Mengenal Nodul Tiroid, Ini Cara Pemeriksaan dan Penanganannya

Pernahkah kamu melihat atau merasakan benjolan di sekitar leher? Benjolan di leher bisa menjadi indikasi kalau kamu sedang mengalami kondisi tertentu, mulai dari yang ringan hingga berpotensi membahayakan.
Benjolan di leher, terutama di bagian tengah leher, bisa merupakan gejala awal dari nodul tiroid. Ini bisa berkembang menjadi kondisi yang mengacam apabila tidak segera diobati.
Lewat sebuah rilis, dr. Dicky Levenus Tahapary, SpPD-KEMD, PhD, konsultan kndokrin metabolik diabetes Eka Hospital BSD memberikan informasi penting seputar nodul tiroid.
1. Apa itu nodul tiroid?

Nodul tiroid merupakan benjolan padat atau berisi cairan yang terbentuk pada kelenjar tiroid. Kondisi ini menyebabkan adanya benjolan yang terasa keras atau lembek pada area leher.
Dalam beberapa kasus, nodul tiroid bisa saja tidak menunjukan gejala dan kelenjar tiroid tetap dapat berfungsi dengan normal. Namun, jika benjolan sudah membesar, ini bisa saja menyebabkan penekanan pada organ sekitar. Jika ini terjadi, tiroid yang makin besar akan mengakibatkan gangguan menelan, gangguan suara, atau bahkan sesak napas.
Nodul tiroid bisa bersifat jinak dan juga bersifat ganas (kanker). Oleh karena itu, memeriksakan benjolan di leher ke dokter perlu dilakukan sedini mungkin walaupun tidak ada gejala yang mengganggu.
2. Siapa yang lebih rentan terkena nodul tiroid?

Nodul tiroid adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, akan tetapi penyakit ini diketahui lebih sering dialami oleh perempuan. Ini karena kelenjar tiroid berkaitan erat dengan hormon estrogen yang diproduksi oleh perempuan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 1 di antara 8 perempuan dapat mengalami masalah pada kelenjar tiroidnya. Selain itu, beberapa orang dengan kondisi di bawah ini juga diketahui bisa lebih rentan untuk mengalami nodul tiroid:
- Genetik: Memiliki keluarga dengan riwayat nodul atau kanker tiroid.
- Usia: Orang dengan usia lanjut, lebih dari 60 tahun.
- Kekurangan yodium.
- Riwayat paparan radiasi di area leher: Misalnya pasien yang telah menjalani radioterapi di area kepala dan leher.
3. Diagnosis

Selain pemeriksaan fisik dan hormon tiroid oleh dokter, ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendukung diagnosis apakah benjolan bersifat jinak atau ganas. Ini bisa meliputi:
- USG tiroid: Pemeriksaan ultrasonografi (USG) tiroid menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengevaluasi benjolan kelenjar tiroid dan dilihat karakteristik detail dari benjolannya. Dokter akan melihat beberapa karakteristik, seperti ukuran benjolan, tingkat kepadatan benjolan, dan jelas tidaknya batas benjolan.
- Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) atau biopsy aspirasi jarum halus (BAJAH):
FNAB atau BAJAH merupakan tindakan untuk mengambil beberapa sel dari benjolan kelenjar tiroid menggunakan spuit dengan jarum kecil. Sel-sel yang diambil kemudian akan dilihat di bawah mikroskop. - Core needle biopsy: Tindakan medis ini prinsipnya serupa dengan FNAB, hanya saja menggunakan jarum yang lebih besar. Hal ini dilakukan agar sampel yang diambil lebih banyak dan jaringan yang dapat dilihat juga menjadi lebih luas.
4. Kapan waktu yang tepat untuk operasi?

Dokter akan menentukan apakah nodul tiroid yang kamu miliki memerlukan operasi atau tidak berdasarkan diagnosis yang telah dilakukan. Beberapa indikasinya meliputi:
- Benjolan tiroid terbukti atau dicurigai bersifat ganas.
- Benjolan tiroid telah menimbulkan masalah pada organ lain, seperti kesulitan menelan atau bernapas.
- Kondisi tertentu sesuai pertimbangan dari dokter.
5. Penanganan nodul tiroid dengan panduan USG

Apabila nodul tiroid yang dirasakan pasien tidak menimbulkan keluhan, maka dokter akan melakukan observasi secara berkala terkait perkembangan ukuran benjolan. Namun, apabila pasien ingin melakukan tindakan untuk mengecilkan benjolan tiroid yang tidak memerlukan opeasi, ini bisa dilakukan dengan panduan USG.
- Aspirasi kista tiroid dengan panduan USG: Proses ini dilakukan dengan pengambilan cairan menggunakan spuit dari benjolan tiroid. Tindakan ini diindikasikan pada benjolan yang seluruhnya atau sebagian besar berisi cairan (kista tiroid) dengan ukuran besar atau yang menyebabkan keluhan.
- Terapi ablasi dengan injeksi etanol dengan panduan USG: Tindakan ini diindikasikan pada kista tiroid yang kambuh yang mana sebelumnya sudah dilakukan aspirasi. Mirip dengan tindakan aspirasi, awalnya cairan akan diambil terlebih dahulu dengan spuit, lalu setelahnya akan dimasukkan etanol ke dalam rongga benjolan yang telah kosong.
6. Mengecilkan nodul tiroid dengan radiofrequency ablation (RFA)

Selain kedua cara di atas, pengecilan nodul tiroid juga bisa dilakukan dengan terapi ablasi termal menggunakan radiofrequency ablation (RFA). Berbeda dengan aspirasi cairan dan injeksi etanol, tindakan RFA diindikasikan pada nodul tiroid jinak yang padat dan menimbulkan keluhan fisik.
Dokter akan memastikan terlebih dahulu apakah nodul tiroid yang dimiliki pasien bersifat jinak atau tidak dengan FNAB atau core needle biopsy. Sebelum tindakan, bagian leher yang akan dilakukan RFA akan dibius untuk mengurangi rasa nyeri.
Dengan panduan dari USG, elektroda alat RFA akan dimasukkan ke benjolan pasien. Prosedur tindakan RFA dapat memakan waktu hingga kurang lebih 30–60 menit,
tergantung ukuran dari benjolan.
Itulah pengetahuan seputar nodul tiroid beserta cara pemeriksaan dan penanganannya. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya, tetapi tidak menutup kemungkinan kondisi ini bisa menyebabkan masalah kesehatan serius.