Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatan

Radang paru-paru yang bisa mengancam jiwa

Paru-paru adalah salah satu organ vital yang fungsi utamanya adalah mendukung sistem pernapasan. Jika sampai mengalami gangguan atau terserang penyakit, fungsinya pasti terganggu. Penyakit yang dapat menyerang paru-paru ada banyak, salah satunya adalah pneumonia.

Pneumonia adalah penyakit paru-paru yang bisa menyerang siapa saja, dari mulai balita hingga lansia. Menurut laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pneumonia menewaskan lebih dari 808.000 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2017, dan merupakan penyebab semua kematian anak di bawah usia 5 tahun sebanyak 15 persen.

Orang dewasa usia di atas 65 tahun dan yang memiliki masalah kesehatan juga berisiko mengalami penyakit paru-paru ini. Kalau tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa berakibat fatal.

Terlebih karena bisa diakibatkan oleh COVID-19 akibat virus corona baru SARS-CoV-2, mari kita lebih mengenal pneumonia. Terus baca artikel ini sampai habis, ya!

1. Apa itu pneumonia?

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi pneumonia varicella (commons.wikimedia.org/Mikael Häggström)

Juga kerap dijuluki paru-paru basah, penyakit pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Berdasarkan keterangan dari American Lung Association (ALA), pneumonia adalah infeksi paru-paru yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur. Infeksi ini mengakibatkan kantong udara paru-paru (alveoli) meradang dan berisi cairan atau nanah. Hal ini mempersulit oksigen untuk masuk ke dalam aliran darah.

Dilansir Mayo Clinic, pneumonia bisa terjadi pada satu atau kedua paru-paru. Gejala yang timbul bervariasi, bisa ringan hingga parah.

2. Gejala

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi gejala pneumonia (pixabay.com/Anastasia Gepp)

Gejala pneumonia bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang mengancam jiwa. Dilansir Healthline, gejala-gejalanya meliputi:

  • Batuk yang bisa menghasilkan dahak
  • Demam dan menggigil
  • Sesak napas
  • Rasa sakit di dada dan memburuk saat bernapas atau batuk
  • Kelelahan
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual atau muntah

Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda tergantung usia dan kondisi kesehatan, yakni:

  • Anak di bawah usia 5 tahun bisa mengalami napas cepat.
  • Bayi tampak tidak menunjukkan gejala, tetapi terkadang mereka muntah, kurang energi, atau kesulitan makan dan minum.
  • Orang berusia lanjut mungkin memiliki gejala yang lebih ringan, misalnya tampak kebingungan atau suhu tubuh lebih rendah dari normal.

Baca Juga: 10 Cara Alami Meredakan Gejala Pneumonia dengan Mudah dan Ampuh

3. Penyebab dan faktor risiko

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi penyebab pneumonia (pixabay.com/Tumisu)

Penyakit pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur.

  • Bakteri: penyebab paling umum pneumonia bakterial adalah Streptococcus pneumoniae. Penyebab lainnya termasuk bakteri Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Legionella pneumophila.
  • Virus: virus pernapasan sering kali menjadi penyebab pneumonia seperti virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan rhinoviruses.
  • Jamur: paling sering menyebabkan pneumonia pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Contohnya Pneumocystis jirovecii, spesies Cryptococcus, dan spesies Histoplasmosis.

Pneumonia yang disebabkan oleh virus atau bakteri bisa menyebar ke orang lain melalui bersin atau batuk. Pneumonia jenis ini juga bisa menular jika kita menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi virus atau bakteri penyebab pneumonia.

Sementara itu, faktor risiko pneumonia dapat meliputi:

  • Anak-anak berusia 2 tahun atau di bawah 2 tahun.
  • Orang tua berusia 65 tahun atau lebih.
  • Punya masalah batuk atau menelan akibat stroke atau kondisi lainnya.
  • Paparan bahan kimia tertentu, seperti polutan, atau asap beracun.
  • Konsumsi tinggi alkohol
  • Malnutrisi.
  • Baru sakit pilek atau flu.
  • Dirawat di rumah sakit atau ruang ICU, terutama jika menggunakan ventilator. Menurut sebuah artikel dalam Indonesian Journal of Infectious Disease tahun 2015, ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal. VAP terjadi akibat mikroorganisme yang masuk ke saluran pernapasan bagian bawah melalui aspirasi sekret orofaring.
  • Memiliki penyakit kronis seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), atau penyakit jantung.
  • Kebiasaan merokok. Menurut laporan dalam jurnal PLOS One tahun 2019, paparan asap tembakau dari rokok secara signifikan berkaitan dengan perkembangan community acquired pneumonia (CAP) pada perokok aktif atau mantan perokok. Usia 65 tahun ke atas yang merupakan perokok pasif juga berisiko lebih tinggi terkena CAP.
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti pada pasien HIV/AIDS, orang yang melakukan transplantasi organ atau kemoterapi dan menggunakan obat steroid dalam jangka panjang.

