Madu mempunyai banyak kandungan yang bermanfaat untuk kesehatan. Tak jarang pula beberapa orangtua memberikan madu kepada anaknya dengan tujuan meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun, ada risiko yang berbahaya yang wajib diketahui orangtua jika memberikan madu pada bayi berusia kurang dari 12 bulan. Mengapa bayi tidak boleh mengonsumsi madu? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini sampai selesai!
Dilansir Healthline, madu telah banyak digunakan baik sebagai makanan maupun sebagai pengobatan. Madu dipercaya mempunyai berbagai manfaat untuk kesehatan, seperti sebagai agen antibakteri dan antiinflamasi.
Madu merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar bunga. Hingga kini, madu masih sering digunakan, salah satunya sebagai pemanis pada makanan. Namun, penggunaan madu tidak boleh digunakan semua usia terutama pada bayi.
Madu mengandung berbagai zat bermanfaat yang dapat membunuh bakteri dan jamur. Namun, madu juga dapat mengalami kontaminasi bakteri selama proses produksi.
Adanya risiko kontaminasi pada madu membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) melarang penggunaan madu pada bayi kurang dari 12 bulan. Penggunaan madu pada kelompok usia tersebut berisiko mengalami infant botulism atau penyakit botulisme pada bayi.
Seperti dijelaskan pada laman IDAI, bakteri Clostridium botulinum merupakan bakteri yang sering ditemukan pada tanah dan dapat terbawa oleh angin. Spora bakteri ini juga dapat ditemukan pada madu.
Bakteri Clostridium botulinum dapat menghasilkan toksin botulinum yang dapat menyebabkan botulisme pada bayi. Botulisme merupakan penyakit langka namun dapat berakibat fatal, yang mana menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kelumpuhan hingga kegagalan organ pernapasan.
Botulisme paling sering disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi bakteri. Madu menjadi salah satu sumber penyebab botulisme.
Bayi yang tidak sengaja menelan spora bakteri Clostridium botulinum memiliki risiko mengalami botulisme. Bayi hingga usia 12 bulan sangat rentan dengan adanya spora bakteri penyebab botulisme karena sistem imun pada pencernaan yang belum terbentuk sempurna, mengutip laman IDAI.
Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), botulisme dapat terjadi saat spora bakteri masuk ke usus bayi. Spora bakteri tersebut akan berkembang di usus dan memproduksi racun yang berbahaya.
Mengutip Healthline, sekitar 90 persen kasus botulisme terjadi pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Namun, bayi yang usianya kurang dari 12 bulan juga masih berisiko tinggi mengalami botulisme.
Madu jarang menyebabkan masalah kesehatan pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Anak-anak dan orang dewasa telah memiliki sistem pencernaan yang sempurna karena flora normal usus dapat melawan spora bakteri yang kemungkinan masuk bersama madu.
Apabila madu yang terkontaminasi dikonsumsi bayi, spora bakteri dapat berkembang pada saluran pencernaan bayi sehingga menghasilkan racun berbahaya.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya botulisme pada bayi, maka hindari memberi madu pada bayi yang umurnya kurang dari 12 bulan.
Itulah alasan kenapa bayi tidak boleh diberikan atau mengonsumsi madu. Madu dikhawatirkan mengandung kontaminan spora bakteri. Spora bakteri dapat berkembang di organ pencernaan dan menghasilkan toksin yang sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh bayi.
Jadi, buat para orangtua, jangan memberikan madu terutama kepada bayi yang usianya kurang dari 12 bulan, ya!