Ensefalopati: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Dapat menyebabkan kerusakan otak jika tidak diobati

Ensefalopati adalah istilah yang menggambarkan setiap penyakit yang memengaruhi seluruh otak dan mengubah struktur atau cara kerjanya, dan menyebabkan perubahan fungsi mental.

Ensefalopati bukanlah penyakit tunggal, melainkan sekelompok gangguan dengan beberapa penyebab. Ini adalah masalah kesehatan serius yang apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak sementara atau permanen.

Kadang ensefalopati dan ensefalitis dianggap sama. Memang terdengar mirip, tetapi itu merupakan dua kondisi berbeda. Pada ensefalitis, otak mengalami pembengkakan atau meradang. Di sisi lain, ensefalopati mengacu pada keadaan mental yang dapat terjadi karena beberapa jenis masalah kesehatan. Akan tetapi, ensefalitis dapat menyebabkan ensefalopati.

1. Jenis dan penyebab

Inilah beberapa jenis utama ensefalopati beserta penyebabnya, yaitu:

  • Ensefalopati traumatis kronis: Jenis ensefalopati ini terjadi ketika ada banyak trauma atau cedera pada otak. Pukulan atau benturan di kepala menyebabkan kerusakan saraf di otak. Jenis ini sering ditemukan pada petinju, pesepak bola, atau tentara yang terluka akibat ledakan.
  • Ensefalopati glisin: Ini merupakan kondisi genetik (diturunkan), yang mana terdapat kadar glisin (asam amino) yang sangat tinggi di otak. Gejalanya biasanya muncul pada bayi segera setelah lahir.
  • Ensefalopati Hashimoto: Ini adalah jenis ensefalopati langka yang terkait dengan kondisi autoimun tiroiditis Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang kelenjar tiroid, yaitu kelenjar yang bertanggung jawab untuk memproduksi banyak hormon pengatur tubuh. Para ilmuwan belum tahu persis bagaimana kedua kondisi tersebut terkait.
  • Ensefalopati hepatik: Jenis ini merupakan akibat dari penyakit hati. Ketika hati tidak berfungsi dengan baik, racun yang biasanya dikeluarkan oleh hati dari tubuh malah dibiarkan menumpuk di darah, dan akhirnya dapat mencapai otak.
  • Ensefalopati hipertensi: Jenis ini adalah akibat dari tekanan darah yang sangat tinggi yang tidak diobati terlalu lama. Hal ini dapat mengakibatkan otak bengkak, menyebabkan kerusakan otak dan ensefalopati hipertensi.
  • Ensefalopati hipoksik iskemik: Kondisi ini merupakan jenis kerusakan otak yang terjadi saat otak tidak mendapat cukup oksigen. Ini dapat mengakibatkan kerusakan atau disfungsi otak permanen. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya oksigen ke otak, seperti ketika bayi yang sedang berkembang terpapar alkohol saat di dalam kandungan.
  • Ensefalopati toksik-metabolik: Ini merupakan akibat dari infeksi, toksin, atau kegagalan organ. Ketika elektrolit, hormon, atau bahan kimia lain dalam tubuh tidak seimbang, mereka dapat memengaruhi fungsi otak. Ini juga dapat mencakup adanya infeksi di dalam tubuh atau adanya bahan kimia beracun. Ensefalopati biasanya sembuh ketika ketidakseimbangan kimia yang mendasari dipulihkan atau infeksi/toksin yang menyerang dihilangkan.
  • Ensefalopati infeksius: Ensefalopati spongiform menular juga dikenal sebagai penyakit prion. Prion adalah protein yang terjadi secara alami di dalam tubuh, tetapi mereka dapat bermutasi dan menyebabkan penyakit yang secara bertahap merusak dan memperburuk otak (penyakit neurodegeneratif). Penyakit prion meliputi penyakit wasting kronis, fatal familial insomnia, penyakit kuru, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob. 
  • Ensefalopati uremikum: Jenis ini merupakan akibat dari gagal ginjal. Hal ini diyakini disebabkan oleh penumpukan racun uremik dalam darah. Kondisi ini dapat menyebabkan kebingungan ringan hingga koma.
  • Ensefalopati Wernicke: Juga dikenal sebagai penyakit Wernicke, kondisi ini merupakan akibat dari kekurangan vitamin B1. Alkoholisme jangka panjang, asupan gizi yang buruk, dan penyerapan makanan yang buruk dapat menyebabkan kekurangan vitamin B1. Jika ensefalopati Wernicke tidak ditangani dengan cepat, maka dapat menyebabkan sindrom Wernicke-Korsakoff.

