Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025–2029, Perkuat Kolaborasi Medis

Peluncuran Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029 (IDN Times/Rifki Wuda)
Intinya sih...
  • Kementerian Kesehatan RI meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025–2029.
  • RS Kanker Dharmais sebagai pusat kanker nasional diharapkan menjadi model inovasi layanan, termasuk dalam memperluas akses pengobatan kanker.
  • Pemerintah berencana membangun 13 center of excellence khusus untuk kanker anak.

Dalam rangka memperingati Hari Kanker Anak Sedunia pada 15 Februari 2025, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) resmi meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025–2029. Inisiatif ini menjadi bagian dari Rencana Kanker Nasional 2024–2034 yang bertujuan untuk memperkuat strategi pengendalian kanker anak di Indonesia.

Peluncuran yang berlangsung pada Kamis (20/2/2025) ini menegaskan komitmen pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan bagi anak-anak yang hidup dengan kanker. 

Kanker masih menjadi salah satu penyakit paling mematikan di Indonesia. Sebagai penyakit tidak menular (PTM) katastropik, kanker membutuhkan perawatan jangka panjang. Berdasarkan data Globocan 2022, Indonesia mencatat lebih dari 408.661 kasus baru kanker dengan hampir 242.099 kematian.

1. Pendekatan kolaboratif dalam penanganan kanker anak

ilustrasi pasien kanker anak (freepik.com/rawpixel.com)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa penanganan kanker anak di Indonesia harus dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Tidak hanya melibatkan tenaga medis, tetapi juga komunitas, keluarga, serta dukungan finansial yang lebih luas.

Dalam hal ini, RS Kanker Dharmais sebagai pusat kanker nasional diharapkan menjadi model inovasi layanan, termasuk dalam memperluas akses pengobatan. 

Salah satu strategi yang ditekankan Menkes adalah kombinasi pasien BPJS dan non-BPJS dalam layanan rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan pembiayaan layanan kanker anak melalui sistem subsidi silang.

“Kita ingin agar Rumah Sakit Kanker Dharmais tidak hanya melayani pasien BPJS, tetapi juga menarik pasien yang mampu secara finansial untuk berobat di sini. Dengan begitu, biaya yang masuk bisa membantu pembiayaan pasien kanker anak yang kurang mampu,” jelasnya.

Selain itu, Menkes juga mengapresiasi peran komunitas dan keluarga dalam mendukung anak-anak yang berjuang melawan kanker.

“Pasien kanker anak butuh dukungan dari komunitasnya. Harus ada ruang bagi keluarga dan komunitas untuk terlibat, berbagi pengalaman, dan memberikan dukungan moral kepada pasien dan keluarga mereka,” ungkapnya.

2. Penguatan Center of Excellence untuk kanker anak

ilustrasi kanker anak (pexels.com/Tara Winstead)

Dalam upaya meningkatkan layanan kanker anak di Indonesia, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, selaku Kepala Biro Komunikasi Kemenkes, menyoroti pentingnya memiliki center of excellence khusus untuk kanker anak.

Di Indonesia memang sudah ada rumah sakit rujukan untuk kanker secara umum. Akan tetapi, Indonesia belum memiliki pusat layanan unggulan yang berfokus secara khusus pada kanker anak.  

Sebagai bagian dari implementasi strategi Cure for All yang diusung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah berencana membangun 13 center of excellence yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

"Pada kasus anak ini, kita sesuai dengan tentunya kebijakan WHO yang namanya Cure for All. Ini sebagai strategi global, ditransformasi ke kebijakan transformasi kesehatan yang saat ini kita lakukan. Jadi ada banyak hal, yang pertama adalah punya center of excellence," jelas dr. Nadia. 

Selain itu, dr. Nadia juga menekankan bahwa upaya pencegahan kanker pada anak lebih sulit dilakukan dibandingkan kanker pada orang dewasa.

"Pada anak-anak itu memang upaya pencegahannya yang sulit kita lakukan.
Kalau sebagian kanker lain (di orang dewasa), promotif preventif bisa dilakukan. Misalnya kanker leher rahim, paru, tidak merokok, ubah gaya hidup. Tapi kalau anak kan karena dia sebagian besar keturunan, mutasi genetik, itu sulit sekali untuk diketahui."

3. Teknologi medis mutakhir

ilustrasi memeriksakan bayi ke dokter anak (freepik.com/pressfoto)

Untuk mewujudkan peningkatan layanan kanker anak yang lebih merata dan berkualitas, pemerintah berkomitmen meningkatkan kapasitas rumah sakit daerah.

Ini dilakukan dengan cara menghadirkan lebih banyak dokter spesialis, fasilitas diagnostik yang lebih canggih, serta pengembangan terapi mutakhir, seperti terapi sel (cell therapy) dan terapi genetik.

Selain itu, deteksi dini kanker anak menjadi fokus utama dalam strategi peningkatan angka kesembuhan. Dengan kemajuan teknologi medis, kini deteksi kanker bisa dilakukan lebih awal melalui pemeriksaan genetik, analisis sirkulasi DNA tumor, serta ekspresi RNA.

Menkes Budi menekankan bahwa Indonesia harus mulai mengadopsi teknologi diagnostik yang lebih maju. 

"Teknologi sudah berkembang pesat. Kita harus mulai menggunakan alat deteksi genetik untuk melihat potensi kanker lebih awal, seperti yang sudah dilakukan di Thailand dan Vietnam,” ujar Menkes.

Peluncuran Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025–2029 menandai langkah besar pemerintah dalam meningkatkan layanan kanker anak di Indonesia. Dengan pendekatan kolaboratif hingga pemanfaatan teknologi medis mutakhir, ini diharapkan angka kesembuhan pasien kanker anak dapat meningkat secara signifikan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Rifki Wuda Sudirman
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us