Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kontroversi Donor Sperma: 200 Anak Lahir dari Gen Kanker di Eropa

Ilustrasi sperma.
ilustrasi sperma (pixabay.com/marian anbu juwan)
Intinya sih...
  • Satu donor sperma di Eropa tanpa sadar menularkan mutasi TP53, penyebab Li-Fraumeni syndrome, ke puluhan anak, dengan hampir 200 kelahiran terkait.
  • Mutasi ini membawa risiko kanker hingga 90 persen dalam hidup seseorang. Sejumlah anak sudah terdiagnosis kanker, bahkan ada yang meninggal.
  • Celah regulasi lintas negara dan minimnya batasan internasional memungkinkan sperma seorang donor digunakan puluhan hingga ratusan kali.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berawal dari kasus-kasus kanker anak di beberapa negara Eropa, para dokter mulai melihat pola yang janggal. Anak-anak ini tidak saling mengenal, hidup di negara berbeda, tetapi menunjukkan mutasi genetik yang sama—mutasi yang sangat jarang, dan biasanya terkait dengan risiko kanker yang sangat tinggi.

Ketika para ahli genetika menelusuri jejaknya, temuan itu mengarah pada satu sumber: seorang donor sperma yang proses donornya dilakukan bertahun-tahun sebelumnya. Donor ini tidak mengetahui bahwa dirinya membawa mutasi berbahaya, begitu pula bank sperma yang meloloskannya dari proses skrining standar. Dalam kurun sekitar 17 tahun, spermanya digunakan untuk membantu ratusan pembuahan di berbagai klinik IVF di Eropa.

Kasus ini memunculkan diskusi besar mengenai “blind spots” dalam regulasi donor sperma internasional. Ketika satu negara membatasi penggunaan sperma dari seorang donor, negara lain belum tentu memiliki aturan yang sama, dan perdagangan lintas-negara membuat kontrol makin sulit.

Mutasi berbahaya yang tersembunyi: TP53 dan Li-Fraumeni syndrome

Investigasi dari 14 lembaga penyiaran publik Eropa, termasuk BBC News, menemukan bahwa donor tersebut membawa mutasi pada gen TP53, gen yang berfungsi sebagai “penjaga” untuk mencegah sel menjadi kanker. Mutasi ini menyebabkan kondisi Li-Fraumeni syndrome, sebuah sindrom langka yang memberi pengidapnya risiko hingga 90 persen mengalami kanker sepanjang hidup, termasuk kanker anak, sarkoma, leukemia, hingga kanker payudara pada usia dewasa.

Menurut para ahli genetika, sekitar 20 persen sperma donor tersebut mengandung mutasi ini. Itu berarti setiap pembuahan memiliki peluang signifikan untuk menghasilkan anak dengan mutasi yang sama, dan mutasi ini akan hadir di seluruh sel tubuh anak tersebut.

Sebagian anak yang mewarisi mutasi TP53 sudah terdiagnosis kanker, dan beberapa di antaranya meninggal. Ahli genetika Clare Turnbull menyebut ini sebagai “diagnosis yang menghancurkan keluarga,” karena memberi beban risiko seumur hidup, dilansir CBS News.

Bagaimana kasus ini terungkap?

Awalnya, dokter-dokter yang menangani anak-anak dengan kanker langka mulai curiga ketika mereka menemukan pola donor sperma pada latar belakang medis pasien. Kekhawatiran itu kemudian dibawa ke pertemuan European Society of Human Genetics tahun ini.

Pada waktu itu, baru 23 anak yang diketahui membawa mutasi, dari 67 kelahiran terkait donor tersebut. Dari angka itu, 10 anak sudah didiagnosis kanker. Namun, setelah wartawan dari beberapa negara mengajukan permintaan Freedom of Information, jumlah total anak yang terkait donor ini diperkirakan mencapai setidaknya 197. Namun, angka pasti anak yang mewarisi mutasi masih belum diketahui.

Ahli genetika kanker Edwige Kasper dari Rouen University Hospital, Prancis, mengungkapkan bahwa beberapa anak bahkan telah mengalami dua jenis kanker berbeda pada usia yang sangat muda.

Bagaimana bisa sperma tersebut tersebar ke seluruh Eropa?

Ilustrasi sperma.
ilustrasi sperma (freepik.com/freepik)

Donor ini pertama kali menyumbangkan sperma pada tahun 2005, saat masih menjadi mahasiswa. Spermanya tersebar melalui European Sperm Bank (ESB)di Denmark, dan dikirim ke 67 klinik di 14 negara.

Setiap negara memiliki batas penggunaan sperma donor yang berbeda-beda. Namun, tidak ada batasan internasional tentang seberapa banyak satu donor dapat menghasilkan keturunan jika spermanya diperdagangkan lintas negara. Dalam beberapa kasus, regulasi nasional justru dilanggar.

Contohnya di Belgia, aturan menyebutkan bahwa sperma seorang donor hanya boleh digunakan maksimal untuk enam keluarga. Namun, donor dengan mutasi TP53 ini justru menghasilkan 53 anak dari 38 perempuan, melampaui batas secara signifikan.

ESB menyatakan bahwa mereka tidak mengirimkan sampel ke Amerika Serikat karena regulasi setempat, tetapi mereka bermitra dengan beberapa bank sperma di Kanada dan Meksiko.

Ada yang masih belum terjawab

Masih belum diketahui berapa banyak anak yang mewarisi mutasi tersebut, karena banyak negara tidak memiliki sistem pelacakan nasional terkait donor sperma. Selain itu, beberapa anak mungkin belum menunjukkan gejala karena sifat mutasinya yang berisiko jangka panjang.

Para peneliti menyerukan perubahan kebijakan yang lebih ketat, termasuk batas donasi lintas negara, peningkatan skrining genetik, dan transparansi lebih besar antar-bank sperma.

Kasus ini membuka mata banyak pihak tentang celah besar dalam regulasi donor sperma internasional. Ketika satu donor tanpa sadar membawa mutasi berbahaya, dampaknya tidak hanya pada satu keluarga, melainkan bisa menyebar ke puluhan bahkan ratusan anak di berbagai negara.

Selain menjadi peringatan tentang pentingnya skrining genetik yang lebih komprehensif, kasus ini mengangkat pertanyaan etis yang lebih besar tentang seberapa jauh industri reproduksi berbantu seharusnya diawasi, dan siapa yang bertanggung jawab ketika sistem gagal melindungi keluarga yang bergantung pada teknologi ini.

Referensi

"Sperm donor with cancer-causing gene fathered nearly 200 children across Europe, investigation finds." CBS News. Diakses Desember 2025.

"Sperm Donor with Cancer-Causing Gene Fathered at Least 197 Children, Says Report." People. Diakses Desember 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Waktu yang Tepat untuk Menggunakan KB setelah Melahirkan

10 Des 2025, 22:57 WIBHealth