4. Bisa merupakan akibat infeksi COVID-19

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi COVID-19 (pexels.com/cottonbro)

Kalau kamu rajin memantau pemberitaan tentang COVID-19, tentu tahu bahwa beberapa pasien positif mengalami pneumonia.

Dilansir Medical News Today, virus corona SARS-CoV-2 bisa berkembang lewat saluran pernapasan dan masuk ke paru-paru. Ini dapat menyebabkan inflamasi, membuat kantung udara (alveoli) terisi cairan dan nanah. Kondisi ini kemudian menghambat kemampuan seseorang untuk menghirup oksigen.

Pada kasus pneumonia yang parah, paru-paru bisa sangat meradang sehingga tidak dapat mengambil cukup oksigen atau mengeluarkan karbon dioksida dengan cukup. Terus-terusan kekurangan oksigen bisa merusak berbagai organ tubuh, menyebabkan gagal ginjal, gagal jantung, dan kondisi mengancam nyawa lainnya.

Menurut keterangan dari WHO, diagnosis paling umum untuk COVID-19 yang parah adalah pneumonia berat. Bagi pasien yang mengalami gejala ini, penyakit tersebut bisa membahayakan nyawa.

Di China, berdasarkan laporan dalam jurnal JAMA Network yang terbit Februari 2020, para dokter mengklasifikasikan bahwa sebanyak 81 persen tingkat keparahan COVID-19 tergolong ringan. Infeksi ringan ini termasuk kasus ringan pneumonia. Sebanyak 19 persen sisanya tergolong parah.

5. Diagnosis

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi bronkoskopi, salah satu cara untuk diagnosis pneumonia (msdmanuals.com)

Kadang pneumonia bisa sulit didiagnosis. Ini karena gejalanya bisa mirip flu atau pilek. Mungkin bisa butuh waktu bagi penderita untuk menyadari adanya kondisi yang lebih serius, mengutip MedlinePlus.

Dokter mungkin akan menggunakan banyak tes dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, seperti:

  • Pemeriksaan riwayat medis termasuk menanyakan gejala.
  • Pemeriksaan fisik, termasuk mendengarkan paru-paru dengan stetoskop.
  • Beberapa tes, seperti:
    • Sinar-X dada.
    • Tes darah seperti hitung darah lengkap untuk melihat apakah sistem imun secara aktif melawan infeksi.
    • Kultur darah, untuk menemukan apakah terdapat infeksi bakteri yang telah menyebar ke aliran darah.

Apabila seseorang sedang dirawat di rumah sakit, mengalami gejala serius, usia lebih tua, dan memiliki masalah kesehatan lainnya, beberapa tes lainnya mungkin akan dilakukan, seperti:

  • Tes sputum, untuk memeriksa bakteri dalam sampel sputum (ludah) atau dahak (zat berlendir dari dalam paru-paru).
  • CT scan paru untuk melihat berapa banyak paru yang terdampak. Tes ini juga menunjukkan bila ada komplikasi, seperti abses paru atau efusi pleura.
  • Kultur cairan pleura, untuk melihat bakteri dalam cairan sampel yang diambil dari rongga pleura.
  • Oksimetri nadi atau tes kadar oksigen darah, untuk memeriksa berapa banyak kadar oksigen dalam darah.
  • Bronkoskopi, prosedur yang digunakan untuk melihat saluran udara paru-paru.

Baca Juga: Fakta seputar Pneumonia Misterius yang Muncul di China

6. Pengobatan

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (pexels/Pietro Jeng)

Pengobatan pneumonia akan tergantung dari jenisnya, usia, serta kondisi kesehatan setiap individu. Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan infeksi dan mencegah komplikasi.

Berikut ini opsi pengobatan pneumonia:

  • Pemberian antibiotik untuk pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.
  • Obat-obatan antivirus untuk pneumonia yang disebabkan virus.
  • Obat-obatan untuk meredakan gejala seperti obat penurun demam dan batuk. Namun, konsultasi dulu dengan dokter sebelum minum obat batuk.
  • Berhenti merokok.
  • Istirahat cukup.
  • Jika pneumonia sudah parah dan harus dirawat, pasien mungkin diberi cairan infus dan antibiotik, terapi oksigen, dan perawatan pernapasan lainnya.

Seseorang dengan pneumonia mungkin butuh dirawat di rumah sakit bila:

  • Usia di atas 65 tahun.
  • Kebingungan akan waktu, orang, atau tempat.
  • Mengalami penurunan fungsi ginjal.
  • Tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg atau tekanan darah diastolik 60 mmHg atau kurang dari itu.
  • Napas cepat (30 napas atau lebih per menit)
  • Butuh bantuan pernapasan.
  • Suhu tubuh di bawah rata-rata.
  • Detak jantung di bawah 50 atau di atas 100.

Mungkin seseorang akan ditempatkan di ICU bila butuh bantuan bernapas lewat ventilator atau bila mengalami gejala parah.

Anak-anak mungkin perlu dirawat di rumah sakit apabila:

  • Usianya di bawah 2 bulan.
  • Lesu atau mengantuk berlebihan.
  • Mengalami masalah dalam bernapas.
  • Kadar oksigen darah rendah.
  • Terlihat mengalami dehidrasi.

7. Pencegahan

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanunsplash/CDC

Pneumonia dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya sebagai berikut:

  • Mendapatkan vaksinasi. Sebuah studi dalam Journal of Global Infectious Disease tahun 2018 menyebutkan bahwa Streptococcus pneumoniae adalah bakteri penyebab penyakit termasuk pneumonia lobar, meningitis, otitis media, dan sinusitis. Vaksin Pneumovax 23 dan Prevnar 13 dapat digunakan untuk membantu mencegah penyakit pneumokokus.
  • Menjaga kebersihan diri misalnya dengan rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  • Tidak merokok.
  • Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi, rutin olahraga, dan tidur yang cukup.

8. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Pneumonia: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi komplikasi pneumonia (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Kebanyakan orang dengan pneumonia merespons pengobatan dengan baik, tetapi kondisi ini bisa sangat serius bahkan mengancam nyawa, mengutip Johns Hopkins Medicine.

Seseorang lebih mungkin mengalami komplikasi bila sudah berusia lanjut, usia anak sangat mudah, memiliki sistem imun tubuh yang lemah, atau punya kondisi medis serius seperti diabetes atau sirosis. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:

  • Perburukan kondisi kronis: jika memiliki kondisi kesehatan tertentu yang sudah ada sebelumnya, pneumonia bisa memperburuknya. Kondisi ini termasuk gagal jantung kongestif dan emfisema. Bagi orang-orang tertentu, pneumonia meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
  • Sindrom distres pernapasan akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS): ini merupakan bentuk parah dari gagal napas.
  • Efusi pleura: jika pneumonia tidak diobati, seseorang dapat mengembangkan cairan di sekitar paru-paru di pleura. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi bagian luar paru-paru dan bagian dalam tulang rusuk. Cairan dapat terinfeksi dan perlu dikeringkan.
  • Bakteremia: bakteri dari infeksi pneumonia bisa menyebar ke aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya, syok sepsis, dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan gagal organ.
  • Abses paru: merupakan kantong nanah yang terbentuk di dalam atau di sekitar paru-paru. Mereka mungkin perlu dikeringkan dengan operasi.
  • Gagal napas: kondisi ini membutuhkan penggunaan mesin pernapasan atau ventilator.
  • Sepsis: kondisi ini terjadi saat infeksi masuk ke dalam darah. Ini dapat menyebabkan kegagalan organ.
  • Kegagalan organ: ginjal, jantung, dan hati bisa rusak bila tidak mendapat oksigen secara cukup, atau bila terdapat reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap infeksi.
  • Kematian: pada beberapa kasus, pneumonia bisa fatal hingga menyebabkan seseorang meninggal dunia.

Sangat penting untuk menerapkan pola hidup sehat agar kita selalu terhindar dari berbagai ancaman penyakit, termasuk pneumonia. Kita juga disarankan untuk melakukan cek kesehatan rutin setidaknya setahun sekali dengan tujuan deteksi dini bila ada penyakit, sehingga bisa segera diobati.

Baca Juga: Pneumonia saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Rifa Photo Verified Writer Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya