Apa Penyebab GERD Sering Kambuh saat Lebaran?

- Lebaran identik dengan makanan tinggi lemak dan kalori. Makanan berlemak menyebabkan ketidaknyamanan dan meningkatkan risiko gejala GERD.
- Mengenakan pakaian ketat selama Lebaran dapat memperparah gejala GERD karena menekan perut dan sfingter esofagus bawah.
- Makan berlebihan saat Lebaran meningkatkan risiko terjadinya refluks asam.
Lebaran adalah momen untuk kumpul keluarga, bertamasya, dan makan-makanan spesial. Namun, bagi orang dengan gastroesophageal reflux disease (GERD), pasti memperhatikan bahwa GERD lebih sering kambuh saat Lebaran.
GERD juga disebut sebagai refluks asam dan merupakan kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Ini dapat membuatmu sulit tidur pada malam hari, tidak bisa makan dengan nyaman, bahkan menyulitkanmu menikmati liburan.
Untuk mengurangi kemungkinan munculnya GERD, kamu perlu mengetahui apa saja penyebab GERD kambuh saat Lebaran. Berikut ini di antaranya.
1. Makanan tinggi lemak
Lebaran identik dengan makanan tinggi lemak dan kalori, seperti opor, daging, jeroan, hingga gorengan. Makanan tinggi lemak perlu lebih banyak waktu untuk dicerna dan tinggal lebih lama di perut.
Dengan demikian, makanan berlemak menyebabkan lebih banyak ketidaknyamanan dan meningkatkan risiko gejala GERD. Lemak juga mengendurkan sfingter esofagus bawah atau lower esophageal sphincter (LES).
Dalam hal ini, moderasi adalah kuncinya. Kamu tetap bisa makan makanan tinggi lemak, tetapi dalam porsi kecil atau sedang.
2. Pakaian yang kurang nyaman

Kebanyakan orang tergoda untuk mengenakan pakaian tertentu selama Lebaran. Bahkan, tak jarang pakaian ini kurang nyaman.
Misalnya, orang dengan GERD sering menemukan bahwa gejala mereka dipicu atau diperparah oleh pakaian ketat, seperti ikat pinggang elastis atau atasan yang ketat.
Hubungan fisiologis antara pakaian dan GERD mungkin tampak tidak masuk akal, tetapi ini ada penjelasan ilmiahnya.
Saat kamu mengenakan pakaian ketat, kamu menekan perut dan LES, otot yang mencegah asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Tekanan ini bisa membuat LES tidak berfungsi, menyebabkan asam mengalir kembali ke kerongkongan, dan menyebabkan sensasi terbakar.
Menghindari pakaian ketat, terutama di sekitar bagian tengah tubuh, dapat membantu mencegah tekanan berlebihan pada perut dan LES. Hasilnya, LES dapat berfungsi lebih baik, mengurangi refluks asam dan gejala GERD.
3. Makan berlebihan
Sulit menahan godaan untuk tidak makan berlebihan saat Lebaran. Sayangnya, makan berlebihan menjadi salah satu pemicu kambuhnya GERD.
Perut kamu bisa meregang untuk menampung makanan dan cairan dalam jumlah terbatas. Makan hingga terlalu kenyang akan meningkatkan risiko terjadinya refluks asam.
Saat kamu makan, asam yang diproduksi di perut akan menumpuk di atas makanan. Makan berlebihan meningkatkan kemungkinan berserdawa dan ini akan membuat kerongkongan bagian bawah terkena efek kaustik asam lambung.
4. Kegemukan

Banyak orang mengalami penambahan berat badan saat Lebaran sebagai akibat dari makan berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. Sayangnya, berat badan berlebih juga meningkatkan risiko terjadinya refluks asam.
Membawa beban ekstra pada tubuh memberi tekanan tambahan pada perut. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak asam lambung naik ke kerongkongan. Kondisi ini dapat menyebabkan heartburn, serdawa, nyeri dada, dan gejala GERD yang tidak nyaman lainnya.
Akan tetapi, masalahnya tidak terbatas pada orang-orang yang mengalami obesitas. Bahkan, kelebihan berat badan sedikit pun dapat meningkatkan risiko terkena GERD.
Menurunkan beberapa kilogram saja dapat meredakan heartburn dan gejala GERD lainnya. Beberapa orang menyadari bahwa GERD mereka hilang setelah mereka menurunkan berat badan.
5. Stres
Tidak semua hal tentang Lebaran membuat kita selalu bahagia. Sayangnya, ada beberapa hal yang membuat kita merasa stres saat Lebaran, seperti liburan yang tidak sesuai dengan rencana, mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak nyaman dari sanak saudara, banyak pengeluaran, dan masih banyak lagi.
Stres emosional dapat meningkatkan produksi asam di perut, yang memperparah GERD. Asam naik dari perut dan masuk ke kerongkongan, yang menyebabkan heartburn.
Untungnya, kamu dapat mengurangi stres dengan mencoba strategi relaksasi, seperti meditasi kesadaran, yoga, taici, pijat, pernapasan dalam, dan lain-lain.
6. Jadwal makan tidak teratur

Selama bulan Ramadan, kita cenderung memiliki jadwal makan yang teratur. Namun, begitu bulan Ramadan berakhir, kebanyakan tidak memiliki jadwal makan yang pasti. Salah satunya adalah makan larut malam.
Makan menjelang waktu tidur, terutama makanan berat, dapat mengacaukan sistem yang diandalkan tubuh untuk memproses makanan. Makan larut malam juga memperburuk refluks asam, yang memicu gangguan pencernaan, batuk, suara serak, dan asma.
7. Makanan pedas
Biasanya, opor atau lauk utama lainnya disajikan bersama sambal. Sayangnya, makanan pedas dapat menyebabkan sakit perut dan gejala heartburn pada individu yang memiliki gangguan pencernaan fungsional.
Kapsaisin adalah senyawa kimia dalam cabai yang bisa mengiritasi bagian kerongkongan dan memicu refluks asam. Faktanya, sebuah penelitian di Korea menemukan bahwa makanan pedas menyebabkan gejala GERD di lebih dari separuh dari kasus yang dinilai.
Banyak hal saat Lebaran bisa menyebabkan GERD kambuh. Untungnya, menghindari pemicu dan melakukan perubahan gaya hidup dapat membantumu merasa lebih baik.
Referensi
"Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)." NorthShore. Diakses April 2024.
"Your Comprehensive Guide to Avoiding Tight-Fitting Clothing to Help with Gastroesophageal Reflux Disease." The Kingsley Clinic. Diakses April 2024.
"The Dangers of Overeating." Healthway Medical. Diakses April 2024.
"GERD and Obesity." The University of Chicago Medical Center. Diakses April 2024.
"Could stress be making my acid reflux worse?" Harvard Health Publishing. Diakses April 2024.
"Is Eating Before Bed Bad For You?" Verywell Health. Diakses April 2024.