Ensefalopati juga dapat disebabkan oleh:

  • Infeksi bakteri atau virus.
  • Gagal ginjal.
  • Ketoasidosis diabetik.
  • Gangguan autoimun.
  • Tumor otak.
  • Paparan zat beracun seperti alkohol, cat, pelarut atau radiasi

2. Gejala

Ensefalopati: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustasi ensefalopati (pexels.com/Kelly)

Mengutip Healthdirect, gejala ensefalopati bervariasi dari orang ke orang. Gejala ensefalopati yang paling umum adalah perubahan kondisi mental, dengan masalah seperti:

  • Kehilangan ingatan.
  • Berkurangnya kemampuan untuk berpikir jernih atau berkonsentrasi.
  • Mengantuk.
  • Perubahan kepribadian seperti lekas marah, agresi, perilaku impulsif, atau memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Beberapa orang mungkin juga memiliki:

  • Kedutan otot yang tidak disengaja.
  • Kesulitan berbicara.
  • Kesulitan menelan.
  • Gerakan mata yang tidak biasa.
  • Getaran.
  • Kelemahan otot.
  • Kejang.
  • Demensia.
  • Penurunan kesadaran.

Ada beberapa pola ensefalopati yang berbeda. Beberapa orang mengalami ensefalopati akut, yang muncul cukup cepat dan dapat hilang. Yang lain memiliki ensefalopati kronis, yang cenderung berkembang perlahan dan tidak hilang.

Beberapa orang dengan kondisi kronis yang mendasarinya, seperti penyakit hati, kadang-kadang bisa sembuh dan kemudian mengalami episode ensefalopati yang dipicu oleh infeksi, pendarahan di saluran pencernaan, alkohol, obat-obatan, atau ketidakseimbangan elektrolit.

Beberapa ensefalopati menyebabkan kerusakan permanen pada otak, sementara yang lain tidak. Beberapa bisa berakibat fatal.

Baca Juga: Ensefalopati Hepatik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Diagnosis

Apabila dokter mencurigai ensefalopati, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan semua obat yang digunakan. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis dan mungkin akan memesan tes tambahan.

Tes tambahan yang mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis ensefalopati meliputi:

  • Tes darah untuk mencari bakteri, virus, racun, ketidakseimbangan hormon atau kimia.
  • Pungsi lumbal atau spinal tap. Dokter akan mengambil sampel cairan tulang belakang untuk diperiksa bakteri, virus, racun, atau prion.
  • Studi pencitraan, termasuk computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI).
  • Tes electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas listrik di otak

Hasil pengujian dapat membantu dokter untuk menentukan apakah seseorang menderita ensefalopati, jenisnya, dan penyebabnya.

4. Pengobatan

Ensefalopati: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Ensefalopati yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak yang memburuk atau permanen, atau kematian.

Perawatan termasuk manajemen gejala dan menghilangkan penyebab yang mendasarinya, menurut laporan berjudul "How to recognize and treat metabolic encephalopathy in Neurology intensive care unit" dalam jurnal Neurology India tahun 2017. Misalnya, dengan ensefalopati Hashimoto, terapi standar termasuk glukokortikoid dan obat imunosupresif.

Suplementasi nutrisi mungkin direkomendasikan untuk memperlambat kerusakan otak atau untuk membantu mengelola kondisi metabolisme yang mendasarinya.

Perawatan untuk ensefalopati traumatis kronis dapat mencakup terapi perilaku, manajemen nyeri, dan pelatihan kognitif untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, seperti dilansir Cleveland Clinic.

Kejang berulang akan dicegah dengan obat antikonvulsan.

Dalam kasus yang jarang, ensefalopati parah dapat menyebabkan hilangnya kesadaran atau koma. Jika ini terjadi, pasien akan membutuhkan bantuan pernapasan saat pulih.

5. Pencegahan

Beberapa jenis ensefalopati dapat dicegah, sementara yang lain tidak. Misalnya, jenis ensefalopati genetik, seperti ensefalopati glisin, tidak dapat dicegah, tetapi ensefalopati hepatik mungkin dapat dicegah.

Perubahan gaya hidup tertentu dapat mengurangi risiko mengembangkan ensefalopati.

Penyesuaian gaya hidup yang bermanfaat dapat mencakup:

  • Menghindari konsumsi alkohol berlebihan.
  • Mengurangi paparan racun.
  • Makan makanan yang sehat, rutin olahraga, dan menjaga berat badan yang sehat.
  • Temui dokter secara berkala.
  • Menghindari obat-obatan yang memengaruhi sistem saraf.
  • Mengurangi risiko trauma kepala.

Apabila kamu mengalami gejala ensefalopati, seperti penurunan kemampuan mental, kebingungan, penurunan koordinasi otot, dan perubahan penglihatan atau mata, penting untuk segera mencari bantuan medis.

Jika memang kamu didiagnosis ensefalopati, dokter dapat merencanakan terapi untuk mengobati gejala dan mencegah kerusakan otak lebih lanjut. Makin cepat kamu mendapatkan perhatian medis, makin cepat kamu pulih dari gangguan fungsi otak.

Baca Juga: Korelasi COVID-19 dengan Ensefalopati Tiroiditis Hashimoto

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya