Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Paparan Plastik Sehari-hari dan Risiko Kesehatan pada Anak

Mainan bola plastik untuk anak.
ilustrasi ibu dan anak bermain mainan plastik (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Paparan bahan kimia plastik sejak usia anak-anak dikaitkan dengan obesitas, infertilitas, asma, hingga gangguan perkembangan.
  • Bahan kimia plastik dapat masuk ke tubuh lewat kemasan makanan, kosmetik, hingga struk belanja, terutama saat plastik dipanaskan atau digunakan berulang.
  • Pencegahan dapat dilakukan lewat perubahan kecil di rumah, edukasi oleh klinisi, dan kebijakan global yang membatasi penggunaan plastik yang tidak esensial.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di banyak rumah, plastik hadir dalam bentuk kotak bekal, botol minum, kantong belanja, hingga mainan, dan itu semua jarang dianggap sebagai ancaman. Namun, para ahli kesehatan anak dari NYU Langone Health, Amerika Serikat (AS), justru melihat pola yang mengkhawatirkan, bahwa paparan bahan kimia dari plastik sehari-hari meninggalkan jejak panjang pada kesehatan, bahkan hingga seseorang mencapai usia dewasa.

Temuan ini datang dari tinjauan besar atas ratusan studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Child & Adolescent Health. Puluhan tahun penelitian dirangkum, dan hasilnya konsisten, bahwa zat tambahan dalam plastik—mulai dari ftalat (phthalates, untuk membuat plastik lentur), bisfenol (untuk membuatnya kaku), hingga PFAS (untuk ketahanan panas dan air)—berkaitan dengan risiko penyakit jangka panjang. Ribuan ibu hamil, bayi, dan anak dalam studi-studi tersebut menunjukkan pola serupa: paparan dini meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, infertilitas, hingga asma.

Leonardo Trasande, MD, MPP, dokter anak sekaligus penulis utama studi tersebut, menyebutkan bahwa berbagai penyakit kronis yang muncul di usia remaja dan dewasa dapat ditelusuri kembali ke paparan kimia ini. Menurutnya, melindungi anak-anak berarti juga membenahi lingkungan kimia tempat mereka tumbuh.

Cara melindungi keluarga dari paparan plastik

Anak-anak sedang bermain dengan mainan berbahan plastik.
ilustrasi anak bermain (pexels.com/Kindel Media)

Kimia berbahaya dari plastik tidak hanya datang dari botol atau wadah makanan, tetapi juga ada di kosmetik, alat rumah tangga, hingga struk kertas termal.

Ketika plastik dipanaskan, digunakan berulang, atau mengalami gesekan, partikel kecil—termasuk mikroplastik dan nanopartikel—dapat terlepas dan masuk ke tubuh. Penelitian menunjukkan zat tersebut dapat memicu peradangan, mengganggu hormon, serta memengaruhi perkembangan otak. Banyak studi bahkan menemukan kaitan antara paparan dini dan penurunan IQ, autisme, hingga ADHD.

Kabar baiknya, risikonya bisa diminimalkan. Para peneliti menyarankan untuk mengganti wadah plastik dengan wadah kaca atau stainless steel, serta menghindari memanaskan makanan dalam plastik.

Selain itu, anak juga dapat diajari mengenali potensi risiko—peran yang dapat didukung oleh dokter anak, sekolah, dan komunitas setempat.

Di tingkat global, para ahli mendorong aturan yang lebih ketat terhadap penggunaan plastik yang tidak esensial, terutama di wilayah berpendapatan rendah yang sering menanggung beban kesehatan paling berat.

Namun, studi ini juga mengingatkan bahwa plastik tetap vital untuk dunia medis. Dari ventilator untuk bayi prematur hingga nebulizer bagi anak dengan asma, banyak perangkat penyelamat nyawa bergantung pada material ini. Intinya, bukan menghilangkan plastik sepenuhnya, melainkan mengurangi penggunaannya pada produk sehari-hari yang sebetulnya bisa diganti.

Referensi

"Scientists Call for Urgent Action to Reduce Children’s Plastic Exposure." NYU Langone Health. Diakses Desember 2025.

Leonardo Trasande, Aleksandra Buha Đorđević, and Marina Olga Fernandez, “The Effects of Plastic Exposures on Children’s Health and Urgent Opportunities for Prevention,” The Lancet Child & Adolescent Health 9, no. 11 (September 23, 2025): 796–807, https://doi.org/10.1016/s2352-4642(25)00212-3.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Apa Itu Lean Diabetes? Kurus tapi Gula Darah Tinggi

04 Des 2025, 17:43 WIBHealth