189, no. Supplement_1 (April 21, 2004): S4–16, https://doi.org/10.1086/377712.
Kondamudi NP, Waymack JR. "Measles." [Updated 2023 Aug 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan.
"Factsheet about measles." European Centre for Disease Prevention and Control. Diakses April 2025.
"Measles Symptoms and Complications." CDC. Diakses April 2025.
"Measles infection and encephalitis." Encephalitis International. Diakses April 2025.
"Paving the way for eliminating measles and rubella in the Pacific by 2025." WHO. Diakses April 2025.
"The measles situation worldwide: Fewer vaccinations and more outbreaks." AP. Diakses April 2025.
"Management of Obstetric–Gynecologic Patients During a Measles Outbreak." American College of Obstetricians and Gynecologists. Diakses April 2025.
Ikechukwu U. Ogbuanu et al., “Maternal, Fetal, and Neonatal Outcomes Associated With Measles During Pregnancy: Namibia, 2009–2010,” Clinical Infectious Diseases 58, no. 8 (January 22, 2014): 1086–92, https://doi.org/10.1093/cid/ciu037.
Helen Campbell et al., “A Re-emergence of Subacute Sclerosing Panencephalitis in the United Kingdom,” The Pediatric Infectious Disease Journal 42, no. 1 (October 12, 2022): 82–84, https://doi.org/10.1097/inf.0000000000003744.
"Subacute sclerosing panencephalitis and measles vaccination." WHO. Diakses April 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us