Obesitas Berhubungan dengan Kanker Anak, Ini Penjelasannya

- Obesitas berpotensi menyebabkan kanker pada anak sebanyak 40-50 persen, terkait dengan peradangan kronis dan gangguan hormon atau metabolisme.
- Kesadaran deteksi dini kanker pada anak masih perlu ditingkatkan, prognosis lebih baik jika terdiagnosis awal. Namun, fasilitas skrining masih belum merata di seluruh Indonesia.
- Infrastruktur kesehatan dan pusat-pusat kanker di Indonesia masih terbatas, hanya ada di Pulau Jawa, sementara daerah lain belum memiliki akses yang memadai.
Sekitar 40–50 persen kanker pada anak terkait dengan obesitas. Meski hubungan ini belum sepenuhnya jelas, tetapi ini berkaitan dengan gangguan metabolisme yang pada akhirnya membuat ketidakseimbangan pada endokrin.
Topik ini menjadi pembahasan dalam media briefing daring yang digelar oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), "Kanker pada Anak: Kenapa Menjadi Penting?", pada Selasa (04/02/2025).
Obesitas adalah faktor risiko kanker
Menurut Prof. Dr. dr. I Dewa Gede Ugrasena, SpA(K), guru besar ilmu kesehatan anak Universitas Airlangga, Surabaya, obesitas diidentifikasi sebagai faktor risiko kanker pada anak. Ada beberapa poin penting terkait kondisi ini.
"Kita tahu bahwa obesitas itu peradangan kronis, banyak lemak. Jadi kelebihan jaringan lemak pada tubuh yang dapat menyebabkan inflamasi kronis," kata Prof. Ugra.
Proses peradangan ini diyakini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dari sel-sel abnormal yang berpotensi berkembang menjadi kanker.
Kedua, bisa karena gangguan hormon dan metabolisme, overnutrisi menjadikan hormon tidak seimbang. Misalnya, peningkatan kadar insulin atau insulin growth factor.
"Insulin dan insulin light growth factor ini keduanya berperan dalam pertumbuhan sel. Jadi gangguan ini bisa meningkatkan risiko terjadinya mutasi atau proliferasi yang tidak terkendali, yang bisa menyebabkan timbulnya kanker," lanjutnya.
Oleh karena itu, gaya hidup sehat juga menjadi bagian yang penting untuk upaya mencegah terjadinya kanker yang terkait dengan kondisi overnutrisi kronis.
Pentingnya deteksi dini

Ketua IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) menjelaskan bahwa kesadaran tentang adanya kanker pada anak dan dukungan terhadap mereka dengan kondisi ini masih perlu ditingkatkan.
"Salah satu kata kunci pada kanker adalah deteksi dini, selain upaya untuk promotif dan preventif, dalam hal ini pencegahan. Sangat penting adanya deteksi dini supaya bisa terdiagnosis secara dini dan bisa dilakukan terapi lebih awal," ujar dr. Piprim.
Prognosis kanker yang bisa dikenali sejak awal dan mendapat perawatan, jauh lebih baik dibanding kanker stadium akhir atau stadium lanjut yang tidak terdeteksi pada awal-awal gejala klinis yang muncul.
Dia juga berharap melalui program skrining kesehatan yang dilakukan pemerintah, menjadi momen untuk melakukan deteksi dini pada anak-anak. Fasilitas untuk deteksi dini diketahui masih belum merata, hanya bisa dilakukan di kota-kota besar.
"Perlu dilakukan persamaan akses supaya anak-anak di daerah terpencil tetap bisa mendapatkan akses. Anak-anak perlu kita kawal apabila memang sudah terjangkit kanker, ini tentu saja butuh support dari lingkungannya, dari komunitasnya," dr. Piprim mengatakan.
Infrastruktur yang belum merata
Setiap tahun, diperkirakan ada 400 ribu anak dengan kanker, Indonesia diestimasikan menyumbang 10 ribu atau 2,5 persen.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Hematologi-Onkologi IDAI, dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D menjelaskan bahwa kanker di Indonesia begitu menyedihkan.
"Apa yang menyebabkan kanker di Indonesia itu sedemikian menyedihkan? Kalau boleh saya bilang karena memang infrastruktur kesehatannya itu belum rata. Masing-masing provinsi mempunyai kemampuan-kemampuan yang berbeda secara keuangan," imbuhnya.
Selain masalah pengeluaran untuk kesehatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang lebih spesifik untuk kanker, pusat-pusat kanker di Indonesia sangat terbatas. Berikut daftarnya:
- Rumah Sakit H. Adam Malik (Medan).
- Rumah Sakit M. Djamil (Padang).
- Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin, (Palembang).
- Rumah Sakit Kanker Dharmais, (Jakarta).
- Rumah Sakir Dr. Cipto Mangunkusumo (Jakarta).
- Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (Jakarta).
- Rumah Sakit Fatmawati (Jakarta).
- Rumah Sakit Dr. Kariadi (Semarang).
- Rumah Sakit Dr. Soetomo (Surabaya).
- Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (Bandung).
- Rumah Sakit Dr. Sardjito (Sleman).
- Rumah Sakit Saiful Anwar (Malang).
- Rumah Sakit Umum Daerah Kanujoso (Balikpapan).
- Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou (Manado).
- Rumah Sakit IGNG Ngoerah (Denpasar).
- Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo (Makassar).
"Semuanya bergerak atau menempel di Pulau Jawa. Kita tahu memang 60 persen dari penduduk Indonesia hidup di Jawa. Di Papua, Maluku belum ada, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat belum kelihatan, walaupun kita tahu bahwa ada beberapa orang yang disiapkan untuk menjadi seorang onkologis anak," ujar dr. Eddy.