10 Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Ovarium

Coba cek, apakah kamu memiliki faktor risikonya?

Berdasarkan data dari World Cancer Research Fund International, kanker ovarium merupakan kanker ke-8 yang paling umum pada perempuan dan dan ke-18 sebagai kanker paling umum secara keseluruhan. Terdapat lebih dari 313.000 kasus baru kanker ovarium pada tahun 2020.

Sementara itu, menurut data Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence (Globocan), kanker ovarium atau kanker indung telur adalah kanker ketiga tersering pada perempuan Indonesia, dengan angka kejadian di tahun 2020 adalah 14.896 kasus dan angka kematian mencapai 9.581 kasus.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena kanker ovarium. Apa sajakah faktor-faktor tersebut?

1. Memiliki sindrom Lynch

Perempuan yang memiliki kelainan genetik bawaan seperti sindrom Lynch dan sindrom Peutz-Jeghers memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.

Sindrom Lynch ditandai dengan risiko lebih tinggi terkena kanker pada saluran pencernaan, saluran ginekologi, dan organ lainnya. Sindrom Peutz-Jeghers menunjukkan peningkatan risiko berkembangnya polip pada saluran pencernaan dan beberapa jenis kanker, antara lain pada payudara, usus besar, rektum, pankreas, lambung, testis, ovarium, paru-paru, dan leher rahim, mengutip laman City of Hope.

2. Mengalami mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2

10 Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Ovariumilustrasi mutasi genetik (pixabay.com/geralt)

Faktor risiko paling signifikan untuk mengembangkan kanker ovarium adalah mutasi genetik. Lebih spesifiknya, mutasi genetik pada gen BRCA1 (gen kanker payudara 1) dan gen BRCA2 (gen kanker payudara 2). Mutasi genetik ini meningkatkan risiko 10–15 persen terkena kanker ovarium, mengutip laman Ovarian Cancer Research Alliance.

Karena kedua gen ini saling terkait, perempuan yang memiliki kanker payudara berisiko tinggi terkena kanker ovarium. FYI, perempuan Eropa Timur memiliki risiko lebih tinggi mengalami mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. Meski begitu, perempuan dari ras lain juga bisa mengalami mutasi gen ini.

3. Ada riwayat kanker ovarium dalam keluarga

Perempuan yang nenek, ibu, anak perempuan atau saudara perempuannya memiliki kanker ovarium namun tidak diketahui mutasi genetiknya masih mungkin memiliki peningkatan risiko terkena kanker ovarium.

Risiko seumur hidup perempuan yang memiliki kerabat tingkat pertama menderita kanker ovarium adalah 5 persen (risiko rata-rata seumur hidup perempuan adalah 1,4 persen), dilansir Ovarian Cancer Research Alliance.

Meskipun hanya mencakup sejumlah kecil kasus, tetapi faktor keturunan merupakan faktor risiko kuat kanker ovarium. Namun, banyak perempuan tanpa riwayat keluarga mungkin masih memiliki mutasi gen yang berhubungan dengan risiko kanker ovarium. Semua perempuan yang didiagnosis dengan kanker ovarium, kanker peritoneum primer, atau tuba falopi perlu dirujuk untuk konseling genetik dan pertimbangan pengujian genetik.

Riwayat keluarga dengan salah satu kanker berikut mungkin mengindikasikan peningkatan risiko: kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim, kanker kolorektal.

4. Penuaan

10 Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Ovariumilustrasi perempuan lansia (pexels.com/Retha Ferguson)

Sebenarnya, semua perempuan berisiko terkena kanker ovarium tanpa memandang usia. Namun, menurut American Cancer Society, risiko terkena kanker ovarium makin tinggi seiring bertambahnya usia.

Kanker ovarium jarang terjadi pada perempuan usia di bawah 40 tahun. Kebanyakan kasusnya berkembang setelah menopause. Setengah dari seluruh kanker ovarium ditemukan pada perempuan berusia 63 tahun atau lebih.

Baca Juga: 11 Hal yang Kamu Kira Jadi Penyebab Kanker, padahal Ternyata Bukan

5. Riwayat reproduksi dan infertilitas

Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara jumlah siklus menstruasi dalam seumur hidup seorang perempuan dan risikonya terkena kanker ovarium. Seorang perempuan mungkin berisiko lebih tinggi jika:

  • Mulai menstruasi pada usia dini (sebelum umur 12 tahun).
  • Belum pernah melahirkan.
  • Memiliki anak pertamanya setelah usia 30 tahun.
  • Mengalami menopause setelah usia 50 tahun.
  • Belum pernah menggunakan kontrasepsi oral.
  • Mengalami infertilitas.

6. Melakukan terapi penggantian hormon

10 Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Ovariumilustrasi terapi hormon (healththoroughfare.com)

Dokter mungkin meresepkan terapi penggantian hormon untuk meringankan gejala yang berhubungan dengan menopause (hot flash, keringat malam, sulit tidur, kekeringan pada vagina) yang terjadi saat tubuh menyesuaikan diri dengan penurunan kadar estrogen.

Terapi penggantian hormon biasanya melibatkan pengobatan dengan estrogen saja (untuk perempuan yang pernah menjalani histerektomi) atau kombinasi estrogen dengan progesteron atau progestin (untuk perempuan yang belum menjalani histerektomi).

Perempuan yang menggunakan terapi penggantian hormon mungkin berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi estrogen dan progestin selama 5 tahun atau lebih secara signifikan meningkatkan risiko kanker ovarium pada perempuan yang belum menjalani histerektomi. Penggunaan estrogen selama 10 tahun atau lebih meningkatkan risiko kanker ovarium pada perempuan yang pernah menjalani histerektomi.

7. Obesitas

Obesitas telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena banyak jenis kanker. Informasi yang tersedia saat ini mengenai risiko kanker ovarium dan obesitas masih belum jelas.

Perempuan yang mengalami obesitas (memiliki indeks massa tubuh minimal 30) mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium, tetapi belum tentu merupakan tipe yang paling agresif, seperti kanker serosa tingkat tinggi.

Obesitas juga dapat berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup pasien kanker ovarium secara keseluruhan.

8. Memiliki endometriosis

10 Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Ovariumilustrasi perempuan dengan endometriosis (pexels.com/Polina Zimmerman)

Endometriosis adalah kondisi non kanker. Dengan kondisi ini, sel-sel yang mirip dengan sel-sel yang melapisi rahim ditemukan di area luar rahim.

Beberapa orang khawatir tentang hubungan antara endometriosis dan berkembangnya kanker ovarium. Namun, penelitian menunjukkan bahwa memiliki endometriosis hanya sedikit meningkatkan risiko kanker endometrioid dan kanker ovarium sel jernih. Jenis kanker ovarium ini sering kali didiagnosis lebih awal sehingga lebih mudah untuk berhasil diobati, dikutip dari laman Macmillan Cancer Support.

9. Paparan asbes

Asbes merupakan bahan isolasi yang tahan panas dan api. Bahan ini banyak digunakan pada:

  • Industri bangunan.
  • Pembuatan kapal.
  • Pembuatan peralatan rumah tangga.
  • Industri otomotif.
  • Pembangkit listrik.

Ada tiga jenis utama asbes, yaitu biru, cokelat, dan putih.

Asbes terdiri dari serat-serat kecil. Kamu dapat menghirup serat ini saat bersentuhan dengan asbes.

International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan asbes sebagai penyebab kanker ovarium.

10. Merokok

10 Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Ovariumilustrasi menolak untuk merokok (pixabay.com/Myriams-Fotos)

Dilansir Canadian Cancer Society, merokok tembakau meningkatkan risiko karsinoma musinosa (sejenis karsinoma ovarium epitel).

Segala bentuk tembakau, termasuk rokok, cerutu, dan pipa, meningkatkan risiko. Makin banyak dan makin lama seseorang merokok, makin besar risikonya. Risiko terkena karsinoma musinosa menurun seiring waktu setelah berhenti merokok.

Apabila kamu memiliki satu atau beberapa faktor risiko kanker ovarium, sebaiknya konsultasikan dengan dokter tentang apa yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan dan meminimalkan risiko mengembangkannya.

Baca Juga: 10 Buah Ini Bisa Mencegah Pertumbuhan Sel Kanker Lho, Sudah Tahu?

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya